Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lionel Messi dari Pinggiran Jakarta

Kompas.com - 02/10/2011, 08:30 WIB

KOMPAS.com - Di beberapa petak lahan kosong perumahan Palem Bintaro, Pondok Aren, Minggu (25/9/2011), anak-anak yang terdiri dari empat kelompok tengah serius berlatih sepak bola. Keseriusan ini bahkan ditambah dengan kehadiran pelatih masing-masing. Mereka tak lain adalah anak-anak yang bermukim di kampung sekitar Pondok Aren, yang mencoba mengejar mimpi lewat sepak bola.

Pelatih kelompok anak usia 9-15 tahun bernama Persatuan Sepak Bola Tunas Aren, Nasrulloh (31), mengatakan, anak-anak asuhnya sudah lama berlatih. Ketika mereka menghimpun diri, Nasrulloh secara sukarela menjadi pembimbing.

"Di sini tak hanya latihan bola. Ini juga kesempatan saya untuk memasukkan soal etika dan moral. Banyak anak yang tadinya bicara kasar, sekarang sudah mulai berkurang," kata Nasrulloh.

Kelompok bernama Persatuan Sepak Bola Pinggiran Jakarta (PSPJ) juga punya pelatih sendiri, yaitu Sapri Safrudin (35), dan beranggotakan sekitar 40 anak usia 9-15 tahun. "Mereka himpun diri sendiri lalu kita bimbing saja," kata Sapri.

Selain Tunas Aren dan PSPJ, masih ada kelompok bernama Satria Muda, Persatuan Sepak Bola Pondok Aren, dan Pandawa yang berlatih di tempat yang sama. Semua kelompok ini berlatih di lahan kosong perumahan setiap Sabtu sore dan Minggu pagi. Mereka merasa beruntung ada perumahan yang masih membiarkan sebagian lahannya kosong karena di sekitar Kelurahan Pondok Aren tak ada lapangan.

Namun, jangan membayangkan sebuah lapangan bola sungguhan sebagai tempat mereka berlatih. Lahan kosong itu bentuknya terkadang tidak simetris lantaran dihambat berbagai soal, seperti got atau rumput yang tinggi. Meski tidak berlatih di lapangan resmi, anak- anak melengkapi diri dengan kostum, rompi, dan sepatu bola. Dan yang terpenting, mereka bercita-cita menjadi pemain sepak bola profesional.

Irgi Firdaus (10), yang berlatih di PSPJ, misalnya, ingin seperti pemain idolanya, Lionel Messi. Minggu pagi itu, Irgi dan kawan-kawannya mendapati gawang bambu mereka hilang. "Katanya dicuri anak-anak lain untuk layangan. Padahal, bambu itu dibuat dengan gotong royong dan patungan," kata Sapri.

Kini Sapri dan Nasrulloh sedang dilanda kekhawatiran karena mendengar kabar, di atas lahan yang mereka pakai akan segera dibangun perumahan. "Saya tidak tahu kami mesti bawa ke mana anak-anak ini nanti," kata Nasrulloh. Untuk menyewa lapangan sebagai tempat berlatih, tentulah tidak mungkin bagi mereka.

Sebagai pembimbing, Sapri mengaku tak berharap banyak. "Yang penting anak-anak ini tidak jatuh pada pergaulan yang salah. Kalau ada di antara mereka jadi pemain bola, itu bonus," katanya. (CAN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com