Jakarta, Kompas
”Tahap pertama yang sekarang dilakukan oleh PSSI dan PT Liga Indonesia adalah menyusun regulasi, termasuk di dalamnya proses verifikasi,” ujar CEO PT Liga Indonesia Joko Driyono.
Perkembangan terkini proses penyatuan liga disampaikan dalam diskusi sepak bola nasional bertema ”Menyikapi Perkembangan Terkini Rekonsiliasi Sepak Bola Nasional” yang diselenggarakan oleh tabloid Bola di Jakarta, Rabu (20/3).
Penyatuan liga mencakup empat tahap, dimulai dengan menyusun regulasi, verifikasi klub pada November-Desember, finalisasi jumlah klub peserta kompetisi pada Desember, dan peluncuran kompetisi baru pada Januari 2014.
PT Liga Indonesia menargetkan, untuk kompetisi profesional paling elite atau level 1, akan terdiri atas 22 klub, gabungan dari 18 klub Liga Super Indonesia (ISL) dan 4 klub Liga Primer Indonesia (IPL). Klub-klub itu ditentukan dari hasil kompetisi musim 2013.
Di ISL, 15 klub akan otomatis lolos ke kompetisi 2014. Klub nomor tiga dari bawah akan menjalani play off melawan klub peringkat ketiga Divisi Utama. Dua klub terbawah terdegradasi ke Dividi Utama dan digantikan dua klub teratas Divisi Utama.
Untuk IPL, klub yang punya ”kembaran” di ISL dan bukan anggota PSSI tidak akan masuk dalam kompetisi baru pada 2014. Jika ada klub ”kembaran” dan bukan anggota PSSI yang masuk empat besar di akhir kompetisi IPL 2013, klub itu akan dicoret dan digantikan klub di bawahnya yang tidak bermasalah.
Proses selanjutnya adalah verifikasi klub, menggunakan standar lisensi klub Liga Champions Asia. Ada lima kriteria yang akan diperiksa, yaitu tata kelola klub, termasuk pembinaan usia muda; infrastruktur; sumber daya manusia dan administrasi; status hukum; dan keuangan.
”Apakah keuangannya cukup, apakah stadionnya baik, dan sebagainya,” ujar Joko.
Proses verifikasi, lanjut Joko, harus dilakukan agar validitas klub-klub yang berkompetisi bisa dilindungi. Sebab, selama ini beberapa klub menderita dari sisi keuangan. Klub-klub itu kesulitan membayar gaji pemain dan pelatih.
Tunggakan gaji pemain menjadi isu utama di klub-klub profesional di Indonesia. Sejumlah klub yang tidak mampu menggaet sponsor dan tidak lagi menerima Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sejak 2011 kesulitan membayar gaji pemain. Sejumlah klub pun memotong besaran gaji supaya bisa terus mengikuti kompetisi.
Berdasarkan data yang dilaporkan ke Badan Olahraga Profesional Indonesia pada Januari, total tunggakan klub-klub di bawah PT Liga Indonesia musim lalu Rp 38,9 miliar.
Laporan bernomor 01257 tertanggal 14 Januari 2013 itu menyebutkan tujuh klub yang menunggak gaji pemain, yaitu PSPS Pekanbaru, Persela Lamongan, Persiwa Wamena, Persidafon Dafonsoro, PSAP Sigli, Deltras Sidoarjo, dan PSMS Medan.
Anggota Komisi X DPR, Dedi Gumelar, menegaskan, harus ada audit manajemen dan finansial klub. Klub harus bonafide dan mampu membiayai kebutuhan kompetisi.
Dedi menegaskan, klub harus dipastikan memiliki deposito yang cukup untuk membiayai kompetisi. Aspek finansial ini mutlak untuk menuju kompetisi profesional.