Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vicente Del Bosque: Tak Ingin Terbuai Mimpi

Kompas.com - 04/01/2010, 16:37 WIB

PUBLIK Spanyol bersuka cita ketika Luis Aragones berhasil mengantar tim nasional negara tersebut mengakhiri penantian sepanjang 44 tahun untuk meraih gelar bergengsi di ajang internasional.

Pada Piala Eropa 2008, "El Matador" menyeruduk "Der Panzer" Jerman yang akhirnya menyerah 0-1 di babak final, untuk menjadi juara turnamen sepak bola antara negara-negera di benua Eropa tersebut.

Namun di tengah eforia publik sepak bola Spanyol, muncul kabar yang menghentak karena Aragones membuat keputusan untuk mengakhiri pengabdiannya kepada timnas. Pelatih berkaca mata ini memilih untuk mencari tantangan baru di level klub, sehingga dia tak mau memperpanjang kontraknya bersama "La Furia Roja".

Ketika kekhawatiran melanda karena muncul pertanyaan siapa yang akan membesut Xavi Hernandez dan kawan-kawan, pada 11 Maret 2008 Federasi Sepak Bola Spanyol (RFEF) memutuskan untuk menunjuk Vicente del Bosque sebagai suksesor. Ini tentu saja melalui sebuah pertimbangan yang matang, karena Del Bosque dinilai layak meneruskan performa ciamik genarasi emas timnas Spanyol sekarang, yang dihuni para pemain top di klub-klub elite Eropa.

Ya, Del Bosque telah menunjukkan kapasitasnya sebagai pelatih yang akrab dengan gelar juara, dan ini dia buktikan ketika membesut Real Madrid dari 1999-2003. Pria berusia 58 tahun dengan nama lengkap Vicente del Bosque Gonzalez ini dinilai sebagai pelatih paling sukses sepanjang sejarah klub raksasa Spanyol tersebut, karena berhasil mempersembahkan dua gelar Liga Champions (2000 dan 2002), dua trofi La Liga (2001 dan 2003), satu gelar Piala Super Spanyol (2001), satu gelar Piala Super Eropa (2002) dan satu gelar Piala Dunia Antar-klub (2002)--di samping itu, selama membesutnya dia selalu membawa Madrid lolos ke semifinal Liga Champions.

Sayang, kiprahnya tertelan oleh Los Galacticos yang "lahir" pada masa kepemimpinan presiden Florentino Perez. Waktu itu, El Real membeli sejumlah pemain top seperti Luis Figo dan Zinedine Zidane. Meskipun demikian, Del Bosque sebenarnya mampu menyatukan para pemain bintang yang dimilikinya, karena tak ada pemain yang menonjolkan egonya. Penampilan yang kalem, kesabaran yang dimiliki serta penampilannya yang sederhana, membuat dia berhasil mengatasi tekanan sebagai nakhoda tim bertabur bintang.

Namun, akhir musim 2003 manajemen mendepak Del Bosque karena gelar yang dipersembahkan tidak sesuai harapan. Keputusan ini sangat tragis bagi Del Bosque karena dia terlempar dari Santiago Bernabeu hanya sehari setelah mempersembahkan gelar juara La Liga ke-29, dan seminggu setelah Madrid mendatangkan bintang sepak bola Inggris, David Beckham.

Sebenarnya, Madrid menawarkan posisi baru baginya, sebagai direktur tekhnik. