Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalau Gagal, Mundur Saja

Kompas.com - 11/03/2011, 10:29 WIB

Merasa telah berjanji secara lisan akan mengundurkan diri jika tim nasional gagal masuk final SEA Games XII 1983 di Singapura, Syarnoebi pun mundur pada Juni 1983. Alasan lain yang dijadikan dasar adalah kegagalan Pratama dan Galatama.

Ia mengaku telah banyak berbuat di dunia sepak bola, tetapi belum bisa membawa hasil memuaskan. ”Saya yakin seyakin-yakinnya, masih ada tokoh-tokoh sepak bola Indonesia yang lebih baik yang mampu membawa sepak bola ke arah lebih baik,” tulis Syarnoebi dalam surat pengunduran dirinya (Kompas, 11/6/1983).

Azwar Anas juga mundur dari jabatan Ketua Umum PSSI untuk periode kedua. Kegagalan tim nasional Indonesia di arena Piala Tiger 1998—selain sanksi AFC tak boleh bermain di ajang internasional karena memainkan ”sepak bola gajah” melawan Thailand guna menghindari pertemuan dengan tuan rumah Vietnam—menjadi penyebab utama mundurnya Azwar pada September 1998.

Namun, beberapa bulan sebelumnya, secara terang-terangan Azwar yang saat itu adalah Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat pada Kabinet Pembangunan VI menyatakan tak bersedia dipilih lagi sebagai ketua umum PSSI. Alasannya, ia lelah dan ingin yang lebih muda maju.

Mengapa sulit

Lantas, mengapa Nurdin Halid tampak sulit sekali mengakui kegagalan?

”Meski seluruh negeri bilang ia gagal, ia tetap yakin dirinya berhasil,” kata Sumohadi. ”Parameter kesuksesan buat dia beda sekali. Kompetisi berjalan dan bisa masuk final AFF tiga kali dinilai sebagai prestasi tinggi. Padahal, AFF hanya tingkat Asia Tenggara.”

Di benak Sinyo juga timbul pertanyaan besar. ”Ada apa di belakang ini semua? Kok sampai Nurdin Halid, yang terlihat jelas banyak kelemahannya, tetap berkukuh menjadi ketua umum?” Mau tak mau, ia terpaksa bercuriga, ”Ada kepentingan lebih besar, entah itu finansial atau politis.”

Sinyo pun masih ingat bagaimana Nurdin Halid pernah mengaku kepada dia sebagai ”bukan orang bola”, tetapi ”orang politik”. ”Kalau begitu, apa politik akan masuk sepak bola? Lantas sepak bola dipolitikkan?” kata Sinyo bertanya-tanya.

Meski mengakui semasa Orde Baru ada semacam restu Soeharto bagi Ketua Umum PSSI, Sumohadi melihat posisi tertinggi di PSSI dulu tidak digunakan untuk kepentingan politik tertentu.

”Dulu Ketua Umum PSSI seperti bapak organisasi yang menggerakkan organisasi agar berjalan baik. Bukan bersikap membuat organisasi menjadi eksklusif, tertutup, dan seperti milik mereka sendiri,” tambahnya. ”Karena itu, dulu kalau gagal, ya mundur saja.” (fit)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com