Sementara persepakbolaan Indonesia terus terpuruk. Mereka telah empat kali masuk ke final Piala AFF, tetapi selalu gagal menjadi juara. Kegagalan terakhir sangat mengecewakan suporter yang sepanjang turnamen antusias mendukung, tetapi mereka menerima kekalahan itu dengan lapang dada.
Atmosfer Stadion Utama Gelora Bung Karno sepanjang turnamen sungguh luar biasa. Meski gagal, suporter tidak menumpahkan kekecewaan pada tim nasional, tetapi kepada Ketua Umum PSSI Nurdin Halid yang dinilai gagal mengangkat persepakbolaan Indonesia yang selama ini terpuruk.
Meski kalah, suporter tertib baik di stadion maupun di luar stadion. ”Pendukung bisa memaklumi kekalahan dari Malaysia, mereka barangkali sangat marah dan kecewa, tetapi mereka justru ingin menunjukkannya dengan bersikap sportif,” kata sosiolog Universitas Indonesia, Nur Ida Ruwaida.
Menurut Ruwaida, antusiasme dan gairah penonton yang luar biasa itu terbangun karena adanya mimpi dan harapan akan prestasi tim nasional Indonesia. ”Ada yang menyatukan para suporter Indonesia itu. Kalau dulu kita bersatu karena ada ”musuh bersama”. Kini mereka bersatu karena ”kebutuhan bersama”, mereka terikat oleh mimpi dan harapan yang sama, yakni prestasi tim nasional Indonesia,” kata Ruwaida.