Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Selamat Tinggal, Goetze!"

Kompas.com - 23/05/2013, 20:37 WIB

DORTMUND, KOMPAS.com - Genap satu bulan sudah sejak tabloid Jerman Bild mengumumkan kabar transfer Wunderkid Borussia Dortmund Mario Goetze ke Bayern Muenchen musim depan, setelah Bayern bersedia membayar buy-out clause sebesar 37 juta euro di kontrak Goetze yang sejatinya masih berlaku hingga 2016. Kepindahan Goetze ini pun menjadi bumbu pedas jelang pertemuan kedua kubu dalam babak final Liga Champions di Wembley, Sabtu (25/3/2013), bahkan meski Goetze sudah dipastikan tak akan tampil membela Dortmund untuk terakhir kalinya akibat cedera.

Pun begitu, kesal dan sesal rupanya masih menghinggapi suporter Borussia Dortmund. Setelah beberapa suporter sempat membakar seragam Goetze dan mengibarkan sejumlah poster bernada provokatif untuk pemuda berusia 20 tahun itu, kini seorang suporter pemilik tiket musiman Dortmund bernama David Schafer menuliskan sebuah surat terbuka untuk Goetze berisikan pendapatnya, serta unek-uneknya terhadap kepindahan Goetze.

Berikut kutipan suratnya:

"Dear Mario,

Meski kepindahanmu ke Bayern Muenchen sudah diumumkan sekitar satu bulan lalu, banyak suporter Borussia Dortmund yang masih merasa sedih. Sebagai suporter loyal Dortmund, aku ingin membicarakan masalah ini dengan perspektif yang lebih tenang.

Tanggal 22 April malam, saat Jan Agen Fjortoft men-tweet bahwa Bild akan mengumumkan kabar transfer besar saat tengah malam, aku mendapat perasaan tak nyaman yang tak terjelaskan. Lalu beberapa menit kemudian berita mengejutkan itu datang: Mario Goetze pindah ke Bayern.

Setelah beberapa detik menatap layar monitor dengan rasa tak percaya, aku dipenuhi kehampaan.. Meski baru sekadar gosip, tapi kita semua tahu pasti akan ada kebenaran mengenai kabar tersebut. Keesokan paginya Bayern mengonfirmasi kabar itu.

Awalnya yang kurasakan hanya kekecewaan besar. Kepindahanmu, Mario, menuju rival utama kita, rasanya tak bisa dijelaskan. Sejak kau merayakan gol dengan kaus Dede, aku percaya bahwa kau telah mengidentikkan dirimu dengan klub ini.

Di sisi lain, harus kuakui aku tak terlalu terkejut. Aku selalu tahu kau menginginkan kejayaan, yang bisa membuatmu mengabaikan nilai-nilai seperti kesetiaan atau keberpihakan.

Banyak fans Dortmund yang menilai keputusanmu sebagai sebuah pengkhianatan, tapi keputusanmu adalah konsekuensi dari ambisi yang kau punya. Selama empat tahun terakhir Bayern mencapai tiga babak final Liga Champions dan tengah bersiap menjadi salah satu klub terbaik Eropa selama bertahun ke depan.

Dengan fakta tersebut, ditambah dengan peluang menggiurkan bermain di bawah kepelatihan pelatih kelas dunia seperti Pep Guardiola, menjadi amat masuk akal jika kau akhirnya memutuskan tak ingin pindah ke klub luar Jerman dan memilih langkah kontroversial menuju Allianz Arena. Aku juga yakin godaan gaji 10 juta euro per tahun membuatmu tertarik.

Melihat fakta-fakta di atas, sebenarnya tak ada alasan bagi ribuan fans Dortmund untuk menjadi begitu patah hati.

Sayangnya, tak mudah untuk tak merasa demikian. Sepak bola dikendalikan oleh emosi--lebih dari olahraga lain--dan orang-orang Ruhr cenderung memiliki perasaan kuat untuk klubnya, yang terkadang mencapai kadar mencemaskan.

Tim Dortmund ini selalu memberi kesan bahwa aturan umum sepak bola tak berlaku untuk mereka. Tim ini seperti sekumpulan sahabat bersama mengejar mimpi, dengan uang dan kejayaan menjadi prioritas yang kedua.

Orang lain mungkin bisa mengungkit kepergian Shinji Kagawa dan Nuri Sahin, tapi Kagawa meninggalkan Signal Iduna Park untuk mengejar mimpinya, sementara Sahin pergi dalam situasi yang berbeda.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com