Sementara, Del Bosque, sadar betul filosofi "anarkisme" itu hanya bisa dilawan dengan keindahan. Diam ketika strategi 4-6-0 miliknya menuai kritik, Del Bosque kemudian membuktikan bahwa prinsip estetika itulah yang justru dapat meredam permainan Italia yang memiliki pemain-pemain bermental petarung dan semangat tinggi, seperti Andrea Pirlo, Antonio Cassano, dan Balotelli.
Gelandang Spanyol, David Silva, Xavi Hernandez, Xabi Alonso, dan Andres Iniesta mampu membius para penggawa Italia sepanjang pertandingan. Pirlo dan kawan-kawan hanya mampu gigit jari melihat harmoni "La Furia Roja" yang berujung pada empat gol yang masing-masing dicetak Silva, Jordi Alba, Fernando Torres, dan Juan Mata.
"Spanyol sangat kuat, dan saya rasa ketika kami berada di level tertinggi, kami dapat bermain lagi melawan mereka. Tetapi jika Anda bermain 10 laga, maka Anda akan kalah enam atau tujuh kali," ucap Gelandang Italia, Daniele De Rossi.
Kini, torehan rekor tim pertama yang menjuarai Piala Eropa dua kali berturut-turut, menjuarai tiga turnamen besar secara berurutan, yakni Piala Eropa 2008, Piala Dunia 2010, Piala Eropa 2012 dan kemenangan terbesar dalam final Piala Eropa sejak 1960 silam, adalah bukti nyata keampuhan bahwa "El Matador" adalah sang jawara.
Mereka "memaksa" para pecinta bola untuk tak lagi menyematkan embel-embel negatif pada strategi yang mereka terapkan. Berbalut sejarah keagungan Kota Kiev, Ukraina, permainan negeri asal Semenanjung Iberia itu telah menghadirkan sukacita ribuan umat manusia di dunia. Dunia bisa melihat khitah sepak bola sebagai permainan indah di planet bumi.
Felicitaciones, La Furia Roja!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.