Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bepe: Keadaan Ini Sudah Tidak Bisa Ditoleransi Lagi

Kompas.com - 20/01/2013, 14:37 WIB

KOMPAS.com -- Perjuangan Bambang Pamungkas kini tidak hanya terbatas di tengah lapangan sepak bola. Belakangan ia dan rekan-rekannya sesama pemain sepak bola aktif dalam Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI). Ini adalah asosiasi pemain sepak bola profesional Indonesia yang menginduk pada Federasi Internasional Pesepakbola Profesional (FIFPro), yang diakui FIFA.

APPI diketuai mantan kapten tim nasional Ponaryo Astaman. Bambang adalah wakilnya. Apa maksud didirikannya asosiasi itu dan apa pula yang mereka lakukan di saat banyak pemain sepak bola negeri ini masih tertunggak gaji mereka di klub-klub masing-masing? Berikut lanjutan wawancara dengan pemain yang akrab dipanggil Bepe itu:

Anda sekarang bertransformasi dari pemain profesional yang sangat loyal menjadi aktivis perjuangan hak-hak pemain?

Sebenarnya bukan. Tetapi, seperti yang saya katakan tadi bahwa kami di APPI adalah pemain-pemain yang cukup lama, cukup senior, yang mungkin masa kami bermain tinggal dua-tiga tahun lagi. Kami ingin membangun sebuah pondasi yang kuat bagi generasi di bawah kami.

Artinya, ketika kami memperjuangkan kesetaraan bagi pemain agar pemain tidak lagi dipandang sebelah mata oleh klub, tidak lagi diperlakukan semena-mena oleh manajemen, kami berpikir ke depan bahwa dengan perjuangan kami ini, insya Allah lima, 10, 12, 20, atau 30 tahun lagi pemain tidak lagi diperlakukan seperti ini.

Jadi, kita berbicara tidak hanya untuk waktu yang dekat, tetapi untuk masa yang akan datang. Karena bagi kami, ini sebuah tanggung jawab moral. Karena, kebanyakan dari kami pernah merasakan hal yang sama dan sekarang adalah saatnya pemain untuk bersikap, melihat begitu banyak kasus yang, menurut saya, sangat menyedihkan, sampai ada pemain yang meninggal dan sampai ada yang masuk rumah sakit. Menurut saya, ini sudah tidak bisa lagi ditoleransi.

Bagaimana tanggapan pemain-pemain lain atas gerakan yang Anda rintis bersama rekan-rekan di APPI?

Menurut saya, banyak yang mendukung dan banyak yang setuju. Akan tetapi, di sisi yang lain banyak juga yang masih takut menyuarakan suara mereka. Karena, kita tahu, begitu besarnya tekanan dari pengurus, dari pemilik klub mengenai hal ini.

Salah satu pekerjaan terberat kami di APPI adalah menyadarkan bahwa hubungan kerja pemain dengan klub bukan sebagai hubungan majikan dan pekerja. Akan tetapi, kita setara. Ada saat di mana pemain harus melakukan kewajibannya, tetapi di sisi lain juga ada saat manajemen harus melakukan kewajibannya. Artinya, kita di sini balance.

Nah, kesadaran itu yang masih minim di para pemain kita. Mereka masih berpikir bahwa klub itu majikan mereka sehingga apa yang mereka putuskan, pemain harus ikut. Ini yang coba kita edukasi kepada mereka. Jadi, ke depan pemain Indonesia diharapkan lebih mengerti masalah memproteksi diri, lebih mengerti masalah value diri mereka sendiri. Ini yang coba ingin kita tularkan pada pemain-pemain muda ke depan.

Apa yang membuat mereka bersikap terkesan apatis? Apakah mereka dininabobokkan atau berada dalam zona nyaman yang sulit mereka tinggalkan?

Agak susah untuk menyampaikan itu. Karena, kesulitan dan kenyamanan setiap pemain dalam setiap tim berbeda-beda. Kebetulan saya sendiri memang hanya bermain di Persija selama 12 tahun sehingga saya tidak begitu mengetahui bagaimana kinerja tim-tim lain.

