Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Piala Dunia 1978, Antara Aib dan Kebanggaan Argentina

Kompas.com - 27/06/2013, 06:38 WIB
Hery Prasetyo

Penulis

BUENOS AIRES, KOMPAS.com - Hidup tertekan dan terteror. Bahkan, sekitar 15.000 hingga 30.000 orang telah terbunuh atau hilang. Siapa pun yang menentang pemerintah di bawah junta militer Jenderal Jorge Rafael Videla (1976-1981), maka bakal bermasalah atau berakhir hidupnya.

Inilah masa kelam Argentina yang dalam tekanan apa yang disebut Dirty War. Kondisi itulah yang melatari kehadiran Piala Dunia 1978 di Argentina. FIFA sudah memutuskan bahwa Piala Dunia ke-11 digelar di negeri itu pada 1966. Ternyata, perubahan politik begitu cepatnya dan Argentina yang sebelumnya dipimpin Isabel Martinez de Peron yang meneruskan jabatan suaminya, Juan Peron, tiba-tiba dalam kekuasaan junta militer yang kejam.

Gelap dan kelam. Begitu warga Argentina merasakan hidup mereka di bawah junta militer. Gambaran dunia luar terhadap Argentina juga begitu kelam. Maka, sempat muncul pesmisme terhadap penyelenggaraan Piala Dunia 1978 itu, baik dari dunia luar maupun rakyat Argentina sendiri.

Namun, Videla memanfaatkan event besar ini untuk mengubah citra negerinya dari pandangan luar maupun rakyat sendiri. Ia memerintahkan 10 persen anggaran dasar negara untuk membiayai Piala Dunia 1978. Ia juga meminta pergelaran ini dilakukan sesukses mungkin, dan kalau perlu Argentina juara.

Penyelenggaraan Piala Dunia 1978 memang sukses. Bahkan, Argentina akhirnya juara. Namun, itu tak menghilangkan rasa getir dan kepedihan rakyat Argentina yang merasa tertekan selama pemerintahan Videla.

Piala Dunia 1978 dianggap hanya propaganda junta militer dan sebuah aib sejarah negeri itu. Namun, di sisi lain, ini juga menghadirkan kebanggaan. Sebab, Mario Kempes dkk akhirnya tampil sebagai juara setelah mengalahkan Belanda 3-1 di final. Untuk pertama kalinya, Argentina juara dan mereka sejenak bisa berpesta di bawah kekejaman junta militer.

Maka, Piala Dunia 1978 mengingatkan aib sejarah Argentina, sekaligus menghadirkan kebanggaan. Dan, kesuksesan 35 tahun lalu itu diperingati oleh Argentina di Stadion Monumental, Selasa (25/6/2013) waktu setempat.

Pelatih yang membawa Argentina juara Piala Dunia 1978, Cesar Luis Menotti, ikut angkat bicara.

"Saya kira, kelompok pemain (di Piala Dunia 1978) ini berhak atas pengakuan dunia dan merayakan kemenangan," kata Menotti.

"Saya saat itu sangat menderita, bukan karena saya sendiri, tapi juga karena ada beberapa pemain yang tidak diakui oleh dunia sepak bola karena sepak bola dihubungkan dengan politik," tambahnya.

Menotti sadar betul, Piala Dunia 1978 juga memiliki arti luas bagi rakyat. Meski ini dipakai junta militer untuk propaganda, namun rakyat juga pantas menikmatinya.

"Para pemain ini bermain demi rakyat. Mereka tampil di lapangan dan memberikan segala yang dimiliki. Menggabungkan para pemain dengan diktator, bagi saya merupakan aib. Sebab, tujuan utama kami adalah mencapai final dan itu sangat mengagumkan," kata Menotti yang kini berumur 74 tahun.

Tanggal 25 Juni 1978 itu, Argentina memang tampil di final. Tim Tango dipimpin kapten Daniel Passarella. Mereka tim yang tak begitu dikenal dunia. Namun, setelah juara, maka nama-nama mereka kemudian menjadi mendunia. Selain Passarella, juga Ubaldo Fillol (kiper), Alberto Tarantini (bek), Americo Gallego dan Ricardo Villa (gelandang), Leopoldo Luque, Daniel Bertoni, Mario Kempes (penyerang), juga Osvaldo Ardiles (gelandang).

