"Kami berada di bawah kediktatoran, dianiaya, kami tidak tahu apa yang akan terjadi besok, tetapi Argentina menjadi juara dan kami keluar untuk merayakannya di jalanan."
"Dan kemudian kami kembali ke kenyataan, yang tak henti-hentinya."
Baca juga: PIala Dunia 2022 - Argentina Panas pada Waktu yang Tepat
Terlepas dari hasrat besar yang diilhami sepak bola, itu tetap hanya sebuah pertandingan, menurut penulis Ariel Scher.
"Sepak bola memberikan kegembiraan individu dan kolektif, tetapi kegembiraan itu bersifat sementara, itu tidak menghilangkan masalah lain dari hidup," ujar Scher, dosen universitas dan pakar sepak bola, kepada AFP.
"Ini seperti ketika anak kita lulus ujian: kita senang tapi itu tidak melunasi tagihan."
Kekuatan sepak bola "memberi kita kemungkinan kebahagiaan yang bersifat sementara dan abadi," tambah Scher.
"Tidak ada masalah yang akan diselesaikan atau dihilangkan, tetapi pada saat yang sama, bahkan secara singkat, itu membuat kita terpesona dengan sesuatu yang meninggalkan kenangan abadi."
Dalam jajak pendapat November 2022, lebih dari tiga perempat orang Argentina mengatakan bahwa keberuntungan negaranya di Piala Dunia akan berdampak pada moral masyarakat.
Sebanyak 32 persen bahkan merasa hasilnya akan memengaruhi pemilihan presiden berikutnya dalam waktu 10 bulan.
Ilmuwan politik Raul Aragon menolak gagasan semacam itu.
Terlepas dari apa yang terjadi di final Piala Dunia pada Minggu (18/12/2022), "Suasana sosial akan kembali seperti sebelumnya. Dan pada akhirnya tidak ada kekuatan politik yang dapat memanfaatkan kemenangan."
Baca juga: Argentina Sudah Menangi Lima Final, Saatnya yang Keenam