Konflik internal di tubuh Real Madrid tidak bisa dipisahkan dari dua sosok pemain yang begitu ”diistimewakan” di Real Madrid. Bahkan, oleh banyak anggota dan pendukung Madrid, mereka dianggap sebagai legenda hidup klub raksasa itu.
Sergio Ramos dan Iker Casillas adalah pemain yang juga anggota tim nasional Spanyol. Keduanya menjadi tulang punggung tim Spanyol yang berhasil menjadi juara dunia (2010) dan dua kali juara Eropa (2008 dan 2012). Sangat wajar bila dukungan para fans Madrid pada khususnya dan masyarakat Spanyol pada umumnya sangat kuat terhadap keduanya.
Sergio Ramos didatangkan pada musim panas 2005 dengan biaya 27 juta euro (sekitar Rp 337,5 miliar) dari Sevilla. Dia satu-satunya pemain Spanyol yang dibeli Florentino Perez pada periode pertamanya sebagai Presiden Real Madrid. Karena itu, Ramos memiliki hubungan istimewa dengan Perez. Dia dianggap sebagai salah satu pemain bertahan terbaik Spanyol.
Akan tetapi, Ramos pun bukanlah pemain yang sempurna. Dia memiliki temperamen tinggi dan penampilannya kadang ”angin-anginan”, yang kerap membuatnya mendapatkan kartu kuning dan bahkan kartu merah. Karakter itu pula yang membuat dia tidak segan untuk mengkritik pelatihnya. Jauh sebelum berkonflik dengan pelatih Jose Mourinho, Ramos pernah diistirahatkan Bernd Schuster pada Oktober 2008 gara-gara dia mengkritik taktik yang diterapkan dan ketidaksukaannya terhadap manajer Madrid tersebut.
Iker Casillas juga sosok istimewa bagi para anggota dan pendukung Madrid. Casillas adalah pemain binaan Madrid sejak muda. Dia bergabung di tim muda Real Madrid mulai musim 1990/1991. Pada usia 16 tahun, dia dipanggil masuk tim senior, tetapi baru pada musim 1998/1999 dia memulai debutnya di tim senior. Penjaga gawang kelahiran 20 Mei 1981 itu dianggap sebagai kiper terbaik Spanyol hingga saat ini, bahkan dipercaya menjadi kapten tim Spanyol. Wajar bila para pendukung Madrid dan warga Spanyol mempertanyakan keputusan Mou untuk mengistirahatkan kiper 32 tahun itu.
Sebagai pelatih, Mourinho sebenarnya sangat berhak untuk menegur pemainnya yang tampil kurang maksimal. Dia juga memiliki penilaian mengenai siapa-siapa saja pemain yang siap diturunkan pada sebuah laga. Akan tetapi, Mourinho kali ini berhadapan dengan Ramos dan Casillas yang memang memiliki sejumlah keistimewaan. Dia juga harus berhadapan dengan media-media Spanyol yang kurang suka dengan gaya kepemimpinan Mourinho, yang dinilai ”merusak” hubungan Madrid dengan rival sejatinya, Barcelona.
Sebagai pelatih, Mourinho cukup risau dengan penampilan Casillas yang agak menurun pada setengah musim pertama 2012/2013. Dari 18 pertandingan yang dijalani Casillas pada paruh pertama musim 2012/2013, kapten tim Madrid itu melakukan 31 kali penyelamatan, tetapi kemasukan gol 17 kali. Jika diperbandingkan antara jumlah kemasukan gol dan penyelamatannya itu, persentase kemasukan golnya sebesar 35,4 persen. Persentase itu cukup tinggi (baca: kurang baik) untuk seorang kiper di tim sekuat Madrid.
Didatangkannya Diego Lopez dari Sevilla, karena itu, bukanlah tanpa alasan. Selama berkiprah di Madrid hingga laga ke-37, Lopez yang turun di 16 pertandingan melakukan 55 kali penyelamatan dan 20 kali kemasukan, atau persentasenya 26,7 persen.