Namun, seiring semakin banyaknya klub sepak bola lahir di Tanah Air, riwayat VOA Bireuen justru meredup bahkan kini tak terdengar lagi. Padahal, klub ini dulu terkenal tangguh tak terkalahkan untuk wilayah Sumatera dan pulau Jawa, terutama pada era penjajahan Belanda.
Adalah Nurdin Ishak (73), bertutur tentang kisah jaya VOA Bireuen. Dia merupakan salah satu mantan pemain VOA pada 1930-an.
Pensiunan pegawai Rumah Sakit Umum Bireuen ini mengatakan ayahnya dulu juga pemain senior di klub itu, bahkan punya julukan. "Julukannya 'Setan Gundul'," sebut dia.
Nurdin mengatakan ayahnya dulu bermain bersama Guru Mud, Kepala Sekolah Rakyat (SR), Blang Bladeh yang adalah kapten klub VOA paling disegani pihak lawan. Klub VOA, kata Nurdin, memiliki lapangan bola sendiri di lahan hadiah dari Ampon Chiek Kuta Krueng.
Lapangan tersebut berada di pusat pasar, bersebelahan dengan pasar ikan tempo dulu. Kini, lapangan bola milik VOA sudah tergusur pembangunan kota Bireuen di Kabupaten Bireun, Nanggroe Aceh Darussalam.
Menurut Nurdin, masa jaya VOA Bireun dipelopori tokoh dan pemain senior, seperti pelatih Faridaus Siregar, Geuchiek Ishak Pulo Kiton, dan Guru Mud. Ada pula Abdullah Badu dari klub Sinar Peusangan, dan Yakob dari Takengon.
Lalu, dulu juga ada A Hamid dari Bintang dan Husin Bima dari Jalan Bakti Biruen, yang keduanya adalah pengusaha. Tak ketinggalan nama-nama seperti Abdullah Beunu, petani tambak di Lancok, Kecamatan Kuala; Amin Syrah yang wiraswastawan; Ampon Mud alias T Mahmud, hakim di Pengadilan Negeri Bireuen; dan Geuchiek Aji Pasar Sabtu Bireuen, yang adalah wiraswastawan.
“Dari seluruh pemain senior dan junior VOA Bireuen, semuanya direkrut dari putera daerah dan tidak merekrut pemain sewaan dari luar kewedanaan Bireuen apalagi pemain asing seperti sekarang ini,” ungkap Nurdin pelan.
Nurdin pun mengatakan para pemain bola pada eranya dulu memang tak menjadikan olah raga bola sepak itu sebagai tempat cari makan. Dulu, kata dia, orang bermain bola untuk nama baik Bireuen di bidang olah raga.
“Berbeda dengan zaman sekarang, pemain bola sewaan, (bermain bola juga) sebagai lahan cari makan campur aduk dengan pemain asing yang pembayaran gajinya cukup mahal,” tambah Nurdin.
Saat Nurdin berumur 60-an tahun, VOA dilebur menjadi Persatuan Sepak Bola Bireun (PSSB). Dia menyebutkan gaya manajemen lama VOA memang sudah ketinggalan zaman. Namun, kata dia, ada hal-hal yang tetap seharusnya bisa diwarisi.
Di antara hal yang semestinya diwarisi itu, menurut Nurdin adalah pola perekrutan pemain yang tak merekrut pemain sewaan. “Jika pemain direkrut dari kader-kader berprestasi di kecamatan, saya yakin klub PSSB Bireuen tetap solid dan pembinaan regenerasi kader-kader sepak bola putera daerah akan tetap berkesinambungan untuk memperkokoh klub daerah,” ujar dia menyisipkan harap.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.