Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalau Gagal, Mundur Saja

Kompas.com - 11/03/2011, 10:29 WIB

KOMPAS.com ”Sayalah yang bertanggung jawab atas semua kegagalan itu, bukan orang lain.” Pernyataan Ali Sadikin di Kongres Ke-27 PSSI, Desember 1981, itu jelas dan tegas. Ia mundur dari jabatan sebagai Ketua Umum PSSI dan mengakui kegagalan PSSI sebagai tanggung jawabnya.

”Jujur, sportif, ksatria. Itu kriteria moral yang harus dimiliki mereka yang memimpin federasi olahraga apa pun,” kata Sumohadi Marsis, wartawan senior olahraga yang telah meliput sepak bola sejak kepemimpinan PSSI berada di tangan Maladi (1950-1959). ”Kalau melihat rekam jejak para pemimpin PSSI yang dulu-dulu, ya, seperti itu. Begitu gagal, mengakui, terus mundur.”

Hal serupa diakui mantan pelatih tim nasional Sinyo Aliandoe. ”Saya mengamati ketua umum PSSI sejak zaman Abdul Wahab (1960-1964). Jika merasa gagal, mereka akan mundur. Tak ada yang berambisi terus melanggengkan kekuasaan,” ujar Sinyo, seraya menambahkan, ”Ada semacam sikap 'tahu diri' pada sosok ketua umum PSSI sebelum era kepemimpinan saat ini.”

Setelah tiga tahun menjabat, Bang Ali mundur dari kursi Ketua Umum PSSI pada awal Oktober 1980, sekitar 14 bulan sebelum berakhirnya masa jabatan. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menyatakan pengunduran dirinya dilakukan ”dengan penuh kesadaran dari saya sendiri”.

Ia mengaku banyak bergiat di dunia politik, tetapi tak ingin membawa-bawa nama PSSI dalam kegiatannya, apalagi mempersulit pengurus PSSI pusat dan daerah.

Menurut Bang Ali, PSSI adalah milik bangsa dan negara Indonesia yang harus diselamatkan. Karena itu, ia memilih mengundurkan diri. ”Ini menjadi bukti saya tidak mementingkan diri pribadi,” ujarnya (Kompas, 7/10/1980).

Sebelum dan sesudah Bang Ali, ada Bardosono (1975-1977), Syarnoebi Said (1982-1983), dan Azwar Anas (1991-1998) yang bertindak sama. Bardosono, misalnya, mengundurkan diri setahun sebelum berakhirnya masa jabatan. Ia menyerahkan tugas dan kewenangannya kepada Muhono, Ketua II PSSI ketika itu. Bardosono juga hanya bertahan hampir tiga tahun sejak menjabat pada Januari 1975.

Setelah terjadi kemelut di tubuh PSSI, Bardosono yang berkantor di Bina Graha sebagai Sekretaris Pengendalian Operasi Pembangunan (Sesdalobang), sebuah jabatan politis di lingkar dalam Presiden Soeharto, pada Mei 1977 membuat pernyataan. Isinya, ia telah berupaya sekuat tenaga memajukan persepakbolaan Indonesia, tetapi ternyata kurang mendapat respons.

Gagal bawa timnas

Menyimak perjalanan sejarah kepemimpinan PSSI, sangat terasa betapa sejumlah ketua umum PSSI pada masa lalu sangat sadar akan pentingnya menunjukkan prestasi tim nasional selain menumbuhkan sistem kompetisi yang sehat dan membina pemain usia muda. Syarnoebi Said dan Azwar Anas adalah contoh ketua umum PSSI yang mengundurkan diri setelah kegagalan tim nasional. Syarnoebi mundur 1,5 tahun setelah menjabat, sedangkan Azwar mundur satu tahun menjelang jabatan periode keduanya berakhir.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com