Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih Berani Ganggu Balotelli?

Kompas.com - 20/02/2015, 18:03 WIB
Ary Wibowo

Penulis

KOMPAS.com - Bukan Mario Balotelli jika tidak eksentrik. Bukan Balotelli pula jika tidak amat spontan. Lebih-lebih jika berada dalam tekanan besar, Balotelli bisa melakukan hal-hal yang merugikan dirinya sendiri lewat jalan kontroversi.

Balotelli juga sering naif, enggan membuat pertimbangan sebelum melakukan sesuatu. Namun, beberapa hal itulah yang membuat nama penyerang asal Italia keturunan Ghana tersebut melejit di dalam dunia sepak bola.

"Mau apa lagi kalian?" Begitulah kalimat yang seakan ingin diucapkan Balotelli seusai mencetak gol ke gawang Jerman pada semifinal Piala Eropa 2012. Masih berusia 21 tahun, dengan tinggi 1,89 meter, dan berat 88 kilogram, Balotelli membuka seragam dan mengencangkan ototnya di pinggir lapangan. Ia ibarat petinju yang baru memukul KO lawannya.

Seluruh Italia kemudian memujanya bagaikan raja karena menjadi penentu kemenangan 2-1 atas Jerman, yang sebelumnya difavoritkan untuk lolos. Anggapan bad boy bertransformasi menjadi pahlawan bagi Italia. Meski skuad Azzurri dikalahkan Spanyol di partai final, Balotelli tetaplah dianggap seorang juara.

Setelah menikmati "surga" di Piala Eropa, Balotelli terjun bebas ke "dunia" karena kariernya kembali dibalut sejumlah kontroversi, baik saat berseragam Manchester City, AC Milan, hingga klub terakhirnya saat ini, Liverpool. Lihat saja kasus teranyar, ketika ia mendapatkan sanksi dari Federasi Sepak Bola Inggris (FA), setelah terbukti bersalah mengunggah gambar berbau rasial di Instagram.

Balotelli dinilai pengguna media sosial rasialis karena mengunggah gambar Super Mario, tokoh game Super Mario Bros, pada awal Desember 2014. Gambar itu dilengkapi tulisan, "Jangan rasialis. Jadilah seperti Mario. Ia adalah tukang ledeng Italia, diciptakan oleh orang Jepang, bicara dengan bahasa Inggris, dan tampak seperti orang Meksiko. Ia melompat seperti orang kulit hitam dan meraih koin seperti orang Yahudi."

Ulah itu membuat Balotelli dipinggirkan oleh manajer Liverpool, Brendan Rodgers. Ia pun saat ini lebih sering duduk di bangku candangan. Liverpool bahkan seakan sudah rela jika harus rugi telah menggelontorkan dana sebesar 20 juta pounds saat mendatangkannya ke Anfield pada musim panas 2014.

Liar
Sejumlah pemain mempunyai sederet daftar keliarannya di luar sepak bola, seperti melanggar lalu lintas, gaya hidup bebas dengan wanita, dan sebagainya. Tak sedikit pun dicatat kehebatannya bermain sepak bola. Namun, orang kiranya harus mengakui, mereka bisa keliru jika menganggap Balotelli hanyalah pembuat onar belaka.

Gol ke gawang Jerman di Piala Eropa adalah contoh Balotelli juga bisa menjadi pahlawan. Dan hal itu kini kembali dilakukannya di dalam lapangan pada laga leg pertama babak 32 besar Liga Europa antara Liverpool melawan Besiktas di Stadion Anfield, Kamis (19/2/2015). Balotelli menjadi pahlawan Liverpool setelah mencetak gol penalti penentu kemenangan pada menit ke-85.

Akan tetapi, meski menjadi pahlawan, Balotelli tetap dihujani kritik seusai pertandingan. Maklum, di saat Jordan Henderson ingin mengeksekusi penalti, tiba-tiba Balotelli merebut bola dari tangan kapten skuad The Reds tersebut. "Jordan adalah kapten dan Mario sedikit tidak memiliki rasa hormat di sana," ujar Steven Gerrard mengkritik keputusan Balotelli.

Balotelli lantas sempat terlihat berargumen dengan Henderson. Henderson pun terlihat tidak senang. Beruntung, Balotelli sukses menjalankan tugasnya dengan baik sehingga Henderson mau tidak mau bersedia merangkulnya saat melakukan selebrasi.

"Aku ingin menendang penalti. Mario merasa percaya diri dan dia sebelumnya sering mengeksekusi tendangan penalti yang penting dan dia berhasil," ujar Henderson seusai pertandingan.

