Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Liga yang Memisahkan Diri"

Kompas.com - 17/03/2011, 07:01 WIB

Mengingat berbagai kondisi di atas, penyelesaian kisruh PSSI terkait dengan kehadiran LPI memang tidak mudah dan memerlukan kearifan setiap pihak untuk mau membuka hati, terutama menurunkan ”nada suara” masing-masing demi kepentingan sepak bola secara umum. Tanpa ultimatum FIFA pun, kondisi dualisme kompetisi profesional ini pasti tidaklah sehat bagi perkembangan sepak bola Indonesia yang sudah jauh tertinggal dalam tata pergaulan internasional.

Sebagai ”bapak” dari seluruh kegiatan sepak bola di Tanah Air, akan sangat produktif jika PSSI pun berinisiatif membuka ruang dialog dengan pengelola LPI. Jika kedua pihak duduk bersama dengan semangat rekonsiliasi, tampaknya sepak bola Indonesia akan menghadapi iklim yang lebih bersahabat, bahkan cerah karena bagaimanapun, kondisi saat ini hanya membawa awan mendung dan hujan badai yang memorakporandakan sendi-sendi persepakbolaan nasional.

Ke depan, jika rekonsiliasi tercapai, apa pun bentuknya, tampaknya para pengelola sepak bola nasional harus memikirkan ulang pola kompetisi sebelum 1994 ketika Galatama dan Perserikatan masih berada dalam kompetisi yang berbeda semangatnya. Yang satu profesional, yang lainnya murni amatir sebagaimana khitahnya.

Sebab, sejatinya awal kehancuran fondasi sepak bola nasional adalah saat bond-bond perserikatan yang sejatinya amatir berubah bentuk menjadi klub semiprofesional (kemudian profesional penuh). Bond-bond perserikatan yang tadinya menjadi induk dari kompetisi klub di setiap wilayah kemudian hanya dipakai sebagai ajang permainan politik penguasa daerah. Mereka tak pernah bisa menjadi profesional karena terpenjara oleh kenikmatan dana APBD. Ironisnya lagi, kompetisi berjenjang di setiap daerah, yang tadinya marak semasa perserikatan masih berstatus amatir, tak pernah berputar lagi karena pengelolanya sibuk dengan LSI yang bergelimang uang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com