Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Persisam Tolak Daftar Ulang Liga

Kompas.com - 16/10/2011, 20:51 WIB

SAMARINDA, KOMPAS.com - Direktur Utama PT Putra Samarinda Indonesia Harbiansyah Hanafiah secara tegas menolak mendaftarkan ulang klubnya untuk mengikuti Liga Prima Indonesia musim ini.

Juru bicara 14 klub yang memboikot penyelenggaran Liga Prima Indonesia itu mengatakan, penolakan itu merupakan tanggapan atas pernyataan Ketua Bidang Kompetisi PSSI Sihar Sitorus yang mengancam akan meninggalkan klub-klub pemboikot liga. Sihar sebelumnya mengimbau kepada 14 klub untuk kembali mendaftarkan diri ke kompetisi yang digelar PT Liga Prima Indonesia Sportindo.

"Perbaiki dulu sistem kompetisinya itu. Buat apa klub kita mendaftar lagi? Memangnya kompetisi itu turnamen?" kata Harbiansyah, Minggu (16/10/2011) malam.

Ia menegaskan, penolakan itu dilakukan dengan alasan telah terjadi penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang dari pengurus PSSI. Menurutnya, ada beberapa pelanggaran yang dilakukan pengurus PSSI, antara lain jumlah peserta kompetisi, pelaksana kompetisi, nama-nama pemain belum didaftarkan ke FIFA, dan nama kompetisi, serta pemilikan saham.

"Kemarin ada pernyataan dari Pak Nyalla (Ketua Komite Eksekutif PSSI Bidang Hukum La Nyalla Mataliti, red) yang menyebutkan, saham di PT Liga Prima dikuasai atas nama (Ketua Umum PSSI) Johar Arifin 70 persen  dan Farid 30 persen. Padahal, dalam aturan statuta PSSI dan keputusan kongres, saham di PT itu 99 persen milik klub. Kalau saham itu dikuasai dua orang, terus klub dapat apa?" kata Harbiansyah.

Disinggung tentang jadwal tanding derbi Kalimantan Timur antara Persisam Putra Samarinda dan Persiba Balikpapan, Harbiansyah meminta agar penyelenggara memperbaiki dulu jadwal pertandingan dan persoalan lainnya. Persisam dijadwalkan akan menjamu Persiba Balikpapan pada 22 Oktober 2011.

"Kalau belum diperbaiki sistem kompetisinya, untuk apa ikuti sistem yang salah. AFC saja menilai pelaksana (PT Liga Prima), Indonesia tipis bisa ikut Liga Champions Asia karena dari kinerjanya dan sistemnya sudah berantakan," ujarnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com