Polisi, sebagaimana warta AFP, mengatakan bahwa demonstrasi HWM terbilang paling besar di Sao Paulo. "Kami melancarkan protes karena mahalnya biaya penyelenggaraan Piala Dunia, sementara tak ada anggaran buat pembangunan rumah dan jaminan kesehatan bagi pekerja," kata anggota HWM, Luiz Giovani, di sela-sela demonstrasi tersebut.
Kembali ke unjuk rasa, pada Kamis pagi, kemacetan menjadi-jadi di Sao Paulo. Pemicunya, unjuk rasa para pengemudi bus umum. Di kota berpenduduk 20 juta itu, kemacetan parah bisa terjadi hingga sepanjang 170 kilometer. Para pengemudi minta kenaikan gaji satu kali lipat.
Untuk mengongkosi Piala Dunia 2014, rakyat Brasil harus membayar pajak hingga 11 miliar dollar AS atau setara 8 miliar euro. Angka itu terbilang amat mahal di tengah-tengah tersendatnya pembenahan sistem jaminan kesehatan, transportasi, dan berbagai layanan sosial di Brasil.
Para pengunjuk rasa juga mengingatkan bahwa Brasil tak cuma jadi tuan rumah Piala Dunia. Dua tahun dari sekarang, Brasil juga menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas. Itu berarti, kebutuhan untuk membangun sarana infrastruktur makin membengkak. "Belum lagi ada dugaan kuat praktik korupsi dalam penyelenggaraan Piala Dunia," demikian Luiz Giovani.
Omongan Giovani boleh jadi benar. Jajak pendapat Datafolha pekan ini menunjukkan bahwa dua pertiga penduduk Sao Paulo mengatakan, penyelenggaraan Piala Dunia lebih banyak merugikan ketimbang menguntungkan. "Ada 98 persen responden menduga praktik korupsi merajalela pada perhelatan ini," demikian hasil jajak pendapat Datafolha.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.