Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atletico Unggul Sejarah dari Real

Kompas.com - 01/03/2013, 03:15 WIB

Final Piala Raja atau Copa del Rey pada 18 Mei 2013 mempertemukan dua klub asal Madrid, yakni Real Madrid dan Atletico Madrid. Real maju ke final dengan menyingkirkan musuh bebuyutan Barcelona, sementara Atletico mengeliminasi Sevilla.

Kedua tim berambisi besar setelah peluang mereka di La Liga sudah hampir pasti tertutup. Mereka kalah bersaing dengan Barcelona yang berlari sendirian dengan keunggulan 12 poin dari Atletico yang bertengger di peringkat kedua dan 16 poin dari Real yang tertahan di posisi ketiga.

Jika melihat statistik rekor pertemuan kedua tim, baik di liga maupun di ajang Copa, Real masih terlalu superior. Tim yang kini diasuh Jose Mourinho itu selalu menang dalam tujuh pertemuan terakhir.

Sementara Atletico masih tersandera rekor buruk atas saudara sekotanya itu. Sejak musim 1998/1999, Atletico tidak pernah mengalahkan Real Madrid di semua ajang, dengan total telah 24 pertandingan terlewati (22 di La Liga dan 2 di Copa del Rey). Kemenangan terakhir Atletico terjadi pada 30 Oktober 1999 saat mereka mengungguli Madrid dengan skor 3-1.

Namun, jika basis datanya dipersempit hanya pada pertemuan Real dan Atletico di final Copa del Rey, faktanya menjadi terbalik. Atletico lebih superior karena selalu menang dalam tiga final Piala Raja.

Atletico dua musim berturut-turut mempermalukan Real di final yang terjadi tahun 1960 dan 1961. Padahal, dua pertandingan tersebut digelar di Santiago Bernabeu, markas Real. Tahun 1960, Atletico menang meyakinkan 3-1. Musim berikutnya mereka menang tipis 3-2.

Setelah era tersebut, kedua tim baru kembali bertemu di final tahun 1992. Laga ini pun kembali digelar di markas Real di Santiago Bernabeu, berkapasitas 83.000 penonton.

Pertandingan berlangsung panas dan menarik. Namun, kubu tuan rumah kembali harus menelan kekecewaan setelah Real dihabisi 0-2. Kedua gol Atletico lahir dari pemain Jerman, Bernd Schuster, dan pemain asal Portugal, Paulo Futre.

Bintang Real, seperti Gheorge Hagi, Fernando Hierro, dan Emillio Butragueno, hanya bisa terpaku meratapi kekalahan timnya. Pelatih Real asal Belanda, Leo Beenhakker, harus mengakui strategi jitu pelatih Atletico kala itu, Luis Aragones. Nama Aragones mencuat di Piala Eropa 2008 ketika membawa tim Spanyol juara Eropa, melibas Jerman 1-0 di final.

Era saat ini memang lebih berbeda bagi Real. Dari komposisi tim, materi pemain asing mereka jauh lebih banyak ketimbang pemain lokalnya. Kualitas pemain juga papan atas dunia.

Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan baru memperlihatkan kapasitasnya saat menyingkirkan Barcelona di semifinal. Kemenangan 3-1 di Nou Camp itu bahkan menjadi kemenangan terbaik Real dalam laga ”El Clasico” melawan Barcelona.

Di kubu Atletico, materi pemain masih didominasi pemain lokal. Namun, para pemain lokal Atletico sudah bersemangat dan berdaya juang tinggi dalam setiap laga. Ini menjadi modal berharga bagi pelatih asal Argentina, Diego Simeone, untuk meracik tim yang solid.

Kartu truf lain Atletico tak lain kehadiran pemain asal Kolombia, Radamel Falcao, yang membuat lini depan Atletico ditakuti lawan-lawannya. (AFP/OTW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com