Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepak Bola Yunani dan Hegemoni Merkel

Kompas.com - 20/06/2012, 15:13 WIB

Sama hal dengan ketika Yunani melawan Rusia di Piala Eropa 2012. Tercatat dalam statistik, Rusia menyasar gawang Yunani dengan 13 tembakan, sedangkan Yunani hanya dua kali. Toh, akhirnya Yunani yang menjebol gawang Rusia. ”Mereka tidak ingin apa-apa dan tidak bisa apa-apa,” kata Dick Advocaat jengkel. Akhirnya pelatih Rusia itu mengakui, ”Kami menyia-nyiakan kesempatan dan akhirnya mereka yang menggunakan kesempatan.”

Yunani bermain negatif tetapi efektif. Maka, Joachim Loew memuji Yunani sebagai master efisiensi. Maksudnya, mereka mempunyai target dan mereka sungguh terlatih bagaimana memainkan bola agar target itu bisa dicapai. Pendeknya, Yunani jangan dipandang enteng. ”Menghadapi mereka, kami akan menghadapi perlawanan habis-habisan,” kata Loew.

Yunani sedang menjadi pembicaraan di mana-mana. Di Athena, para pemimpin mereka baru saling bertarung merebut kekuasaan dalam pemilihan umum. Di Brussels, Belgia, mereka harus membela diri terhadap negara-negara Eropa sehubungan krisis zona euro yang menimpa mereka. Di Gdansk, mereka harus menghadapi kesebelasan Jerman di perempat final nanti.

Semuanya itu terkait satu sama lain. Karena itu, bagi Yunani, Piala Eropa 2012 bukan sekadar ajang bola. Di sini mereka ingin membalas penghinaan yang mereka rasa telah dilakukan negara-negara kaya, terutama Jerman, dalam kaitan dengan krisis zona euro akhir- akhir ini. Mereka menganggap Kanselir Jerman Angela Merkel terlalu kaku dan menekan dalam politik dana talangannya. Krisis ekonomi mereka menjadi makin berat dan Merkel-lah biang keladinya.

Maka, pertandingan di Gdansk nanti juga menjadi kesempatan bagi mereka membalas penghinaan itu. ”Bawalah Merkel kemari!” begitulah tulis sebuah koran Yunani menjelang mereka melawan Jerman. ”Kalian tak akan dapat mendepak Yunani keluar dari Euro,” katanya lagi.

Bahasa bola sudah bercampur aduk dengan bahasa politik dan ekonomi. Kata Merkel, ”Yang menang adalah mereka yang mau berpegang pada kesepakatan internasional.” Kata-kata itu langsung ditangkap dalam bahasa bola, maka kesepakatan internasional tersebut pun diartikan ”sepak bola adalah permainan sederhana, 22 orang mengejar sebuah bola, dan akhirnya yang menang adalah Jerman”.

Yunani tak mau kalah. Maka, kata Santos, ”Demokrasi, ilmu pengetahuan, semuanya bermula di Yunani.” Maksudnya, jika semuanya bermula dari sana, bola dan Euro pun harus pulang ke sana pula.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com