KOMPAS.com - Timnas Indonesia akan menjajal kekuatan Malaysia pada laga terakhir Grup B Piala AFF 2020, Minggu (19/12/2021) pukul 19.30 malam WIB.
Pertandingan di Stadion Nasional Singapura itu akan sangat menentukan kelolosan ke babak semifinal Piala AFF 2020 bagi kedua negara rival sekaligus tetangga dekat tersebut.
Partai Piala AFF 2020 nanti akan menjadi pertemuan terkini dari duel yang pertama dipertandingkan pada tahun 1950-an.
Pertemuan pertama Indonesia vs Malaysia bergulir pada 7 September 1957 pada Ronde 2 Merdeka Games/Turnamen 1957.
Hal ini seperti diutarakan oleh peneliti sejarah Indonesia, Dimas Wahyu Indrajaya, yang juga menjadi pemegang akun @memoriolahraga.
Turnamen tersebut bergulir untuk merayakan kemerdekaan Federasi Malaya dari Kerajaan Inggris pada 31 Agustus 1957 dan memperebutkan Piala Perdana Menteri.
Baca juga: Timnas Indonesia Vs Malaysia: Garuda Tangguh, Harimau Malaya Tak Gentar
Indonesia menjadi salah satu tim undangan ketika itu dan berhak melaju ke Ronde 2 turnamen setelah mengalahkan Thailand 4-0 pada Ronde 1.
Garuda bergabung dengan Hong Kong, Vietnam Selatan, dan Malaya di Ronde 2 yang dimainkan dalam format grup.
Pertandingan kontra Malaya merupakan laga ketiga timnas Indonesia di fase grup tersebut setelah mereka kalah dari Hong Kong (1-2) dan menang atas Vietnam Selatan (3-1).
Sama seperti sekarang, pertandingan ketika itu menjadi laga terakhir fase grup.
Laga Indonesia vs Malaya bergulir di Stadion Merdeka, Kuala Lumpur, pada Sabtu siang, 7 September 1957.
Stadion itu sendiri baru dibuka pada 30 Agustus 1957 oleh Perdana Menteri Tengku Abdul Rahman.
Reporter koran mingguan asal Jakarta, Star Weekly, Oh Lay Hien, yang ikut dalam rombongan PSSI ketika itu menggambarkan Stadion Merdeka sebagai "tidak terlalu besar, tetapi adalah salah satu stadion terbaik yang pernah saya saksikan."
"Stadion tersebut bisa menampung 25.000 orang dan dibangun secara modern dengan hampir seluruh struktur terbuat dari beton tanpa tiang-tiang yang dapat mengganggu pemandangan," tulisnya pada edisi no 611 tertanggal 14 September 1957.
Baca juga: Timnas Indonesia Vs Malaysia, Tragedi 2012 Pantang Terulang!
Terlebih, para penonton laga Indonesia vs Malaya dimanjakan oleh kamar-kamar ber-AC, ruang pers, dan juga restoran.
Stadion sendiri sudah dilengkapi lampu sorot untuk menerangi lapangan.
Luar biasanya, stadion dibangun hanya dalam satu tahun, suatu hal yang digambarkan Star Weekley sebagai "suatu prestasi sendiri".
Indonesia Memutar Balik Ketertinggalan
Seperti dikutip dari koran Java Bode edisi 9 September 1957, pertandingan Indonesia vs Malaya cenderung berimbang walau pertahanan Indonesia lebih banyak diserang pada babak pertama.
Garuda baru tampil lebih ofensif pada babak kedua.
Koran berbahasa Belanda, Java Bode, memuji kemampuan Indonesia untuk memutar balik ketertinggalan 1-2 sebelum turun minum menjadi kemenangan 4-2.
Salah satu pahlawan Indonesia pada laga itu adalah penyerang asal Semarang Jasrin Jusron.
"Jusron juga pencetak tiga gol saat timnas Indonesia berhadapan dengan Amerika Serikat pada laga pra Olimpik tahun 1956," ujar Dimas kepada Kompas.com.
View this post on Instagram
Line up Indonesia pada hari itu, berdasarkan data dari RSSSF, situs pencatat statistik sepak bola, adalah: Paidjo (Saelan 60'); Bakir, Him Tjiang; Rukma, Kiat Sek, Liong Houw; Witarsa, Sian Liong, Omo, Saari, Jusron.
Kendati berhasil menang atas Malaysia, timnas Indonesia harus rela gelar juara jatuh ke tangan Hong Kong.
Walau begitu, Star Weekly melaporkan bahwa Indonesia layak keluar sebagai juara dari turnamen tersebut.
"Kesebelasan kita dengan sesungguhnya tidak lebih lemah dari pada kesebelasan Hong Kong," tulisnya lagi.
"Bahkan sebaliknya, kita mungkin lebih kuat."
"Kalau kita perhatikan laga kontra Hong Kong, dapat dikatakan bahwa kekalahan kita terhadap mereka tak usah terjadi."
Di luar turnamen tersebut, tahun 1950-an sebetulnya menghadirkan kiprah positif bagi timnas Indonesia yang usianya masih relatif muda.
Hal ini diungkapkan kembali oleh Dimas Wahyu Indrajaya yang menekankan beberapa momen emas Garuda dalam satu dekade setelah meraih Kemerdekaan.
"Tim yang tidak dibentuk instan tentunya ya, prestasinya yg terbaik di ajang Asian Games 1958, menyabet medali perunggu," ujar Dimas lagi.
"Hal itu didapat karena timnas sering ditempa dgn melawan sejumlah tim luar negeri, seperti Reims yang jadi juara Liga Champions."
"Momen paling diingat tentu aja saat timnas Indonesia menahan imbang Uni Soviet 0-0 di ajang Olimpiade Melbourne 1956."
"Uni Soviet tim kuat, buktinya mereka menyabet medali emas di ajang itu," tutur pengarang buku Trem Di Jakarta 1869-1962: Moda Darat Favorit Warga Ibu Kota Tempo Dulu (2021).
"Memang kita 'cuma' menahan imbang, tetapi sebuah kebanggaan sendiri bagi indonesia,
"Bahkan komentator/penyiar RRI yang menyiarkan pertandingan, Mahargono, sampai menangis ketika membawakan laga lawan Uni Soviet.
"Dia menjadi saksi langsung kehebatan kiper Maulwi Saelan."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.