Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diskriminasi Premier League Terhadap Suporter Berkursi Roda

Kompas.com - 14/03/2015, 17:14 WIB
Anju Christian

Penulis

KOMPAS.com - "Saya melewatkan tiga dari empat gol yang tercipta. Saya mengetahui apa yang terjadi (di lapangan) karena reaksi sekitar. Tetapi, itu jauh dari kata ideal," kisah Glen Shorey, seorang penggemar Arsenal yang hadir dalam laga tandang di Goodison Park, Agustus tahun lalu.

Bila datang ke stadion, Shorey memang tak bisa menyanyikan chant sambil berdiri laiknya suporter kebanyakan. Pria berusia 21 tahun ini menderita Friedreich’s ataxia, penyakit yang menyerang pusat sistem saraf. Penderita Friedreich’s ataxia mengalami kelemahan utuk menggerakkan kaki dan tangannya. Tak ayal, sulit bagi Shorey untuk berpindah tempat ketika di stadion.

Situasi di stadion pun kerap tak menguntungkan kaum Shorey. Pengalaman bertandang ke Goodison Park misalnya. Dalam cerita yang dituangkan dalam blog bertajuk "The Adventures of Wheelchair Boy" tersebut, Shorey mengeluh karena dirinya ditempatkan bersama fans Everton. Belum lagi posisi cameraman yang menghalangi pandangan Shorey.

Pengalaman serupa turut dialami sesama suporter Arsenal, Anthony Joy. Dia melabeli laga tandang ke Crystal Palace pada Oktober 2013 sebagai pengalaman terburuknya. Arsenal menang 2-0.

"Tetapi, saya tidak bisa melihat apa-apa," kata Anthony, yang sudah berkelana di laga kandang dan tandang The Gunners lebih dari 20 tahun.

Serupa dengan Shorey, Joy sering terpaksa duduk di tribun suporter tuan rumah. Pasalnya, tribun suporter tim tamu kerap tak mampu menampung kaum penyandang cacat. Joy sendiri tak menuntut perlakuan khusus. Para penyandang cacat, menurut Joy, cuma ingin menyaksikan laga bersama rekan-rekan sesama suporter tandang. "Kami hanya ingin kesetaraan," tegasnya.

Kuota Kursi Roda

Berangkat dari keluhan suporter seperti Glen Shorey dan Anthony Joy, BBC melakukan investigasi pada Maret 2014. Media ternama Inggris tersebut coba membandingkan kapasitas ruang untuk suporter berkursi roda di stadion tim-tim Premier League dengan regulasi yang tertuang dalam Accessible Stadia Guide, panduan stadion dan fasilitas untuk kaum penyandang cacat.

Hasilnya mengejutkan. Musim lalu, hanya Swansea City, Southampton, dan Cardiff City yang memenuhi standar. Bahkan, stadion besar seperti Old Trafford, Anfield, dan Stamford Bridge hanya menyediakan tak lebih dari 50 persen kuota suporter berkursi roda yang telah ditetapkan Accessible Stadia Guide.

Begitu juga dengan tim idola Glen Shorey dan Anthony Joy, Arsenal. Markas The Gunners, Emirates Stadium, hanya menyediakan 96 persen dari kuota yang diharapkan. Sementara itu, Eitihad Stadium milik Manchester City tak lebih baik dengan catatan 88 persen.

Hampir setahun berlalu, tapi kondisi tak banyak berubah. Musim ini, para suporter penyandang cacat masih mengalami kesulitan menonton di stadion. Perlu diingat, kisah yang diceritakan Glen Shorey merupakan pengalamannya pada musim 2014-15.

Berdasarkan laporan The Guardian bulan ini, jumlah tim yang memenuhi kuota kursi roda di stadion justru berkurang. Dari 20 kontestan Premier League, cuma Swansea dan Leicester City yang menaati aturan. Bahkan, ada catatan sangat parah dari Queens Park Rangers, yang hanya memenuhi 17 persen dari kuota.

Klub-klub Premier League coba menjawab kritik ini. Melalui juru bicaranya, Chelsea mengaku telah coba membenahi tribun tamu agar pandangan suporter penyandang cacat tak terhalang. Sementara itu, Manchester United menyatakan, kuota kursi roda hanya bisa dipenuhi dengan stadion baru.

Akan tetapi, pembelaan itu tak memuaskan suporter. Joy merasa, tidak ada alasan bagi kontestan Premier League untuk mengabaikan regulasi Accessible Stadia Guide. Terlebih bila melihat laporan pemasukan tim-tim Premier League yang meningkat 5,14 miliar poundsterling atau sekitar Rp 101,9 triliun dari kesepakatan hak siar dari 2016 hingga 2019. Menurut Joy, pemasukan tersebut seharusnya digunakan untuk membenahi fasilitas penyandang cacat di stadion.

