Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sampai Kapan Darah Basuhi Sepak Bola Indonesia?

Kompas.com - 05/06/2012, 07:55 WIB

TANGIS menyelimuti sepak bola Indonesia. Di tengah karut-marut kompetisi dan perseteruan sejumlah pengurus yang makin mengecewakan, publik pencinta sepak bola Tanah Air kembali harus menyaksikan darah puluhan pemuda tertumpah di lapangan sepak bola. Kegembiraan menyaksikan permainan indah itu, kini seakan telah berubah menjadi olahraga yang amat menakutkan.

Sepak bola sejatinya memang tak bisa lepas dari unsur fanatisme yang terkadang berujung kekerasan maupun perkelahian para pendukung setia sejumlah klubnya. Tidak hanya di Indonesia, untuk level dunia pun sudah banyak bukti nyata yang menggambarkan bahwa olahraga tersebut bukan lagi sekadar pertarungan antara 22 manusia di dalam lapangan.

Masih lekat di benak pencinta bola, insiden berdarah yang terjadi di Liga Mesir, Febuari lalu. Seusai laga antara tuan rumah Al-Masri melawan Al-Ahly itu, 73 jiwa melayang sia-sia di atas rumput Stadion Port Said karena kerusuhan antarsuporter kedua tim. Dengan menggunakan pisau, kayu, dan benda tumpul lainnya, pendukung fanatik Al-Masri secara beringas menganiaya pendukung Al-Ahly di tengah lapangan.

Untuk level lebih tinggi, pertemuan Juventus dan Liverpool di final Liga Champions di Stadion Heysel, Brussels, Belgia, menjadi salah satu sejarah kelam sepak bola. Pertandingan dua raksasa Eropa pada 29 Mei 1985 itu diwarnai insiden tragis. Ejekan suporter kedua tim tersebut membuat emosi pecah hingga membuat pagar yang pemisah kedua suporter roboh. Walhasil, kericuhan terjadi dan 39 suporter tewas akibat peristiwa ini.

Nyawa tak berdosa
Sejumlah contoh itu memang lebih jauh menakutkan jika dibandingkan dengan apa yang terjadi di Indonesia. Akan tetapi, segala bentuk tindakan apa pun, sangat disayangkan apabila hingga memakan korban jiwa. Apalagi, selama tiga bulan terakhir, sembilan anak Negeri telah meregang nyawa akibat sepak bola Indonesia.

Pada Jumat (9/3/2012) malam, rombongan suporter Persebaya Surabaya yang hendak menuju Bojonegoro untuk mendukung timnya berlaga melawan Persibo dilempari batu oleh warga saat kereta api barang yang ditumpanginya masuk wilayah Babat, Lamongan. Sontak, kepanikan terjadi. Beberapa suporter yang berusaha menghindar kemudian terjatuh karena tersangkut kabel.

Akibat insiden itu, lima nyawa "Bonek Mania"—sebutan pendukung setia Persebaya—melayang. Sebanyak 18 pendukung lainnya mengalami luka-luka karena terkena lemparan batu dan terjatuh dari atas kereta api yang membawa mereka.

Dua bulan berselang, giliran Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, yang menjadi saksi tiga darah pemuda mengalir di dunia sepak bola Indonesia. Adalah Lazuardi (29), warga Menteng, Jakarta Pusat, yang tewas setelah dianiaya suporter seusai menyaksikan laga klasik antara Persija Jakarta dan Persib Bandung dalam lanjutan ISL. Nyawa dua orang lainnya, Rangga Cipta Nugroho (22) dan Dani Maulana (16), pun turut terenggut dalam insiden itu.

Tak sampai sepekan, Minggu (3/6/2012) malam, seorang "Bonek Mania", Purwo Adi Utomo, juga menjadi korban kejamnya sepak bola Indonesia. Pemuda yang masih berstatus sebagai pelajar kelas III SMK Negeri 5 Surabaya itu tewas terinjak-injak dalam kericuhan antara suporter dan aparat keamanan seusai laga Persebaya melawan Persija Jakarta dalam lanjutan IPL di Stadion Gelora 10 Nopember, Tambak Sari, Surabaya.