Prestasi jadi tonggak sejarah sepak bola Argentina. Ini kehormatan besar buat Argentina. Sebuah anugerah besar bagi rakyat di tengah ketertekanan. Kehormatan dan kebanggaan menjadi kenangan indah. Aib sejarah politik biarlah menjadi pelajaran agar tak terulang.

Toh, setelah itu, Argentina tak lagi menangis. lewat sepak bola, mereka sering bisa lepas tertawa. Apalagi, pada 1986 muncul bintang Diego Maradona yang membawa mereka kembali juara Piala Dunia. Dan, kini mereka memiliki Lionel Messi yang membawa citra indah Argentina, setidaknya sepak bolanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Marco Reus Traktir Suporter di Laga Terakhir Bundesliga Bersama Dortmund

Marco Reus Traktir Suporter di Laga Terakhir Bundesliga Bersama Dortmund

Bundesliga
Exco Diduga Jadi Pemilik Tiga Klub Liga 3, PSSI Diminta Tegas

Exco Diduga Jadi Pemilik Tiga Klub Liga 3, PSSI Diminta Tegas

Liga Indonesia
Klarifikasi Ciro Alves soal Selebrasi di Depan 'Bench' Bali United

Klarifikasi Ciro Alves soal Selebrasi di Depan "Bench" Bali United

Liga Indonesia
Ancelotti Isyaratkan Kroos dan Modric Akan Bertahan di Real Madrid

Ancelotti Isyaratkan Kroos dan Modric Akan Bertahan di Real Madrid

Liga Spanyol
Leverkusen Catat Sejarah, Alonso Bidik Treble dan Rekor Tanpa Kalah

Leverkusen Catat Sejarah, Alonso Bidik Treble dan Rekor Tanpa Kalah

Bundesliga
Bali United Akui Persib Main Lebih Bagus, Atmosfer Stadion Jadi Pembeda

Bali United Akui Persib Main Lebih Bagus, Atmosfer Stadion Jadi Pembeda

Liga Indonesia
Hasil Inter Miami Vs DC United 1-0: Messi Buntu, Assist Busquets Jadi Penentu

Hasil Inter Miami Vs DC United 1-0: Messi Buntu, Assist Busquets Jadi Penentu

Liga Lain
Hasil Tinju Dunia: Oleksandr Usyk Kalahkan Tyson Fury, Jadi Juara Sejati Kelas Berat

Hasil Tinju Dunia: Oleksandr Usyk Kalahkan Tyson Fury, Jadi Juara Sejati Kelas Berat

Sports
De Zerbi Tinggalkan Brighton Akhir Musim, Masuk Radar Milan dan Bayern

De Zerbi Tinggalkan Brighton Akhir Musim, Masuk Radar Milan dan Bayern

Liga Inggris
Leverkusen Juara Bundesliga Tanpa Kalah, Alonso Panjat Pagar, Hadiah Cincin Emas

Leverkusen Juara Bundesliga Tanpa Kalah, Alonso Panjat Pagar, Hadiah Cincin Emas

Bundesliga
Ungkapan Hati Bojan Hodak Bawa Persib ke Final, Putus Kutukan Bali United

Ungkapan Hati Bojan Hodak Bawa Persib ke Final, Putus Kutukan Bali United

Liga Indonesia
BERITA FOTO: Persib ke Final, Atmosfer Luar Biasa Si Jalak Harupat

BERITA FOTO: Persib ke Final, Atmosfer Luar Biasa Si Jalak Harupat

Liga Indonesia
Jadwal Final Thailand Open 2024: Ana/Tiwi Harapan Juara Indonesia

Jadwal Final Thailand Open 2024: Ana/Tiwi Harapan Juara Indonesia

Badminton
Thailand Open 2024, Rasa Syukur Febriana/Amalia Tembus Final Super 500 Pertama

Thailand Open 2024, Rasa Syukur Febriana/Amalia Tembus Final Super 500 Pertama

Badminton
Jadwal Liga Inggris dan Link Live Streaming Man City Vs West Ham, Arsenal Vs Everton

Jadwal Liga Inggris dan Link Live Streaming Man City Vs West Ham, Arsenal Vs Everton

Liga Inggris
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com