Suasana di sekitar Gelora Bung Karno kini bagai pasar kaget. Ratusan pedagang memenuhi pelataran tersebut untuk mencoba peruntungan menjual atribut timnas.
Berkah ekonomi di akhir tahun bagi rakyat kecil ini juga dinikmati Asmaleli, pengusaha konveksi di Cipadu, Kota Tangerang, Banten.
”Kalau di Cipadu, biasanya kan mengerjakan pesanan sejak jauh hari seperti pakaian muslim untuk bulan puasa dan Lebaran. Jadi, kalau ada pesanan mendadak, seperti kostum timnas yang butuh waktu paling cepat tiga hari, susah dipenuhi,” katanya.
Meski demikian, Asmaleli tetap mendapat pesanan 600 potong kostum timnas dari Kementerian Pemuda dan Olahraga. Namun, ia menjahit 800 potong yang sebanyak 200 lagi habis dijual ke pedagang.
Ismail (35), salah seorang suporter, sejenak tertegun di depan lapak Nasir. ”Saya beli kostum ini Rp 30.000 sepotong. Memang saya belinya di dalam pintu masuk stadion,” katanya menyesali sembari melihat tiga kostum yang dibawanya dalam sebuah plastik hitam.
Bapak dua anak itu merasa penting membeli kostum tim nasional demi kecintaannya pada sepak bola dan tetap tidak menganggapnya sebagai keputusan yang terlambat. ”Waktu timnas Indonesia lawan timnas Filipina, saya belum ’panas’, kalau sekarang sudah nih. Dulu waktu Piala Dunia juga belinya pas mau final,” katanya.
Kekacauan tiket
Lain pedagang, lain lagi cerita pendukung timnas. Kelalaian manajemen penjualan tiket pertandingan telah membuat para pendukung merana.
Matahari yang bersinar terik membuat Yuda yang telah mengantre sejak pagi senewen. Warga Depok itu ingin menukarkan voucher dan kuitansi pembelian dengan tiket menonton pertandingan, Rabu ini.
Saat antrean di depan loket kian panjang, petugas loket mendadak pergi begitu saja. Yuda dan ratusan calon penonton lain langsung merangsek ke area di belakang loket penukaran tiket Kategori III di pintu utara Stadion Gelora Bung Karno. Mereka menghamburkan potongan voucher dan kuitansi yang menumpuk di loket dengan penuh kekecewaan.