Aparat vs fanatisme
Sejumlah kenyataan menyedihkan tersebut kini terpampang jelas dalam dunia sepak bola Indonesia. Sangat disesalkan, olahraga yang digadang-gadang penuh sportivitas itu harus dirusak oleh sejumlah pendukung maupun segelintir pihak lain yang tidak bertangung jawab. Tak ayal, penyesalan dan kecaman pun datang dari beberapa insiden berdarah tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengamat Tanah Air Bedah Kans Timnas U23 Indonesia di Semifinal

Pengamat Tanah Air Bedah Kans Timnas U23 Indonesia di Semifinal

Timnas Indonesia
Uber Cup 2024, Indonesia Vs Hong Kong Tanpa Apriyani/Fadia

Uber Cup 2024, Indonesia Vs Hong Kong Tanpa Apriyani/Fadia

Badminton
Alasan Staf STY Pilih Nyanyi Indonesia Raya Saat Lawan Korea Selatan

Alasan Staf STY Pilih Nyanyi Indonesia Raya Saat Lawan Korea Selatan

Timnas Indonesia
Pelatih Uzbekistan Amati Indonesia, Garuda Tahu Cara Ladeni Tim Besar

Pelatih Uzbekistan Amati Indonesia, Garuda Tahu Cara Ladeni Tim Besar

Timnas Indonesia
Ernando Bersinar di Timnas U23 Indonesia, Kekaguman dari Pelatih Persebaya

Ernando Bersinar di Timnas U23 Indonesia, Kekaguman dari Pelatih Persebaya

Timnas Indonesia
Siaran Langsung dan Live Streaming Thomas & Uber Cup 2024, Aksi Indonesia Dimulai

Siaran Langsung dan Live Streaming Thomas & Uber Cup 2024, Aksi Indonesia Dimulai

Badminton
Liverpool Dapatkan Pengganti Klopp, Arne Slot Sang 'Gila Kontrol'

Liverpool Dapatkan Pengganti Klopp, Arne Slot Sang "Gila Kontrol"

Liga Inggris
KFA Minta Maaf Usai Korsel Kalah dari Indonesia dan Gagal ke Olimpiade

KFA Minta Maaf Usai Korsel Kalah dari Indonesia dan Gagal ke Olimpiade

Internasional
Timnas Indonesia 'Dikepung' Juara Piala Asia U23, STY Minta Garuda Percaya

Timnas Indonesia "Dikepung" Juara Piala Asia U23, STY Minta Garuda Percaya

Timnas Indonesia
Timnas U23 Indonesia Jadi Kabar Gembira, Energi untuk Semua Atlet

Timnas U23 Indonesia Jadi Kabar Gembira, Energi untuk Semua Atlet

Timnas Indonesia
Leicester Promosi ke Premier League, Kans Tutup Musim dengan 100 Poin

Leicester Promosi ke Premier League, Kans Tutup Musim dengan 100 Poin

Liga Inggris
Trofi Liga Champions ke Indonesia, Morientes dan Vidic Turut Serta

Trofi Liga Champions ke Indonesia, Morientes dan Vidic Turut Serta

Sports
Timnas U23 Indonesia dan Olimpiade 2024, Mimpi dari Selembar Karton Putih

Timnas U23 Indonesia dan Olimpiade 2024, Mimpi dari Selembar Karton Putih

Timnas Indonesia
Jadwal Thomas dan Uber Cup 2024: Tim Putra Indonesia Vs Inggris, Putri Lawan Hong Kong

Jadwal Thomas dan Uber Cup 2024: Tim Putra Indonesia Vs Inggris, Putri Lawan Hong Kong

Badminton
Timnas Indonesia Sudah Layak Bersaing di Level Asia

Timnas Indonesia Sudah Layak Bersaing di Level Asia

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com