Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Juve Digdaya dengan Formasi Jadul

Kompas.com - 23/11/2012, 07:26 WIB

TURIN, KOMPAS.com Juventus sukses membuat juara bertahan Liga Champions, Chelsea, mati kutu. Tak tanggung-tanggung, tiga gol tanpa balas menjadi akhir cerita manis "La Vecchia Signora" di Juventus Stadium, Selasa atau Rabu (21/11/2012) dini hari WIB.

Lesakan-lesakan gol dari Fabio Quagliarrela (menit ke-38), Arturo Vidal (61), dan Sebastian Giovinco (90+1) membenamkan "The Blues" yang tampil tanpa striker murni pada awal laga.

Kemenangan tersebut sekaligus menunjukkan kematangan Juventus. "I Bianconeri" kini sudah bisa menikmati raihan positif secara konsisten. Yang lebih penting, Juventus kini semakin kokoh dengan formasi andalan, 3-5-2.

Sejak pertengahan musim lalu, Juventus mulai mencoba formasi yang dianggap sudah ketinggalan zaman itu. Pelatih Antonio Conte pada awalnya sempat mengikuti tren sepak bola menyerang dengan skema 4-2-4 lantas ke skema 4-3-3, tetapi merasa kurang klop dengan formasi-formasi tersebut.

Lantas, beberapa kali Conte menguji 3-5-2 dan selalu diiringi hasil memuaskan pada musim lalu. Alhasil, sistem permainan ini lantas mulai dikembangkan selama pramusim jelang bergulirnya musim kompetisi 2012-13.

Tak ayal, sejak gong musim ini berbunyi di ajang Piala Super Italia melawan Napoli, "La Vecchia Signora" sudah memainkan sepak bola dengan pakem 3-5-2. Hasilnya cukup memuaskan. Sepanjang musim ini, Juventus hanya sekali terpeleset di tangan Inter Milan pada awal November 2012.

Cari pakem ideal

Ada banyak alasan mengapa Juventus mulai percaya dengan formasi yang dilahirkan pelatih legendaris Argentina, Carlos Bilardo, pada 1986 itu. Keberadaan bek-bek sentral tangguh, serta membebaskan kreasi Andrea Pirlo, menjadi awal dimulainya 3-5-2 ala Juventus.

Conte seperti melihat keberadaan Giorgio Chiellini, Leonardo Bonucci, dan Andrea Barzagli sebagai kekuatan di lini belakang. Alih-alih mencadangkan salah satunya atau menggeser Chiellini sebagai bek sayap pada formasi empat bek sejajar, Conte lebih memilih memainkan ketiganya bersamaan dalam skema tiga bek.

Awalnya, Bonucci dan Barzagli selalu bergantian menemani Chiellini di jantung pertahanan pada formasi 4-2-4 atau 4-3-3. Padahal, penampilan Bonucci maupun Barzagli cukup memuaskan ketika dipercaya tampil. Sementara membuang Chiellini bukan pilihan tepat karena dia sudah pasti tak tergantikan di barisan belakang Juventus.

Oleh karena itu, Conte sempat memainkan Chiellini sebagai bek kiri menemani trio Stephan Lichtsteiner, Bonucci, dan Barzagli. Peran tersebut sebenarnya dijalani baik oleh Chiellini karena dia mengawali karier sepak bolanya di Livorno tampil sebagai bek kiri.

Namun, kemampuan Chiellini menggedor pertahanan lawan kurang mumpuni. Tak terbantahkan lagi bahwa kreasi serangan Chiellini kalah bila dibandingkan dengan Paolo De Ceglie atau Marcelo Estigarribia pada musim lalu. Karena itulah, Conte mulai memainkan tiga bek sejajar, yakni Barzagli, Bonucci, dan Chiellini, demi memaksimalkan peran ketiganya.

Selanjutnya, Pirlo juga lebih berkembang sebagai pengatur serangan Juventus dalam skema 3-5-2. Keberadaan dua gelandang tengah lain membuat tugas Pirlo lebih mudah untuk mengalirkan bola ke barisan depan.

Tantangan di tengah

Sudah banyak klub-klub Italia yang juga mulai mengikuti gaya Juventus dengan 3-5-2. Bahkan, Inter Milan dan AC Milan mulai mencoba pakem ini selama musim 2012-13 bergulir. Mungkin hanya Napoli yang menjadi pengecualian karena sudah menggunakan skema tiga bek sejak ditangani Walter Mazzarri.

Sementara klub Italia lain masih beradaptasi, Juventus sudah terbukti tampil bagus dengan formasi tersebut. Akan tetapi, setiap formasi pasti memiliki kelemahan, begitu pula dengan 3-5-2.

Lini tengah Juventus harus piawai menjaga daerah pertahanannya dari serangan lawan, sebelum bertemu langsung barisan pertahanan. Tak hanya itu, lini tengah juga dituntut selalu memenangi penguasaan bola dari lawannya.

Juventus memang menunjukkan kedigdayaan di level lokal. Namun, di tingkat Eropa, Juventus sering kesulitan. Kemenangan atas Chelsea sedikit menjadi pengecualian. Tetapi, meski menang, "I Bianconeri" kalah dalam penguasaan bola dari Chelsea. Kelemahan Chelsea dalam penyelesaian akhir menjadi pembeda hasil pertandingan tersebut.

Juventus harus segera meningkatkan permainan di Eropa jika ingin melanjutkan euforia keindahan 3-5-2. Lawan-lawan tangguh siap menghadapi pasukan Antonio Conte. Ingat, di Liga Champions masih ada beberapa klub dengan kemampuan penguasaan bola yang jauh lebih hebat ketimbang Chelsea, seperti Barcelona, Real Madrid, Bayern Muenchen, ataupun Manchester United. Kesuksesan 3-5-2 ala Juventus harus dibuktikan saat berjumpa dengan klub-klub yang dominan penguasaan bolanya.

 Bagi "Si Nyonya Besar", formasi jadul justru bakal bikin performa lawan menjadi amburadul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com