SURABAYA, KOMPAS.com — Mantan Manajer Arema Malang Ovan Tobing mengingatkan, PSSI sungguh bersikap tidak adil jika mengakomodasi klub-klub Lembaga Liga Primer Indonesia untuk ikut langsung masuk penilaian klub profesional Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) bersama klub Indonesia Super Liga dan Divisi Utama.
"Kalau PSSI kita ibaratkan rumah tangga, keberadaan LPI itu anak liar. Tidak jelas statusnya. Siapa yang mengesahkan LPI? Yang mengesahkan status pemain bukan PSSI dan AFC, melainkan Badan Olahraga Profesional Indonesia yang jelas tidak punya posisi legal di depan FIFA," katanya di Malang, Jawa Timur, Sabtu (6/8/2011).
Menurut Ovan, PSSI telah menyakiti anak kandungnya yang meraih jenjang tertinggi liga Indonesia melalui perjuangan berdarah-darah dan dalam rentang waktu yang sangat lama. Tiba-tiba mereka mau disamakan dengan klub LPI yang baru berumur enam bulan tanpa melalui perjuangan apa-apa.
Dia mengatakan, dengan langkah PSSI yang memberlakukan kriteria AFC secara mendadak seperti sekarang dan tanpa kompromi ini, jelas akan banyak klub ISL yang gugur karena terganjal masalah keuangan. Sangat berat bagi klub ISL untuk menyediakan Rp 5 miliar sebagai modal verifikasi. Sementara klub yang untung adalah yang secara finansial sudah siap karena didukung konsorsium yang kuat.
PSSI juga dianggap mengabaikan fanatisme suporter sebagai aset sepak bola. "Apa artinya klub memenuhi syarat administratif dan finansial, tetapi tidak ada penontonnya? Coba lihat, selama kompetisi LPI digelar, berapa jumlah penonton terbanyak? Kalah jauh dibandingkan penonton di ISL," katanya.
Ovan menegaskan, PSSI hendaknya berhati-hati. Memaksakan kehendak karena pesanan suatu kelompok atau kepentingan di luar sepak bola akan membuat sepak bola di Indonesia tambah hancur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.