Nama Hodgson sempat melambung dan menjulang bak pahlawan ketika ia memandu Steven Gerrard dan kawan-kawan menjalani tiga laga Grup D tanpa sekali pun kalah. Namun, kegagalan menuju semifinal pada laga melawan Italia di Kiev, Ukraina, Senin (25/6) dini hari WIB, bisa saja menggerus itu semua. Ibarat panas setahun terhapus oleh hujan sehari saja.
Mantan Pelatih Inggris Graham Taylor melalui BBC mengkritik formasi 4-4-2 ala Hodgson yang dinilai sulit menggedor pertahanan Italia. ”Kita tidak bisa menjalani semua laga dengan formasi yang sama. Anda tidak boleh memberi pemain seperti (Andrea) Pirlo semua ruang itu. (Scott) Parker dan Gerrard tidak bisa diharapkan meladeni tiga atau empat pemain Italia yang penuh talenta,” ujarnya.
Masih menurut Taylor, satu hal yang ia pelajari dari karier internasionalnya adalah bahwa kita tidak bisa memenangi semua pertandingan dengan formasi 4-4-2. ”Tim yang lebih baik akan menjauhkan bola dari Anda. Jika Anda lemah di lini tengah, ketika itu pulalah Anda sulit menguasai bola,” ucap Taylor.
Inggris memasang formasi 4-4-2, sama persis dengan ketika mereka mengalahkan Ukraina pada laga terakhir Grup D. Kuartet lapangan tengah tetap diisi James Milner di kanan, Gerrard-Parker di tengah, dan Ashley Young di kiri. Menghadapi Italia yang mengandalkan formasi 4-1-3-2, dengan Pirlo dalam posisi idealnya sebagai
Inggris hanya menyerang lewat serangan-serangan balik yang temporer di tengah dominasi gempuran tim ”Azzurri”. Di antaranya lewat sepakan Glen Johnson yang ditangkap kiper Gianluigi Buffon dan sundulan Wayne Rooney yang melambung.
Selebihnya, pertandingan didominasi deretan peluang Italia. Beruntung, lini belakang Inggris tampil solid. John Terry menggagalkan upaya Mario Balotelli yang nyaris melepaskan tendangan ke gawang dalam posisi bebas di kotak penalti. Inggris juga diselamatkan tiang gawang, yang menggagalkan bola sepakan De Rossi dan Cristian Maggio.
Penguasaan bola pun timpang, dengan Italia mencapai 63 persen berbanding Inggris yang 37 persen. Hingga 90 menit waktu normal, Italia mencatat 25 peluang, sebaliknya Inggris hanya sembilan. Tak heran, upaya Inggris menahan seri 0-0 hingga babak perpanjangan waktu 2 x 15 menit usai ibarat ”prestasi” di tengah ”cakar-cakar” tumpul tim Tiga Singa. Dan adu penalti lagi-lagi menjadi penentu kegagalan Inggris. Hal itu sekaligus mengukuhkan Buffon, yang sukses menangkap bola sepakan Cole, dan Pirlo, yang mengecoh Hart dengan tendangan
Mantan pemain sayap Inggris, Chris Waddle, dalam pernyataan yang dikutip BBC menyayangkan pilihan strategi Hodgson yang memainkan sepak bola defensif. ”Tim Inggris tidak lebih baik dari penampilan dalam empat-lima tahun terakhir. Tidak banyak berubah sejak di Afrika Selatan (Piala Dunia 2010). Ada banyak keberuntungan,” tutur Waddle.