KOMPAS.com - Menjadi bintang utama dalam kesuksesan tim pada sebuah ajang akbar merupakan momen langka. Hanya segelintir pemain yang dapat melakukannya. Paolo Rossi termasuk salah satunya, ketika membawa tim nasional Italia juara Piala Dunia 1982.
Pada awal kariernya sebagai pesepak bola, Rossi mungkin tidak menyangka bisa mendapat label legenda. Pasalnya, karier sang striker diganggu cedera dan skandal.
Pria kelahiran Prato, Tuscany, Italia, 23 September 1956 ini memulai karier di Juventus pada 1973. Selama dua tahun, ia berulang kali terkena persoalan cedera sehingga tak pernah tampil bagi Juve di Serie A. Akibatnya, Rossi dipinjamkan ke Como pada 1975-1976.
Titik balik karier Rossi terjadi pada 1976 saat membela klub Serie B, Vicenza. Dia berperan dalam membawa klub itu promosi ke Serie A pada musim berikutnya dengan menjadi pencetak gol terbanyak Serie B 1976-1977 (21 gol).
Ketajaman Rossi berlanjut pada 1977-1978, memimpin Vicenza ke peringkat 2 klasemen Serie A dan menjadi pemain terproduktif liga tersebut (24 gol).
Kehebatan Rossi membuatnya dipanggil Italia untuk bermain di Piala Dunia 1978. Ia mencetak tiga gol dan empat assist guna membawa negerinya mencapai peringkat ke-4 kompetisi.
Selepas Piala Dunia 1978, karier Rossi menurun karena cedera. Total 15 golnya tak cukup membantu Vicenza bertahan di Serie A sehingga harus turun kasta ke Serie B. Dia pun dipinjamkan ke Perugia demi tetap beraksi di Serie A 1979-1980.
Saat kembali menemukan performa terbaik bersama Perugia, Rossi tersandung skandal pengaturan skor dan judi Totonero. Rossi dianggap bersalah sehingga dijatuhkan suspensi larangan bermain selama tiga tahun. Hukuman itu dipotong menjadi hanya dua tahun.
Meski dalam masa hukuman, Rossi kembali diboyong Juventus. Dia kembali dari suspensi dan bermain menjelang akhir 1981-82, cukup baginya untuk menggoda pelatih timnas Italia, Enzo Bearzot, memanggilnya masuk skuat Piala Dunia 1982 di Spanyol.
Terpilihnya Rossi bikin Bearzot menuai kritik di Italia. Sang pelatih bahkan mengaku tidak sepenuhnya yakin akan keputusannya.
"Jujur saja, saya punya alternatif. Tapi, saya membutuhkan pencetak gol, seseorang yang dapat membobol gawang lawan dari dalam kotak penalti dengan gaya bermain yang sesuai dengan yang saya inginkan. Jika saya tidak membawa Rossi, saya tidak punya pemain yang mampu membuat masalah di area pertahanan lawan," kata Bearzot.
Rossi membersihkan label negatif dirinya sepanjang Piala Dunia 1982. Permainan impresifnya memberikan gelar juara dunia bagi Italia. Pada turnamen tersebut, Rossi menyabet gelar individu, sepatu emas alias pencetak gol terbanyak (6 gol) dan bola emas alias pemain terbaik Piala Dunia.
Sepanjang sejarah Piala Dunia, hanya tiga orang yang mampu meraih gelar juara dunia, sepatu emas, dan bola emas dalam satu gelaran. Rossi mengikuti jejak Garrincha dari Brasil (Piala Dunia 1962), dan Mario Kempes dari Argentina (Piala Dunia 1978).
Salah satu momen kehebatan Rossi saat Piala Dunia 1982 adalah kemenangan 3-2 atas tim terbaik saat itu, Brasil, pada putaran 2 fase Grup C. Brasil, tim bertabur bintang macam Zico, Socrates, Falcao, dan Eder, takluk oleh tiga gol yang dilesakkan Rossi.
Brasil, yang hanya membutuhkan hasil seri untuk mengamankan tempat di semifinal, harus angkat koper gara-gara kemenangan sensasional Italia tersebut.
Striker Italia, Paolo Rossi, beraksi melawan Brasil pada gim putaran 2 Grup C Piala Dunia 1982.
Sampai saat ini, Rossi kerap ditanya perasaannya seputar keberhasilan dirinya dan Italia pada Piala Dunia 1982.
"Apakah Anda lelah membicarakan Piala Dunia 1982?" tanya wartawan media Kanada, Sportsnet.ca, pada 2015. "Tidak!" jawab Rossi sembari tertawa.
Video 6 gol Paolo Rossi pada Piala Dunia 1982
Rossi memang amat bangga dengan prestasi tersebut, terutama momen mengalahkan Brasi. Hal ini dapat dilihat dari judul otobiografi dirinya: I Made Brazil Cry (Saya Membuat Brasil Menangis).
Selepas Piala Dunia 1982, karier Rossi merosot tajam. Ia mengaku perhatian publik yang luar biasa gara-gara turnamen itu adalah salah satu faktor yang membuat performanya menurun.
"Lebih sulit membahas Piala Dunia 1982 ketika saya masih bermain sebab setelah Piala Dunia tersebut, kehidupan saya amat sulit. Ketertarikan pada saya begitu melelahkan," ucap Rossi.
Bagi sejumlah orang, Rossi dinilai tidak memiliki ciri-ciri seorang striker lantaran fisiknya kurang tinggi (1,78 m) sehingga kurang mengintimidasi bek-bek lawan. Namun, Rossi begitu cepat, lincah, elegan, dan oportunis, karakter yang cukup memperlihatkan kelayakan dirinya sebagai seorang penyerang.
Rossi bermain bagi Italia pada 1977-1986, mengemas 20 gol dari 48 penampilan. Di level klub, ia bermain untuk enam klub sebelum pensiun pada 1987.
Di level klub, peraih Ballon d'Or 1982 ini berprestasi bersama Juventus (1973-1975; 1981-1985) dengan merengkuh enam gelar, termasuk Liga Champion 1984-1985 dan dua titel Serie A 1981-1982 dan 1983-1984.
Selain Juve dan Como, Rossi bermain di Vicenza (1976-1980), Perugia (pinjaman; 1979-1980), Milan (1985-1986), dan Verona (1986-1987).
Berusia 59 tahun, Rossi saat ini berprofesi sebagai pandit di media Italia, Mediaset Premium. (Theresia Simanjuntak)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.