Berbeda
Bicara soal mengeksekusi penalti, Balotelli jagonya. Sebelum mengecoh kiper Besiktas, Cenk Gonen, Balotelli hanya gagal dua kali dari 28 kesempatan menjadi eksekutor penalti dalam kariernya. Mengapa, ia begitu "pede" dengan keputusannya mengambil alih tugas Henderson tersebut?

Pada 2013, ahli psikologi olahraga dari Universitas Middlesex, Dr Rhonda Cohen, sempat mengatakan, ada beberapa faktor yang membuat orang sukses melakukan tendangan penalti. Menurutnya, psikologi dalam diri Balotelli dalam mengambil eksekusi penalti sangat baik sehingga ia mampu menjalannya tugasnya tanpa hambatan.

"Kita sebut ini sebagai aksi 'A', (action) aksi mengambil atau menunggu untuk penalti, 'C', (consequence) konsekuensi atau hasil," kata Dr Cohen dan ia melanjutkan, "Tetapi, apa yang teridentifikasi sebagai 'B' (belief) adalah keyakinan dan pikiran yang terjadi antara aksi dan konsekuensi. Maka, apa yang dipikirkan penendang penalti dan kiper sangat penting dan vital. Pikiran, kepercayaan, dan perasaan bisa menjadi gangguan atau bahkan tekanan yang bisa merusak pergerakan."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Doa Susy Susanti untuk Indonesia di Final Thomas dan Uber Cup 2024

Doa Susy Susanti untuk Indonesia di Final Thomas dan Uber Cup 2024

Badminton
Barcelona Tembak Kaki Sendiri, Xavi Marah

Barcelona Tembak Kaki Sendiri, Xavi Marah

Liga Spanyol
Hasil dan Klasemen Liga Inggris: Arsenal-Man City Pesta, Perburuan Gelar Sengit

Hasil dan Klasemen Liga Inggris: Arsenal-Man City Pesta, Perburuan Gelar Sengit

Liga Inggris
Hasil Sassuolo Vs Inter: Emil Audero Starter, Nerazzurri Kalah dari Tim Degradasi

Hasil Sassuolo Vs Inter: Emil Audero Starter, Nerazzurri Kalah dari Tim Degradasi

Liga Italia
Real Madrid Juara Liga Spanyol Usai Girona Gilas Barcelona 4-2

Real Madrid Juara Liga Spanyol Usai Girona Gilas Barcelona 4-2

Liga Spanyol
Hasil Man City Vs Wolves 5-1: Empat Gol Haaland Meneror Arsenal

Hasil Man City Vs Wolves 5-1: Empat Gol Haaland Meneror Arsenal

Liga Inggris
Hasil Real Madrid Vs Cadiz 3-0, Los Blancos di Ambang Juara Liga Spanyol

Hasil Real Madrid Vs Cadiz 3-0, Los Blancos di Ambang Juara Liga Spanyol

Liga Spanyol
Indonesia ke Final Uber Cup 2024, Tak Ada Kata Mustahil Lawan China

Indonesia ke Final Uber Cup 2024, Tak Ada Kata Mustahil Lawan China

Badminton
Thomas dan Uber Cup 2024, Salut Jonatan untuk Tim Putri Indonesia

Thomas dan Uber Cup 2024, Salut Jonatan untuk Tim Putri Indonesia

Badminton
Indonesia ke Final Thomas Cup 2024, Jonatan Sebut Fajar/Rian Jadi Kunci

Indonesia ke Final Thomas Cup 2024, Jonatan Sebut Fajar/Rian Jadi Kunci

Badminton
Klub Elkan Baggott Ipswich Town Promosi ke Premier League

Klub Elkan Baggott Ipswich Town Promosi ke Premier League

Liga Inggris
Hasil Arsenal Vs  Bournemouth: The Gunners Pesta 3 Gol, Amankan Puncak

Hasil Arsenal Vs Bournemouth: The Gunners Pesta 3 Gol, Amankan Puncak

Liga Inggris
Sejarah 26 Tahun Terulang, Putra-putri Indonesia ke Final Thomas dan Uber Cup 2024

Sejarah 26 Tahun Terulang, Putra-putri Indonesia ke Final Thomas dan Uber Cup 2024

Badminton
Indonesia ke Final Piala Thomas 2024, Fajar/Rian Terlecut Prestasi Tim Uber

Indonesia ke Final Piala Thomas 2024, Fajar/Rian Terlecut Prestasi Tim Uber

Badminton
Thomas Cup 2024, Indonesia Tunggu China atau Malaysia di Final

Thomas Cup 2024, Indonesia Tunggu China atau Malaysia di Final

Badminton
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com