Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hidup Indonesia, Hidup Pemain!

Kompas.com - 28/11/2012, 21:11 WIB

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com — Hidup Indonesia, hidup pemain...! Pujian besar pantas diberikan kepada para pemain timnas Indonesia, juga kepada para pelatih dan stafnya atas kemenangan 1-0 melawan Singapura di penyisihan Grup B Piala AFF 2012, Rabu (28/11/2012). Kemenangan yang tak hanya memperlebar peluang ke semifinal, tetapi juga mengangkat harkat bangsa. Pasalnya, ini kali pertama Indonesia menang atas Singapura dalam 14 tahun terakhir.

Terlebih lagi, prestasi itu terjadi di saat pemain dalam posisi terjepit dan berangkat dari kekisruhan. Akan tetapi, mereka masih menunjukkan nasionalisme yang luar biasa. Andik Vermansyah dan kawan-kawan tidak sekadar bermain sepak bola, tetapi juga menunjukkan profesionalisme dan sportivitas tinggi serta kecintaan besar pada negeri ini. Mereka bertanding bukan untuk PSSI atau KPSI yang mengaku ahlinya pengurus bola, melainkan karena mereka orang Indonesia yang di dadanya ada lambang "Garuda".

Di sinilah bedanya. Dalam konteks ini, timnas tak identik dengan PSSI atau KPSI. Timnas adalah "Garuda", representasi Indonesia dan keindonesiaan lewat sepak bola. Kepengurusan yang sebenarnya hanya abdi sepak bola bisa berwarna merah, kuning, hijau, atau biru, tergantung kepentingan dan motivasi yang sedang berkuasa. Kepengurusan sepak bola bisa berbau melati atau bahkan berbau busuk. Akan tetapi, timnas Indonesia selalu wangi dan Merah Putih.

Ibarat kata, timnas Indonesia berangkat dari wilayah sepak bola yang "kumuh" karena orang-orang yang mengaku berhak mengurus dan memikirkan sepak bola (dari kelompok mana pun) malah sibuk berantem. Sementara itu, pemain seperti menjadi korban, tanpa ada yang membela. Seperti gajah bertarung, pelanduk tergencet di tengahnya. Bahkan, mau membela timnas saja pemain kesulitan bersikap karena efek perseteruan itu.

Dalam laman pribadi, Bambang Pamungkas sempat menulis, "Jika mencari solusi untuk kepentingan bangsa dan negara saja tidak segera sejalan, apakah bapak-bapak berjas dan berbaju batik itu bisa digolongkan sebagai orang-orang yang tidak memiliki rasa nasionalisme? Saya tidak sedang ingin berkata demikian. Akan tetapi, jika semangat awalnya saja sudah sama 'demi harkat dan martabat bangsa', mengapa membahas masalah tim nasional saja tidak kunjung menemukan kata sepakat... Fakta yang terjadi adalah dikarenakan kegagalan mereka dalam mencapai kata sepakat mengenai tim nasional, maka hal tersebut membuat 'harkat dan martabat bangsa' dipertaruhkan di AFF Cup 2012 nanti."

Meski begitu, para pemain yang tampil di Piala AFF 2012 tetap profesional dan tak terpengaruh oleh konflik dan intrik di tingkat kepengurusan.

Bahkan, Andik Vermansyah yang mencetak gol kemenangan atas Singapura mengatakan, "Boleh benci PSSI atau KPSI, tetapi jangan benci timnas."

Jelas, Andik ingin menegaskan bahwa timnas adalah cerminan jati diri Indonesia. Harkat, martabat, kehormatan, dan harapan bangsa dipertaruhkan dalam timnas. Timnas bukan representasi PSSI atau KPSI, tetapi wakil "Indonesia". Perkara ada pengurus atau kelompok ini dan kelompok itu yang didukung bos ini atau bos itu, timnas tak boleh dikorbankan atas alasan apa pun dan motivasi apa pun.

Indonesia datang ke Piala AFF 2012 disertai keraguan banyak orang. Pasalnya, tim ini tak bisa mengambil para pemain terbaik di negeri ini. Bukan karena soal regulasi, melainkan karena perseteruan yang terjadi.

Namun, justru itu yang membuat semangat pemain bergolak. Mereka tak ingin Indonesia dipermalukan. Mereka ingin Indonesia bangga dan berjaya. Mereka seolah juga mewakili seluruh pemain sepak bola Indonesia untuk membuktikan bahwa pemainlah aktor utama sepak bola. Bukan politisi, oportunis, atau spekulan yang hanya sibuk adu argumentasi yang justru malah menciptakan konflik. Mereka bermain mewakili Indonesia, bukan PSSI atau KPSI.

Bisa dikatakan, para pemain saat ini dalam posisi terpojok akibat konflik kepengurusan yang tak kunjung usai. Namun, mereka bisa memilah antara kepentingan profesionalisme, nasionalisme, dan persoalan lain. Apa yang dilakukan pemain justru kerja nyata buat sepak bola Indonesia, bukan sekadar bicara yang tak menghasilkan apa-apa atau bahkan merusak.

