Pirlo juga mempunyai intuisi tentang keindahan. Ini ia tunjukkan ketika melakukan tendangan penalti yang begitu gemulai ke gawang Inggris yang dijaga Joe Hart. Sejak final Piala Eropa 1976, ketika pemain Cekoslowakia, Antonin Panenka, mengecoh gawang Jerman yang dijaga Sepp Maier, tak ada tendangan penalti yang begitu intuitif dan indah.
”Selamat untuk Pirlo. Sebuah kesebelasan membutuhkan tipe pemain yang dingin dan jernih, yang bisa mengubah penalti menjadi gol, yang tidak bisa diperoleh dengan latihan sekeras apa pun,” kata Pelatih Inggris Roy Hodgson kagum. Pirlo memang tidak berlatih, ia berintuisi dalam bermain bola.
Intuisi itulah yang membuat ia bisa memainkan bola sebagai seni. ”Ia layaknya seniman, seperti Beethoeven atau Mozart,” puji mantan pemain juara dunia Perancis, Christian Karembeu, sewaktu Pirlo dinobatkan sebagai man of the match malam itu. Pirlo tak peduli dengan pelbagai pujian itu. Katanya, ”Yang terpenting untuk kami adalah semifinal melawan Jerman.”
Eksentrik
Selain Buffon dan Pirlo, Italia juga mempunyai Balotelli yang eksentrik. Balotelli adalah orang yang amat spontan. Lebih-lebih pada saat berada dalam tekanan besar, ia bisa melakukan hal-hal yang merugikan dirinya sendiri. Ia sering naif, enggan membuat pertimbangan sebelum ia melakukan sesuatu.
”Saya berharap, ia bisa bertahan dalam segala tekanan itu. Namun, saya tak tahu, mungkin ia akan lepas kendali,” kata Christina Balotelli, adik pemain eksentrik itu, menjelang pertandingan Italia melawan Inggris. Balotelli memang sering merepotkan. Namun, Prandelli tetap memerlukannya. Bagi Prandelli, Balotelli adalah pemain yang strategis untuk sistemnya yang ofensif. Bola-bola manis dari regisseur Pirlo akan sia-sia jika tiada kaki Balotelli yang haus gol itu.
Balotelli, Pirlo, Buffon, masih ada lagi De Rossi dan Cassano, adalah unsur-unsur anarkis dari kesebelasan Italia. Sungguh suatu prestasi bahwa Prandelli bisa menyatukan anarkisme itu dalam sebuah orkestra permainan yang emosional, agresif, kreatif, dan inovatif. Anarkisme demikian tak bisa dipolakan dan sungguh tak bisa diduga oleh lawan. Ketidakterdugaan, petualangan dalam kegembiraan, dan agresivitas menyerang, itulah yang kiranya dikhawatirkan oleh Joachim Loew dan anak-anaknya.
”Kami sadar bahwa Italia sekarang adalah lain daripada Italia 2010. Mereka mengalami perkembangan yang luar biasa,” puji Loew.
Loew sadar, tidaklah mudah melawan Italia walau ia bilang, ”Kami juga tahu, di mana letak kesulitan mereka.”
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.