David Bernstein yang notabene mantan Ketua FA, turut menyerukan investasi untuk fasilitas penyandang cacat di stadion.

"Klub tidak melakukannya (pembenahan fasilitas penyandang cacat). Sebab, ketentuan untuk penyandang cacat memerlukan biaya. Mereka pun berkilah dengan alasan stadion tua. Tetapi, mengingat uang yang ada di level atas permainan, itu tidak bisa jadi alasan," tegasnya.

Ironis memang. "Rekening gendut" dimiliki tim-tim Premier League, tapi suporter berkursi roda yang berjuang keras untuk pergi ke stadion, justru terabaikan.

Joyce Cook, Ketua Level Playing Field atau organisasi yang memperjuangkan hak suporter penyandang cacat, coba menggugah manajemen tim-tim Premier League.

Perlu diketahui, Joyce Cook menderita psoriatic arthritis sejak 17 tahun silam. Selama itu, dia selalu mengikuti laga kandang dan tandang MU dengan kursi roda. Dia banyak bertemu suporter penyandang cacat di wilayah khusus kursi roda di stadion dan benar-benar memahami perjuangan kaumnya.

Kendati demikian, dia tak memungkiri, sepak bola telah menjadi semacam "short escape" untuk kaumnya. "Kami datang menyaksikan pertandingan (di stadion). Saat itu, kami lupa akan kursi roda dan status penyandang cacat," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Tiket Madura United Vs Persib, Suporter Tamu Dilarang Hadir

Harga Tiket Madura United Vs Persib, Suporter Tamu Dilarang Hadir

Liga Indonesia
Singapore Open 2024: Gregoria Tampil Nyaman, Tenang, dan Diuntungkan

Singapore Open 2024: Gregoria Tampil Nyaman, Tenang, dan Diuntungkan

Badminton
Hasil Singapore Open 2024: Sempat Dikte Lawan, Leo/Daniel Kalah

Hasil Singapore Open 2024: Sempat Dikte Lawan, Leo/Daniel Kalah

Badminton
Jadwal dan Live Streaming Timnas Putri Indonesia Vs Singapura Malam Ini

Jadwal dan Live Streaming Timnas Putri Indonesia Vs Singapura Malam Ini

Timnas Indonesia
Hasil Singapore Open 2024: Gregoria Mariska Melaju ke 16 Besar

Hasil Singapore Open 2024: Gregoria Mariska Melaju ke 16 Besar

Badminton
Marc Klok Stres Absen di Final Pertama Liga 1 2023-2024

Marc Klok Stres Absen di Final Pertama Liga 1 2023-2024

Liga Indonesia
Bursa Transfer: Chelsea Incar Enzo Maresca, Brighton Mau Graham Potter Kembali

Bursa Transfer: Chelsea Incar Enzo Maresca, Brighton Mau Graham Potter Kembali

Liga Inggris
Kapolri Resmikan Komite Olahraga Polri

Kapolri Resmikan Komite Olahraga Polri

Sports
Kualifikasi Piala Dunia 2026: STY Beri Peringatan Terkait Kartu Kuning

Kualifikasi Piala Dunia 2026: STY Beri Peringatan Terkait Kartu Kuning

Timnas Indonesia
Ungkapan Saling Support Bomber Persib DDS-Ciro, Jadi 11 Pemain Terbaik APPI

Ungkapan Saling Support Bomber Persib DDS-Ciro, Jadi 11 Pemain Terbaik APPI

Liga Indonesia
Kualifikasi Piala Dunia 2026: Perketat Pengamanan Hotel Tempat Timnas Menginap

Kualifikasi Piala Dunia 2026: Perketat Pengamanan Hotel Tempat Timnas Menginap

Timnas Indonesia
Aston Villa Perpanjang Kontrak Unai Emery

Aston Villa Perpanjang Kontrak Unai Emery

Liga Inggris
Martial Ucap Selamat Tinggal ke Man United: Emosional, MU Selalu di Hati

Martial Ucap Selamat Tinggal ke Man United: Emosional, MU Selalu di Hati

Liga Inggris
368 Siswi Ikut Turnamen Sepak Bola Putri di Jakarta

368 Siswi Ikut Turnamen Sepak Bola Putri di Jakarta

Liga Indonesia
Latihan Timnas Malaysia Dijaga Ketat Polisi Imbas Kasus Penyerangan ke Pemain

Latihan Timnas Malaysia Dijaga Ketat Polisi Imbas Kasus Penyerangan ke Pemain

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com