Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tamparan dari Negeri Jiran

Kompas.com - 10/03/2012, 07:56 WIB

Dua dasawarsa lebih tanpa gelar, sepak bola Indonesia justru diwarnai ketidakjelasan. Dari format kompetisi yang diubah-ubah tanpa tujuan dan target yang jelas, bahkan kadang terkesan politis, sampai pengurus PSSI yang terus berkonflik. Yang lebih memprihatinkan, konflik di PSSI terkesan tak lepas dari infiltrasi berbagai kepentingan, baik ekonomi maupun politik. Kalau tak ada kepentingan lain selain sepak bola, lalu kenapa dua kubu itu ngotot berkonflik dan terus mempertaruhkan sepak bola Indonesia. Toh, pada akhirnya sepak bola jadi korban konflik itu. Atau, jangan-jangan para aktor konflik itu memang tak peduli soal prestasi sepak bola yang penting kepentingan mereka tercapai? Kalau peduli sepak bola, kenapa terus berkonflik jika konflik itu akhirnya mengorbankan sepak bola?

Aroma kepentingan non-sepak bola ini sebenarnya tercium sejak lama. Ketika Indonesia masuk final Piala AFF 2010, misalnya, banyak pihak termasuk partai politik, saling mengklaim sebagai pihak yang berjasa. Ada yang mengundang tim makan bareng sebelum turnamen usai, entah dengan tujuan apa.

Dua dasawarsa selalu gagal meraih trofi, sudah seharusnya PSSI menginventaris persoalan yang ada, kemudian mencari solusi terbaik. Yang terjadi, justru konflik semakin menajam, bahkan untuk kedua kalinya pula muncul dualisme kompetisi ISL dan IPL.

Jelas konflik tersebut mengorbankan pemain sebagai pelaku utama sepak bola. Apalagi konflik itu juga menyangkut karier pemain, karena ada larangan bermain di timnas dari kompetisi tertentu. Munculnya dualisme kompetisi jelas sekali tak terlalu mengindahkan kepentingan pemain sebagai pelaku utama sepak bola. Masing-masing kubu terkesan memaksakan egoismenya yang tentu penuh dengan kepentingan. Yang terasa pula, kepentingan yang membakar konflik sepak bola bukan untuk mengangkat sepak bola itu, tapi terkesan ingin menguasai sepak bola kemudian memanfaatkannya demi kepentingan mereka.

Jika kompetisi adalah mekanisme terbaik untuk mencetak prestasi sepak bola nasional, maka kompetisi itu harus disehatkan, dibangun dengan konsep terbaik, dijaga dengan aturan yang baik pula secara fair dan demi kepentingan sepak bola. Jika kompetisinya saja produk konflik, maka secara teoritis sulit diharapkan akan melahirkan prestasi yang baik.

Rasanya, sudah cukup tamparan dari negeri jiran itu. Kekalahan dari Brunei seharusnya disikapi dengan produktif. Segera melepaskan semua kepentingan, membangun persatuan, kemudian membenahi sepak bola yang sedang terseok-seok ini. Tapi, mungkinkah kondisi seperti ini terjadi?

Atau, konflik sepak bola akan terus dijadikan tradisi, menciptakan tokoh-tokoh yang pandai bicara berbusa-busa bak pahlawan kemudian akhirnya tak berbuat apa-apa? Sampai kapan pemain sepak bola terus menjadi korban konflik? Atau, kita akan terus menerima tamparan demi tamparan?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Persib Bandung Vs Madura United: Maung Analisis Kekuatan Lawan

Persib Bandung Vs Madura United: Maung Analisis Kekuatan Lawan

Liga Indonesia
Gelandang Man City Ungkap Faktor Arsenal Gagal Juara Liga Inggris

Gelandang Man City Ungkap Faktor Arsenal Gagal Juara Liga Inggris

Liga Inggris
Jadwal dan Hasil Undian Malaysia Masters 2024: Indonesia Kirim 13 Wakil

Jadwal dan Hasil Undian Malaysia Masters 2024: Indonesia Kirim 13 Wakil

Badminton
Daftar Top Skor Liga Spanyol: Sorloth Quattrick, Tinggalkan Bellingham

Daftar Top Skor Liga Spanyol: Sorloth Quattrick, Tinggalkan Bellingham

Liga Spanyol
Daftar Juara Liga Inggris dalam 10 Musim Terakhir: Man City Terbanyak

Daftar Juara Liga Inggris dalam 10 Musim Terakhir: Man City Terbanyak

Liga Inggris
Klopp Berpisah dengan Liverpool, Pimpin Nyanyian untuk Arne Slot

Klopp Berpisah dengan Liverpool, Pimpin Nyanyian untuk Arne Slot

Liga Inggris
Madura United Target Empat Besar Liga 1, Kini Mendamba Juara

Madura United Target Empat Besar Liga 1, Kini Mendamba Juara

Liga Indonesia
Arsenal Sudah Coba Semua, Catat Rekor Bersejarah, Tetap Gagal Juara

Arsenal Sudah Coba Semua, Catat Rekor Bersejarah, Tetap Gagal Juara

Liga Inggris
Jurus Madura United Tembus Final Championship Series Liga 1

Jurus Madura United Tembus Final Championship Series Liga 1

Liga Indonesia
Man City Juara Liga Inggris, Guardiola Isyaratkan Perpisahan

Man City Juara Liga Inggris, Guardiola Isyaratkan Perpisahan

Liga Inggris
PSSI Tunjuk Eks Bupati Tangerang sebagai Manajer Timnas U17 dan U20 Indonesia

PSSI Tunjuk Eks Bupati Tangerang sebagai Manajer Timnas U17 dan U20 Indonesia

Timnas Indonesia
Man City Juara, Saat Kata-kata Klopp Picu Air Mata Guardiola...

Man City Juara, Saat Kata-kata Klopp Picu Air Mata Guardiola...

Liga Inggris
Jadwal Final Championship Series Liga 1, Persib Vs Madura United

Jadwal Final Championship Series Liga 1, Persib Vs Madura United

Liga Indonesia
Akhir Kisah Klopp di Liverpool, The Normal One Sang Penggebah Keraguan

Akhir Kisah Klopp di Liverpool, The Normal One Sang Penggebah Keraguan

Liga Inggris
Man City Juara Premier League, Kehebatan Guardiola Si Mesin Trofi

Man City Juara Premier League, Kehebatan Guardiola Si Mesin Trofi

Liga Inggris
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com