Oleh Didit Putra Erlangga Rahardjo
Tidak seperti biasanya, Jaya Hartono datang ke mes Persib, Jumat, mengenakan kemeja lengan panjang, celana panjang, dengan rambut disisir rapi. Istrinya, Gisma Mujayanah, yang datang dari Kediri, mendampingi Jaya. Yang lebih janggal, Jaya ada di Bandung, padahal pemain Persib sedang di Karawang menghadapi penyisihan Piala Indonesia 2010 menghadapi Persita Tangerang, Sabtu (17/4).
Hari itu Jaya datang tidak untuk melatih, tetapi mengumumkan kabar mengagetkan. Dia mengundurkan diri selaku pelatih kepala Persib, jabatan yang diembannya sejak musim 2008-2009. Dia berhenti saat musim 2009-2010 baru lewat separuh jalan, belum lagi Persib harus menjalani penyisihan Piala Indonesia 2010.
Pria berusia 46 tahun ini menuturkan alasannya secara runut dan perlahan. Sebagai pelatih klub sekaliber Persib, Jaya tidak lagi merasa nyaman melatih pemain "Maung Bandung". Dia merasa totalitasnya melatih Persib tidak pernah dianggap. Baik manajemen maupun bobotoh seolah sudah memasang label "gagal" pada Jaya akibat penampilan buruk Persib dalam rangkaian laga tandang tiga minggu terakhir.
Alasan kedua yang diungkapkan bapak empat anak ini terkesan sangat personal. Dia mengaku sudah mencapai batas kesabaran memberi toleransi pada ekspektasi publik atas prestasi Persib di kancah Liga Super. Ekspektasi berlebih kadang berbuntut pada makian dan cacian saat Persib tampil buruk.
"Sebagai manusia biasa yang memiliki kelebihan dan kekurangan, saya juga memiliki batas kesabaran," ujar pelatih yang mengantarkan Persik Kediri menjuarai Liga Indonesia 2003 ini.
Dia merasa, seluruh beban dari penampilan buruk Persib ditimpakan di pundaknya. Itulah mengapa keputusan sulit pun ditempuh Jaya untuk mengundurkan diri. Jaya menganggap langkahnya merupakan pengorbanan yang akan menyelamatkan Persib. Pengunduran diri itu berarti menghilangkan faktor yang dianggap sebagai biang kerok Persib bermain buruk.
Surat pengunduran diri Jaya sudah diserahkan kepada manajemen tim. Jaya belum mendapatkan jawaban karena niatnya masih harus dibicarakan anggota konsorsium PT Persib Bandung Bermartabat. Sambil menanti kepastian itu, Jaya akan pulang kampung ke Kediri untuk beristirahat. Dia belum memiliki rencana untuk masa depan.
Fenomenal
Jaya menuturkan, dua musim membina pemain Persib dirasakan sebagai pengalaman fenomenal. Salah satu hal yang dikenang adalah fanatisme bobotoh yang dinilai lebih berkesan dibandingkan daerah lain.