KOMPAS.com - Peringatan hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2023 mengobarkan api semangat bagi para pesepakbola yang tengah mengejar pendidikannya.
Saat ini sudah banyak pemain yang melek tentang pentingnya pendidikan.
Banyak pemain yang memutuskan melakukan pendidikan sampai perguruan tinggi ditengah kesibukannya menjadi pemain profesional yang melelahkan.
Kesadaran tersebut tumbuh seiring dengan kedewasaan pemain dalam menanggapi tantangan zaman.
Pemain diajarkan untuk menata perjalanan hidup sedini mungkin karena profesi pesepak bola memiliki jangka waktu yang terbatas.
Salah satu pemain yang sangat mementingkan pendidikan adalah gelandang Persib Bandung, Rachmat Irianto.
Baca juga: Persib Bandung Bereaksi soal Wacana Regulasi Pemain Asing 5+1
Ia baru saja menyelesaikan ujian skripsi pendidikan Strata 1 (S1) prodi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Surabaya (Unesa), pada 18 April 2023 lalu.
Banyak pujian yng diberikan karena berhasil menyelesaikan pendidikan di tengah jadwal yang padat.
Sebab pemain asal Surabaya tersebut tidak hanya tampil reguler bersama Persib Bandung di Liga 1 2022-2023, namun juga sering dipanggil Timnas Indonesia.
Ia tak mau terlena dengan karier sepak bolanya yang cemerlang.
Dia memutuskan untuk menyeimbangkannya dengan pendidikan setinggi mungkin.
"Tentunya bisa menjadi contoh anak muda lainnya bahwa pendidikan itu penting. Tidak hanya bermain bola," ujar pemain yang biasa disapa Rian.
"Karena usia bermain bola itu tidak kenal waktu. Nantu usia 24-25 tiba-tiba ada kejadian tidak diinginkan (bagaimana?). Jadi pendidikan itu sangat penting," sambungnya.
Itu merupakan caranya untuk lebih mandiri. Ketika hal-hal yang tidak terduga terjadi terhadap sepak bola Indonesia, sudah ada gambaran lain untuk menopang hidupnya.
Gayung bersambut, pihak Unesa mengungkapkan akan memberikan program beasiswa S2 dan S3 untuk para atlet, salah satunya Rachmat Irianto.
Kesempatan ini pun diambilnya sekalipun harus mengeluarkan usaha ekstra untuk karier sepak bola dan pendidikan.
"Saya difasilitasi seperti ini saya diberikan pendidikan S2 lanjut s3. Saya akan memanfaatkan sebaik mungkin karena tidak semua orang mendapatkan kesempatan seperti ini," ujar mantan kapten Timnas U19 itu.
"Tetap saya ambil saya akan menyelesaikan S2 nantinya," tambahnya.
Kini di usianya yang masih 23 tahun tersebut sudah memiliki rencana jangka panjang setelah karir sebagai pemain berakhir. Pendidikan dan gelar yang dimiliki membuatnya memiliki opsi jenjang karir lain selain menjadi pelatih, agen, manajer atau talent scout.
"Awalnya saya prospek ke pelatih, tapi setelah mengetahui kesempatan melanjutkan S2 jadi pelatih dan dosen juga. Sedikit serakah tapi buat kebaikan," tambahnya.
Sementara itu Wakil Ketua Umum PSSI, Zainudin Amali memuji pola pikir dan kedewasaan Rachmat Irianto.
Menurutnya apa yang dilakukan pemain kelahiran 3 September 1999 patut menjadi contoh pemain lain. Tidak perlu menunggu redup untuk mulai mementingkan pendidikan. Karena pendidikan bukan sekedar rencana cadangan, namun juga meningkatkan value dari pemain profesional.
"Saya kira benar dari sekian banyak pemain bola hanya beberapa yang sukses di pendidikan. Kemudian kesuksesan itu terkadang membuat prestasi sepak bolanya tidak berjalan bersamaan. Kadang orang berpikir kuliah kalau sudah tidak berprestasi " kata mantan Menteri Pemuda dan Olahraga itu.
"Rian itu menariknya prestasinya sedang di puncak sebagai pemain timnas bahkan menjadi kapten. Dia masuk Timnas dan dia main di salah satu klub elit tetapi dia masih bisa mengerjakan (pendidikannya) dengan baik," tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya