LONDON, JUMAT -
Dari segi teknik individu atau permainan
”Kami tidak takut kepada Barcelona,” kata Park Ji-sung, gelandang MU asal Korea Selatan, yang dua tahun lalu bagian tim MU pada final di Roma. ”Mereka salah satu tim terbaik dunia, tetapi kami juga mempunyai kualitas tersendiri.”
Semua pemain MU kompak soal bagaimana cara menghadapi Barcelona. Mereka sepertinya telah mendapat resep jitu Ferguson, di antaranya agar tidak terfokus pada striker Lionel Messi, yang memiliki teknik spektakuler melewati bek-bek lawan ataupun umpan-umpan maut.
”Messi pemain hebat dan sungguh sulit dihentikan,” kata Nemanja Vidic, bek dan kapten MU, ”tetapi saya tidak meremehkan pemain lain mereka, seperti Xavi dan (Andres) Iniesta. Mereka benar-benar pemain bagus yang bisa menyajikan penampilan bagus pada laga vital.”
”Ini bukan hanya soal menghentikan satu pemain. Ini soal bagaimana menghentikan Barcelona sebagai sebuah tim,” katanya lagi.
Kedua tim bakal turun dengan kekuatan terbaik mereka. Tidak ada pemain inti kedua tim yang cedera, terkena akumulasi kartu kuning, atau skors. Plus reputasi kedua tim, yang kini sama-sama tiga kali juara Eropa dan juara di liga masing-masing (Liga Spanyol untuk Barcelona dan Liga Inggris untuk MU), banyak kalangan menyebut laga final ini bakal jadi partai klasik.
Bagi kedua tim, Wembley adalah arena yang memberi mereka gelar pertama Eropa: 1968 bagi MU dan 1992 bagi Barcelona. Pemenang final kali ini akan merebut trofi keempat Eropa, sekaligus mengejar Real Madrid dan AC Milan yang juara tiga kali di era Liga Champions (sejak 1992-1993).
Dengan teknik
”Mereka tidak hanya memiliki talenta,” kata Xavi mengenai MU. ”Mereka bagus dalam pertahanan. Mereka kompak. Mereka punya banyak variasi saat menyerang. Jika berhasil mencetak gol, mereka akan menutup rapat lini belakang dan memainkan serangan-serangan balik. Mereka punya banyak pilihan taktik.”
Meski kualitas Barcelona tidak hanya ditentukan Messi, tak bisa dimungkiri bahwa bintang jenius asal Argentina itu tidak mungkin dihadapi dengan cara-cara biasa. Ia tidak hanya mampu bergerak cepat, menyelinap di antara para pemain lawan, dan membuka celah pertahanan untuk dimanfaatkan pemain Barcelona lainnya. Di Roma 2009, dengan posturnya yang hanya 1,69 meter, Messi telah membuktikan kepalanya sama berbahaya seperti kakinya.
Ia mencetak satu gol dari kemenangan Barcelona 2-0 atas MU di final 2009. ”Saya akan tampil dan bermain seperti biasa. Saya berharap bisa mencetak gol lagi (di final). Jika tidak (mencetak gol), saya berharap, kami mampu mengangkat trofi,” kata Messi.