Di sisi lain, suporter juga tak bisa dipandang remeh. Ibarat negara, suporter adalah rakyat sepak bola yang juga pemain ke-12. Sungguh, mereka tak boleh dikecewakan karena perannya juga besar. Sebagai rakyat, mereka suatu saat juga bisa bersikap, apalagi jika kompetisi sepak bolanya dan pemainnya terus menjadi korban.

Rasanya membahas konflik yang ada memang semakin tak menarik. Mendukung dan menikmati perjuangan para pemain di Piala AFF 2012 jauh lebih mengasyikkan, apalagi mereka semakin menjanjikan. Mendukung timnas Indonesia bukan berarti pro PSSI atau KPSI. Pasalnya, PSSI atau KPSI bisa bubar, tetapi timnas dan sepak bola Indonesia tak akan pernah mati.

Harapannya, Indonesia bakal menjadi juara Piala AFF 2012. Kalaupun gagal menjadi juara, perjuangan para pemain Indonesia dalam dua pertandingan melawan Laos dan Singapura cukup membanggakan. Setidaknya, para pemain telah membuktikan semangat bertanding luar biasa dan jiwa kebangsaan yang membanggakan.

Selamat Indonesia, selamat para pemain.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Cerita Apriyani Nyaris Saling Pukul dengan Fadia, Singgung Kepedulian

    Cerita Apriyani Nyaris Saling Pukul dengan Fadia, Singgung Kepedulian

    Badminton
    Asean Cup 2024: Pandit Vietnam Nilai Sulit Jika Bertemu Timnas Indonesia

    Asean Cup 2024: Pandit Vietnam Nilai Sulit Jika Bertemu Timnas Indonesia

    Timnas Indonesia
    Atalanta Juara Liga Europa, Gelar Pertama Gasperini, Ukir Sejarah di Usia 66 Tahun!

    Atalanta Juara Liga Europa, Gelar Pertama Gasperini, Ukir Sejarah di Usia 66 Tahun!

    Liga Lain
    Jelang Final Championship Series Liga 1, Persib Disanksi Komdis

    Jelang Final Championship Series Liga 1, Persib Disanksi Komdis

    Liga Indonesia
    Hansi Flick Jalin Komunikasi dengan Deco, Sinyal Calon Pengganti Xavi di Barcelona

    Hansi Flick Jalin Komunikasi dengan Deco, Sinyal Calon Pengganti Xavi di Barcelona

    Liga Spanyol
    AC Milan Rilis Jersey Kandang Baru untuk Musim Depan

    AC Milan Rilis Jersey Kandang Baru untuk Musim Depan

    Liga Italia
    Baru Gabung, Kesan Mendoza Langsung Bawa Persib ke Final Championship Series Liga 1

    Baru Gabung, Kesan Mendoza Langsung Bawa Persib ke Final Championship Series Liga 1

    Liga Indonesia
    SSB Blles Academy Bawa Gaya Brasil, Misi Khusus Luciano Leandro untuk Indonesia

    SSB Blles Academy Bawa Gaya Brasil, Misi Khusus Luciano Leandro untuk Indonesia

    Sports
    Alasan Southgate Panggil Pemain Muda Inggris untuk Pemusatan Latihan Euro 2024

    Alasan Southgate Panggil Pemain Muda Inggris untuk Pemusatan Latihan Euro 2024

    Internasional
    Latih Bayern, Kompany Bakal Rekrut 4 Pemain Ini

    Latih Bayern, Kompany Bakal Rekrut 4 Pemain Ini

    Bundesliga
    Indonesia Finis Ke-5 dalam Asian Relays Championships 2024, Persiapan SEA Games 2025

    Indonesia Finis Ke-5 dalam Asian Relays Championships 2024, Persiapan SEA Games 2025

    Olahraga
    Daftar Skuad Irak Saat Melawan Timnas Indonesia

    Daftar Skuad Irak Saat Melawan Timnas Indonesia

    Liga Indonesia
    Putri KW Lolos ke 8 Besar Malaysia Masters 2024, Prinsip Jadi Kunci Kemenangan

    Putri KW Lolos ke 8 Besar Malaysia Masters 2024, Prinsip Jadi Kunci Kemenangan

    Badminton
    Malaysia Masters 2024: Lolos Perempat Final, Rehan/Lisa Sempat Buru-buru dan Takut

    Malaysia Masters 2024: Lolos Perempat Final, Rehan/Lisa Sempat Buru-buru dan Takut

    Badminton
    Final Championship Series Liga 1, 'Cocoklogi' Persib Juara 1994, 2014, Dejavu 2024?

    Final Championship Series Liga 1, "Cocoklogi" Persib Juara 1994, 2014, Dejavu 2024?

    Liga Indonesia
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com