London, Selasa
”Denda yang kecil untuk pelanggaran rasialis tidak bisa diterima,” tulis Blatter dalam akun Twitter-nya, Selasa (14/5).
Pertandingan antara Milan dan Roma itu sempat dihentikan selama hampir 2 menit pada babak kedua pertandingan, Minggu (12/5). Itu gara-gara pendukung Roma mengolok-olok dua pemain Milan, Mario Balotelli dan Kevin-Prince Boateng, yang berkulit hitam.
”Hal yang mengejutkan dan tidak bisa saya pahami adalah Komite Disiplin Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) telah mengambil keputusan, bahkan sebelum 24 jam setelah terjadinya insiden, dengan hanya menjatuhkan denda,” tambah Blatter dalam situs resmi FIFA.
Blatter menguraikan, FIGC belum membuat penyelidikan atas apa yang terjadi. Sanksi yang hanya denda seperti itu tidak benar dan tidak bisa diterima.
”Uang akan selalu bisa didapat. Apa artinya 50.000 euro untuk insiden semacam itu? Saya tidak senang dan saya akan menelepon Federasi Italia. Itu bukan cara untuk menangani hal semacam itu,” ujarnya.
Ketua FIFA itu gemas karena, meski sejumlah sanksi telah dijatuhkan kepada pemain ataupun klub, rasisme masih merebak di sepak bola. ”Sungguh luar biasa kita menghadapi insiden-insiden, khususnya di Serie A Italia, di San Siro antara AC Milan dan AS Roma. Wasit terpaksa harus menghentikan pertandingan dalam beberapa menit untuk mengembalikan ketenangan. Itu sungguh buruk,” kata Blatter.
Dalam rancangan yang disusun gugus tugas FIFA, yang akan disampaikan pada kongres FIFA akhir bulan ini di Mauritius, tim- tim yang terlibat dalam pelanggaran rasialisme terancam sanksi berat. Sanksi itu di antaranya mereka terancam dikeluarkan dari kompetisi, atau bahkan diturunkan ke liga di bawahnya jika pemain mereka, pengurus, atau penggemarnya terbukti bersalah melakukan diskriminasi.
”Dalam resolusi ini, ada sanksi-sanksi yang jelas dan sanksi-sanksi itu harus dilaksanakan di seluruh dunia. Karena itulah, kami membutuhkan keputusan kongres. Hal itu akan mengikat keseluruhan 209 asosiasi,” ujar Blatter.
Sementara Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) dalam kongres di London, pekan depan, juga akan meminta 53 anggotanya untuk mengadopsi serangkaian sanksi lebih tegas terhadap rasialisme.
UEFA menginginkan penutupan sebagian stadion diterapkan terhadap klub-klub jika rasialisme terjadi di bangku penonton ketimbang hanya menjatuhkan sanksi denda. Jika terjadi insiden lebih serius, UEFA meminta klub-klub dipaksa bermain di lapangan tanpa dihadiri penonton.
Sementara untuk pelanggaran rasialisme yang terbukti dilakukan pemain, UEFA mengusulkan larangan bermain pada sedikitnya 10 pertandingan.
Di Inggris, Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) berusaha mendorong sendiri rencananya untuk menjatuhkan hukuman larangan bermain di lima pertandingan untuk pelanggaran rasialisme terhadap lawan.
Pada laga Milan melawan Roma itu, peringatan-peringatan
Menurut Ketua FIGC Giancarlo Abete, peradilan disiplin terikat pada aturan-aturan yang ada saat ini meskipun federasinya akan dengan senang hati menerima aturan baru dan menunggu FIFA ataupun UEFA untuk memimpin. ”Kami berada di garis depan dalam perang melawan rasialisme, aturan-aturan berubah, tetapi untuk saat ini itulah aturannya,” ujarnya. (AP/Reuters/OKI)