BRASILIA, Kompas.com — Laga perempat final antara Belgia dan Argentina, Sabtu (5/7/2014) pukul 23.00 WIB, akan menjadi pertaruhan nama besar Lionel Messi. Banyak warga Argentina menjadikan laga itu sebagai alat ukur untuk membandingkan kehebatan Messi dan sang legenda, Diego Maradona.

Bagi Belgia, laga melawan Argentina di Stadion Mane Garrincha, Brasilia, sepenuhnya menjadi perjuangan untuk bisa masuk ke babak semifinal. Meski demikian, Belgia pun tidak melupakan sejarah pertemuan dengan Argentina pada Piala Dunia 1982 dan 1986.

”Kami tidak akan bermain hanya untuk Messi. Kami akan menantang Argentina sebagai sebuah kesatuan. Swiss menunjukkan bagaimana bermain melawan mereka. Saya melihat Argentina bermain dengan tiga bek tengah, dua full-back yang bermain lebih ke depan dan Di Maria diberikan kebebasan menjelajah,” papar pelatih tim nasional Belgia Marc Wilmots.

Pertemuan Argentina dan Belgia mengingatkan banyak warga Argentina pada laga Piala Dunia 1982 dan 1986. Kala itu, Maradona menjadi motor utama tim ”Tango”.

Salah satu foto yang paling kuat dalam sejarah Piala Dunia adalah foto ketika Maradona menghadapi enam pemain Belgia di area pertahanan Belgia di Spanyol 1982. Kala itu, Argentina kalah 0-1. Empat tahun kemudian di Meksiko, Maradona membalasnya dengan dua gol kemenangan.

Penampilan brilian Messi sejauh ini membuat Argentina mampu mengatasi Bosnia-Herzegovina, Iran, dan Nigeria di babak penyisihan Grup F dan Swiss pada babak 16 besar.

Akan tetapi, Belgia yang penampilannya terus membaik adalah lawan yang sangat berbeda. Belgia merupakan tim dengan karakter menyerang, tetapi juga kuat dalam bertahan.

Laga melawan Belgia itu upaya terbaru Argentina untuk menembus semifinal yang tidak pernah mereka lakukan sejak Piala Dunia 1990 Italia.

Adaptasi Argentina

Wilmots penasaran terhadap cara Argentina beradaptasi dengan permainan Belgia yang sangat berbeda dengan permainan Swiss. ”Jelas sekali mereka memiliki Di Maria, Lavezzi, Higuain, dan Messi. Tetapi, saya juga melihat mereka kurang seimbang di dalam tim. Mereka sepertinya mempunyai sejumlah masalah,” ujar Wilmots.

Wilmots juga menegaskan tidak khawatir dengan atmosfer di stadion yang kemungkinan akan banyak diisi pendukung Argentina dibandingkan para pendukung Belgia. ”Kami sudah terbiasa dengan lingkungan yang bermusuhan,” ucapnya.

Di sisi lain, pelatih Belgia itu cukup yakin warga Brasil yang menonton laga tersebut akan lebih memihak kepada Belgia. ”Orang Brasil hanya mengharapkan satu hal, yaitu kami mengalahkan Argentina,” ujarnya.

Kekuatan lini belakang Belgia mendekati pulih total setelah Thomas Vermaelen bisa dimainkan. Bek tengah Arsenal itu absen dari dua laga sebelumnya karena cedera otot paha kanan. Kemarin, dia sudah bersama 13 rekannya dalam latihan.

Kapten Belgia, Vincent Kompany, disampaikan Wilmots, juga sudah sepenuhnya pulih dari cedera pangkal paha. Sayangnya, gelandang Mousa Dembele masih tidak bisa membela Belgia.

Belgia juga memiliki keuntungan karena penjaga gawangnya, Thibaut Courtois, sangat hafal dengan gaya permainan dan bola-bola tendangan Messi. Dalam kiprah kedua pemain di Liga Spanyol, Courtois (Atletico Madrid) mencatat prestasi mengesankan dengan tidak pernah kebobolan oleh Messi (Barcelona).

Namun, lini depan Belgia belum menjanjikan karena beberapa pemain lebih sering bekerja sendiri-sendiri. Eden Hazard belum bisa menunjukkan status sebagai bintang. Tetapi, kegigihan Kevin de Bruyne dan Romelu Lukaku memberikan harapan.

Pelatih Argentina Alejandro Sabella mengakui, timnya memang selalu bergantung pada Messi. Terlebih lagi di saat Gonzalo Higuain dan Ezequiel Lavezzi tampak tumpul.

Argentina tidak bisa memainkan bek kiri Marcos Rojo yang sudah mendapatkan dua kartu kuning. Posisinya kemungkinan digantikan Jose Basanta. ”Rojo bagus, tetapi kami juga yakin dengan Basanta,” ujar Sabella.

Kabar pulihnya Sergio Aguero, yang merupakan tandem paling pas untuk Messi, menjadi kabar baik untuk Argentina. (AP/AFP/Reuters/OKI)