Para fanatikus Real Madrid jelas tidak menerima alasan teknis Mourinho. Belakangan memang terungkap, pelatih genius itu sedang bentrok personal dengan Casillas. Dia menuduh Casillas-lah yang membocorkan wacana kepergian Mourinho dari Bernabeu. Manajer yang sukses bersama FC Porto, Chelsea, dan Inter Milan itu belakangan diisukan segera hengkang ke Paris St Germain, bahkan dengan memboyong ”kartu as” El Real, Cristiano Ronaldo.
Sebagai penguasa di Bernabeu, Mourinho seakan ingin unjuk gigi bahwa dialah yang berwenang atas segalanya, termasuk membangkucadangkan sang legenda. Mourinho bukan tipikal pelatih yang takut dipecat. Berkali-kali dia menyatakan tidak khawatir sedikit pun akan kehilangan posisinya di Bernabeu.
Legenda Barcelona, Johan Cruyff, beberapa waktu lalu mengecam gaya kepelatihan Mourinho yang bergaya diktator. Menurut Cruyff, gaya itu tidak cocok dengan konten Real Madrid yang berisikan pemain beli jadi, bintang-bintang kelas dunia, tetapi tak punya akar sejarah dengan Bernabeu. Kebijakan perekrutan bintang dan gaya Mourinho memang cepat menghasilkan piala, tetapi bukan untuk masa yang panjang, menurut legenda asal Belanda itu.
Yang membuat semakin runyam, Mourinho berseteru dengan Ramos dan Casillas, dua bintang binaan akademi Valdebebas yang melegenda. Meski berkuasa, Mourinho tidak punya otoritas lebih untuk menyingkirkan mereka. Di satu sisi, Mourinho tetap membutuhkan mereka, bukan semata secara teknis, melainkan juga psikologis. Dengan Casillas dan Ramos di dalam tim, identitas Real Madrid tetap terjaga. Ini persis dengan strategi Sir Alex Ferguson mempertahankan Ryan Giggs dan Paul Scholes di dalam skuad Manchester United.
Dengan kondisi ini, permainan kekuasaan tetap akan berlangsung di Bernabeu. Semuanya baru akan berakhir jika Mourinho menyatakan pergi dengan sukarela atau dipecat begitu saja.