Akan tetapi, itu kembali pada rasa kebersamaan di setiap pemain itu sendiri. Artinya, ketika kita merasa senasib sebagai pemain sepak bola, kita melihat teman seprofesi kita mengalami masalah, tentu kita punya kewajiban moral untuk bersama-sama bagaimana membantu.

Selama ini kita hanya, katakanlah patungan, membantu teman-teman kita yang bermasalah. Tetapi, bagi saya, sampai kapan kita akan melakukan hal itu?

Artinya, harus ada proteksi secara hukum bagi pemain sehingga tidak perlu lagi melakukan hal seperti itu. Artinya, harus ada proteksi pembayaran gaji harus diselesaikan, harus ada semacam asuransi mungkin, dan itu yang sedang kita perjuangkan. Karena, seharusnya ketika sebuah klub menunggak gaji pemain musim lalu, dia tidak berhak mendaftarkan pemain baru untuk musim berikutnya.

Tapi, di sini itu tidak berlaku. Itu yang coba kita sosialisasikan kepada pemain, bagaimana ada peraturan-peraturan yang memang bisa kita gunakan untuk menekan klub. Tetapi sekali lagi, butuh waktu untuk itu. Tetapi, menurut saya, kalau tidak memulai dari sekarang, sampai kapan pun sepak bola kita akan seperti ini.

Mengenai kontrak pemain sepak bola, sebenarnya bagaimana realitas kontrak pemain dengan klub?

Sebenarnya sepak bola di Indonesia sudah bisa menjadi sebuah komoditas. Artinya, banyak sekali sponsor. Janganlah kita bicara klub, personal pun sudah banyak pemain yang di-endorse sebuah produk untuk menjadi spokeperson mereka. Artinya bahwa pemain sepak bola sudah bisa dijual. Kalau kita bicara pemain sudah bisa dijual, tentu klub seharusnya sudah bisa dijual.

Tetapi, ada hal-hal yang membuat ini tersendat, mungkin birokrasi, mungkin apa yang saya sendiri pernah tidak tahu. Tidak semua pemain mengerti masalah organisasi, dan sebaliknya, tidak semua pengurus mengerti masalah main bola. Jadi, ada yang harus dipisahkan.

Tetapi, sekali lagi saya berbicara tentang Persija, ketika Sriwijaya atau Persiba bermain dengan (kostum berlogo) Bank Sumsel atau Bank Kaltim, kenapa Bank DKI tidak ada di dada Persija. Itu tentu menjadi hal yang bisa dipertanyakan. Hal-hal seperti itu saya tidak tahu, mengapa tidak berjalan. Jadi, harus perlu pembenahan.

Apakah angka kontrak pemain yang selama ini beredar, termasuk kontrak Anda yang nilainya sangat fantastis, riil dan sesuai realitas sebenarnya?

Saya tidak pernah yakin angka yang beredar di media itu riil. Karena setiap pemain, kalau kita bicara masalah angka kontrak di Indonesia, ini masih sangat-sangat sensitif. Terkadang klub mengeluarkan angka yang bisa dipahami publik walaupun angka nominal pastinya, saya tidak begitu yakin apakah itu sesuai. Seperti saya misalnya, beberapa tahun terakhir angka yang keluar di publik dengan yang saya terima tidak sama. Saya tidak ingin mengatakan lebih besar atau lebih kecil. Tetapi artinya tidak sesuai.

Itu tidak bisa disalahkan juga karena terkadang Anda harus paham bahwa masyarakat kita belum terbiasa untuk menerima hal yang terbuka. Kita berbeda ketika kita berbicara di Eropa, seorang pemain terlihat dengan harga berapa dan orang terbiasa (dengan itu). Di Indonesia itu belum (biasa) dan masih tabulah.

