Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagiku Jenggotku, Bagimu Laranganmu

Kompas.com - 23/04/2011, 12:34 WIB

TAH hanya di sebagian masyarakat Indonesia, di Tajikistan pun polisi fobia dengan jenggot. Padahal, seseorang bisa lebih menarik jika sebagian wajahnya ditumbuhi rambut bak belukar yang rapi itu. Tengok, misalnya, mantan bintang sepak bola Argentina, Diego ”Hulk” Maradona. Atau, lihat penampilan Eric Cantona di iklan sebuah produk deodoran. Jenggot dan cambang memenuhi sisi pipi kanannya, meluncur hingga ke bawah dagu.

Lantas, mengapa polisi di Tajikistan ”takut” dengan jenggot? Mari bertanya kepada pelatih tim sepak bola Khayr Vakhdat, Tokhir Muminov. Khayr adalah klub sepak bola ternama dengan jam terbang tinggi yang bermarkas di Vakhdat, satu distrik di Tajikistan.

”Polisi melarang saya untuk menurunkan seorang pemain. Alasannya, ia memiliki jenggot yang lebat,” kata Muminov, Selasa (19/4), seperti dikutip kantor berita AP.

Menurut Muminov, polisi tidak menyatakan alasan pelarangan jenggot ini dengan tegas. Namun, pihak yang berwenang di negara bekas koloni Uni Soviet ini memang membikin aturan ketat mengenai penggunaan simbol atau tanda yang menyiratkan ekstremisme agama tertentu.

Polisi tidak pandang bulu soal siapa orang yang berjenggot ini. Seperti yang terjadi selama ini, polisi kadang-kadang menangkapi pria-pria muda berjenggot.

Pada Januari 2011, misalnya, polisi menahan 30-an orang berjenggot di satu daerah di ibu kota negara, Dushanbe. Kementerian Dalam Negeri Tajikistan kemudian mengeluarkan pernyataan, polisi sedang berusaha mengidentifikasi mereka, mencocokkan profil mereka dengan dokumen polisi. Data teroris? Tiada keterangan jelas.

Pemain bola?

Peristiwa Januari itu mungkin dimaklumi. Namun, melarang pemain sepak bola berjenggot dirasa aneh. Pasalnya, pemain itu sudah dikenal masyarakat di negaranya.

Pemain sepak bola itu bernama Parviz Tursunov. Jika dipandang sekilas, jenggot di samping pipi dan bawah janggutnya itu sebetulnya tidak terlalu lebat. Namun, kepala plontosnya membuat jenggot itu tampak lebih panjang dari sebenarnya.

Kendati Tursunov telah dikenal sebagai pemain sepak bola, polisi berkeras melarang jenggot itu. Tursunov harus memutuskan satu di antara dua pilihan yang sangat tidak lazim: jenggotnya atau kariernya di sepak bola. Artinya, jika ingin terus bermain sepak bola dan menyokong klubnya, Tursunov harus mencukur jenggot kesayangannya.

Menurut Muminov, Tursunov dilarang bertanding di dua laga pembuka musim ini. ”Absennya Parviz bisa berpengaruh negatif pada penampilan tim. Justru rambut di wajahnya itu tidak memengaruhi penampilannya,” katanya kepada media Tajikistan.

Untunglah Khayr menang pada kedua laga pembuka. Pada laga kedua tanpa Tursunov, Khayr unggul 3-0 atas Parvoz Bobojon Ghafurov, Minggu (17/4).

Apa reaksi Tursunov? Ia akan tetap berjenggot dan keluar dari jagat sepak bola. ”Sepak bola itu sekuler. Kita harus memikirkan sesuatu yang baka,” kata Tursunov, seorang Muslim yang saleh ini.

Saat dimintai keterangan, Kementerian Dalam Negeri membantah soal pelarangan jenggot bagi pemain sepak bola. Siapa pun petugas yang mengintimidasi warga negara akan dihukum. Demikian dikutip AP.

Undang-undang di Tajikistan sesungguhnya tidak melarang jenggot. Namun, secara tidak resmi, lelaki di bawah usia 50 tahun, terutama pelajar dan pekerja publik, sebaiknya tidak memelihara jenggot.

Jika seseorang memilih ideologi ”tubuhku adalah hakku”, jangan salahkan Tursunov untuk tetap berjenggot. Apa salah jenggot?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Timnas Basket U18 Putri Indonesia Kalah Dua Laga Awal, Level Permainan Terlihat

Timnas Basket U18 Putri Indonesia Kalah Dua Laga Awal, Level Permainan Terlihat

Sports
Ketum PBSI 2024-2028 Diminta Gairahkan Klub Bulu Tangkis di Daerah

Ketum PBSI 2024-2028 Diminta Gairahkan Klub Bulu Tangkis di Daerah

Badminton
Mochizuki Panggil 27 Pemain untuk TC Timnas Putri Indonesia di Jakarta

Mochizuki Panggil 27 Pemain untuk TC Timnas Putri Indonesia di Jakarta

Timnas Indonesia
Fasilitas Layanan Medis di Muenchen untuk Piala Eropa 2024

Fasilitas Layanan Medis di Muenchen untuk Piala Eropa 2024

Internasional
Hasil dan Klasemen Copa America 2024: Argentina Lolos, Kanada Bekuk Peru

Hasil dan Klasemen Copa America 2024: Argentina Lolos, Kanada Bekuk Peru

Internasional
Euro 2024, Southgate Sikapi Kritik yang Timpa Dirinya dan Timnas Inggris

Euro 2024, Southgate Sikapi Kritik yang Timpa Dirinya dan Timnas Inggris

Internasional
Hasil Chile Vs Argentina 0-1, Gol Lautaro Bawa Messi dkk Lolos

Hasil Chile Vs Argentina 0-1, Gol Lautaro Bawa Messi dkk Lolos

Internasional
Gian Zola Ramaikan Bursa Transfer Persib, Sang Adik Beckham Beri Bocoran

Gian Zola Ramaikan Bursa Transfer Persib, Sang Adik Beckham Beri Bocoran

Liga Indonesia
Penjelasan PSSI soal Situasi Kontrak Shin Tae-yong di Timnas Indonesia

Penjelasan PSSI soal Situasi Kontrak Shin Tae-yong di Timnas Indonesia

Timnas Indonesia
Euro 2024: Potret Antusiasme Fans Denmark-Serbia Banjiri Allianz Arena

Euro 2024: Potret Antusiasme Fans Denmark-Serbia Banjiri Allianz Arena

Internasional
Link Live Streaming Chile Vs Argentina, Kickoff 08.00 WIB

Link Live Streaming Chile Vs Argentina, Kickoff 08.00 WIB

Internasional
Euro 2024, Saat Southgate Dilempari Gelas Plastik Usai Inggris Vs Slovenia

Euro 2024, Saat Southgate Dilempari Gelas Plastik Usai Inggris Vs Slovenia

Internasional
Kehilangan Terbesar Madura United, Hugo Gomes

Kehilangan Terbesar Madura United, Hugo Gomes

Liga Indonesia
Perancis Vs Polandia, Masalah Lain Dialami Mbappe Saat Pakai Topeng

Perancis Vs Polandia, Masalah Lain Dialami Mbappe Saat Pakai Topeng

Internasional
Klasemen Peringkat 3 Terbaik Euro 2024, Belanda-Slovenia Lolos 16 Besar

Klasemen Peringkat 3 Terbaik Euro 2024, Belanda-Slovenia Lolos 16 Besar

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com