Situasi yang dialami tim Chelsea saat ini jauh berbeda ketika mereka berjuang di perdelapan final. Ketika itu, Chelsea di ujung tanduk saat dihajar 1-3 di kandang Napoli pada putaran pertama. Namun, dengan heroik mereka membalikkan keadaan dan lolos ke perempat final setelah membalas dengan kemenangan 4-1 di Stamford Bridge.
Kali ini, langkah Chelsea bisa dibilang lebih ringan. Mereka hanya membutuhkan hasil imbang saat menjamu Benfica untuk memastikan satu tempat di semifinal. Jika sampai di babak empat besar, Chelsea akan menghadapi pemenang pertandingan antara Barcelona dan AC Milan.
”Semuanya sangat mungkin. Kami punya kapasitas untuk menang. Tim ini cukup solid dan pemain menunjukkan semangat juang. Karena itu, tidak ada alasan buat kami untuk tidak bisa memenangi Liga Champions,” ujar striker asal Pantai Gading, Salomon Kalou, pencetak gol semata wayang ke gawang Benfica.
Di Matteo sendiri tak mampu menutupi kebahagiaan atas hasil yang diraih timnya di Estadio da Luz, Lisabon, kandang Benfica. ”Hasil yang fantastis. Gawang kami tak kebobolan karena permainan bertahan kami cukup baik. Pemain bekerja keras selama 90 menit,” kata Di Matteo.
Namun, pelatih asal Italia ini mengingatkan timnya bahwa hasil di Portugal belum meloloskan timnya ke semifinal. ”Semua orang tahu apa yang bisa terjadi dalam sepak bola. Masih ada 90 menit yang harus dimainkan. Justru akan bahaya jika pemain sudah merasa lolos ke semifinal,” katanya menambahkan.
Di Matteo layak diacungi jempol dalam pertandingan ini. Dia dengan berani mengambil risiko untuk membangkucadangkan sejumlah pemain Chelsea yang biasanya menjadi langganan pemain inti.
Frank Lampard, Didier Drogba, Michael Essien, Gary Cahill, dan Daniel Sturridge tidak dipilih oleh Di Matteo sebagai starter. Dia justru memilih pemain yang sebelumnya sering ”parkir” di bangku cadangan, seperti Salomon Kalou, Paulo Ferreira, John Obi Mikel, Raul Meireles, dan Fernando Torres dalam starting line-up.
Hasilnya cukup memuaskan. Permainan Chelsea terlihat lebih segar. Pemain mampu bertarung mengimbangi tekanan tuan rumah sepanjang 90 menit.
”Kami sudah memainkan banyak pertandingan dengan intensitas tinggi, Manchester City pekan lalu, Spurs (Tottenham Hotspur) di hari Sabtu, dan malam ini yang berikutnya,” kata Di Matteo di situs Chelsea.
”Yang harus diperhatikan adalah berusaha untuk bikin tim berenergi dan segar. Kami tahu Benfica bermain dengan tempo tinggi. Jadi kami butuh pemain yang segar dan bisa berlari. Saya melibatkan semua pemain di skuad. Saya merotasi, kami butuh semua pemain sampai akhir musim,” kata Di Matteo menjelaskan strateginya.
Secara khusus, Di Matteo memuji penampilan Ferreira. Meski ini penampilan pertamanya pada musim ini, Ferreira dinilai mampu menggantikan Branislav Ivanovic. ”Ferreira tidak bermain untuk beberapa waktu, tetapi ia luar biasa,” puji Di Matteo.
Di Matteo menolak jika strategi yang dijalankannya sebagai sebuah perjudian. ”Saya pikir itu bukan perjudian. Kadang dalam kehidupan kita harus berani mengambil risiko. Inilah yang saya lakukan,” ujarnya.
Pada laga perempat final lainnya, klub raksasa Spanyol, Real Madrid, mencatat kemenangan besar 3-0 atas tuan rumah APOEL Nicosia. Sama seperti halnya dengan Chelsea, Madrid tinggal membutuhkan hasil imbang saat menjamu lawannya di Santiago Bernabeu.
Meski menang, pemain Madrid sempat berusaha keras untuk menaklukkan lawannya. Mereka mengalami kesulitan pada babak pertama dan gagal membongkar pertahanan APOEL. Sampai waktu rehat, Madrid gagal menjebol gawang APOEL.
Di babak kedua, ”Los Blancos” bermain lebih agresif. Madrid akhirnya memecah kebuntuannya melalui Benzema pada menit ke-74. Pemain asal Perancis itu menciptakan gol dengan sundulannya yang memanfaatkan umpan silang Kaka dari sisi kiri pertahanan APOEL.
Delapan menit berselang, giliran Kaka menambah keunggulan Madrid menjadi 2-0. Gol itu berawal dari aksi individu Marcelo di sisi kiri yang memberikan umpan matang kepada Kaka.
Satu menit menjelang akhir pertandingan, Benzema mencetak gol keduanya sekaligus memantapkan kemenangan Madrid, 3-0.