Saya tidak tahu tentang kontrak teman-teman saya, itu sesuai atau tidak. Tetapi, kalau saya pribadi mengatakan, beberapa tahun terakhir (nilai kontrak yang beredar) tidak sesuai dengan saya terima. Sekali lagi, saya tidak ingin mengatakan lebih besar atau lebih kecil. Pada kenyataannya, tidak sama.

Anda tidak merasa terganggu, nilai kontrak Anda sebenarnya tidak sesuai dengan angka yang beredar di kalangan publik?

Saya base on apa yang saya tandatangani. Artinya, ketika ada yang berkompeten menanyakan hal, saya akan jawab apa adanya. Tetapi, ketika itu beredar di publik, apa yang harus saya lakukan? Tentu, saya tidak ingin menjelaskan ke semua orang bahwa itu salah. Bahwa itu kembali ke pemahaman masing-masing. Saya yakin, di Indonesia itu hal yang masih tabu dan orang tidak akan membicarakannya.

Melihat krisis keuangan di klub, menurut Anda, apakah pemain-pemain tidak over-valued dari segi kontrak dan gaji?

Ini hal yang sangat sensitif sebenarnya. Value ini depends on bagaimana klub melihat itu. Ketika sebuah klub melihat harga segitu tidak pantas untuk si A misalnya, sementara klub lain melihat itu pantas untuk si A, maka (harga) itu menjadi hal yang wajar bagi tim lain, tetapi tidak pantas bagi tim (lainnya). Sekali lagi, itu tergantung pada klub yang memandang tersebut.

Saya sendiri tidak ingin mengatakan bahwa salary cap merupakan hal yang harus dicoba di Indonesia. Karena, itu pasti akan banyak pihak yang menentang. Akan tetapi, sekali lagi, kalau kita bicara demi kebaikan bersama, bisa jadi itu (salary cap) mungkin sesuatu yang harus dilakukan.

Tetapi, sekali lagi, kalau (salary cap) itu toh dilakukan, siapa  yang menjamin bahwa gaji tidak juga terlambat? Kan seperti itu pertanyaannya. Apakah dengan pemberlakuan salary cap, gaji akan tepat waktu kalau tidak ada standar hukum yang memproteksi itu?

Jadi, banyak hal yang perlu dikaji mengenai hal itu. Kalau kita mempunyai peraturan yang jelas bahwa ketika tim yang tidak bisa menyelesaikan kewajiban mereka musim lalu, tidak bisa mengikuti kompetisi musim depan, tentu dengan salary cap pun mungkin akan menyelesaikan hal itu. Karena ada peraturan. Tetapi, kalau sekarang tidak ada (peraturan) itu, maka siapa yang akan menjamin? Tidak ada juga.

Andai klub-klub mau menyelesaikan kewajiban musim lalu, apakah pemain bersedia dipotong gaji dan kontraknya menjadi lebih kecil daripada musim lalu?

Menurut saya, harga ini kan yang menentukan bukan pemain. Harga ini yang menentukan pemilik klub. Ketika klub A hanya mampu membayar sejumlah angka, misalnya Rp 5 juta, sementara klub lain berani membayar Rp 10 juta. Maka, bukan hal yang salah pemain memilih yang Rp 10 juta.

Artinya, ketika ada tawaran di sana, otomatis tawaran harga itu akan semakin naik. Bagi saya, (harga) itu ada di tangan manajemen. Ketika pemain menetapkan harga 10 dan semua klub hanya mampu bayar 5, tidak mungkin dia tetap pada harga 10. Jadi, kembali ke manajemen klub, menurut saya, karena mereka yang menentukan harga pemain.

Jadi, fenomena klub jor-joran dalam berbelanja pemain bukan salah pemain?

(Masalah) itu ada di manajemen klub. Katakanlah semua klub hanya berani membayar harga 5, pemain tetap pada 10, misalnya. Kalau tidak ada tim yang membayar, dia bisa main di luar negara Indonesia. Itu profesional. Kalau dia mau main di Indonesia, dia harus menurunkan harga.

Tetapi, selama ini kan seperti ini. Ketika seorang pemain bintang dan klub sepakat tidak lebih dari harga sekian, tetapi ketika ada klub lain di belakang menaikkan dengan harga di atasnya, pemain akan memilih (harga teratas) itu. Menurut saya, tidak bisa menyalahkan pemain. (Tetapi) kembali pada klub itu sendiri.

Bersambung ke Bagian 3: Sikap Pemerintah Mengecewakan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Jadon Sancho Jadi Bintang Dortmund: 12 Dribel Tuntas, Setara Messi

    Jadon Sancho Jadi Bintang Dortmund: 12 Dribel Tuntas, Setara Messi

    Liga Champions
    Piala Asia U23 2024: Irak Mata-matai Timnas Indonesia, Waspada Pemain dari Eropa

    Piala Asia U23 2024: Irak Mata-matai Timnas Indonesia, Waspada Pemain dari Eropa

    Timnas Indonesia
    Kemenangan Dortmund Kunci 5 Slot Bundesliga di Liga Champions Musim Depan

    Kemenangan Dortmund Kunci 5 Slot Bundesliga di Liga Champions Musim Depan

    Bundesliga
    Hasil Dortmund Vs PSG 1-0: Gol Fullkrug Bawa BVB Menang

    Hasil Dortmund Vs PSG 1-0: Gol Fullkrug Bawa BVB Menang

    Liga Champions
    Parma Kembali ke Serie A, Jay Idzes Cetak 2 Gol tetapi Venezia Kalah

    Parma Kembali ke Serie A, Jay Idzes Cetak 2 Gol tetapi Venezia Kalah

    Liga Italia
    Borneo FC Singgung Wasit, Alarm Bahaya Jelang Babak Championship Series

    Borneo FC Singgung Wasit, Alarm Bahaya Jelang Babak Championship Series

    Liga Indonesia
    Perbasi DKI Jakarta Terus Lakukan Perbaikan demi Prestasi

    Perbasi DKI Jakarta Terus Lakukan Perbaikan demi Prestasi

    Sports
    Bali United Harap Jadwal Pasti Championship Series untuk Lawan Persib

    Bali United Harap Jadwal Pasti Championship Series untuk Lawan Persib

    Liga Indonesia
    Jadwal Siaran Langsung Timnas Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23 2024

    Jadwal Siaran Langsung Timnas Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23 2024

    Timnas Indonesia
    Eksklusif UFC 301: Drakkar Klose Siap Vs Joaquim Silva, Bertarung demi Keluarga

    Eksklusif UFC 301: Drakkar Klose Siap Vs Joaquim Silva, Bertarung demi Keluarga

    Sports
    Hasil Piala Thomas 2024: Leo/Daniel Menang, Indonesia Jadi Juara Grup C

    Hasil Piala Thomas 2024: Leo/Daniel Menang, Indonesia Jadi Juara Grup C

    Badminton
    Hasil Piala Thomas 2024: Jonatan Bawa Indonesia Balik Unggul 2-1 atas India

    Hasil Piala Thomas 2024: Jonatan Bawa Indonesia Balik Unggul 2-1 atas India

    Badminton
    Indonesia Vs Irak, Ketika STY Minta AFC Hormati Semua Tim dan Pemain

    Indonesia Vs Irak, Ketika STY Minta AFC Hormati Semua Tim dan Pemain

    Timnas Indonesia
    Evaluasi Febri Hariyadi, Mulai Dapat Kesempatan Lagi di Persib

    Evaluasi Febri Hariyadi, Mulai Dapat Kesempatan Lagi di Persib

    Liga Indonesia
    Hasil Piala Thomas 2024: Fikri/Bagas Balas Kekalahan Ginting, Indonesia 1-1 India

    Hasil Piala Thomas 2024: Fikri/Bagas Balas Kekalahan Ginting, Indonesia 1-1 India

    Badminton
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com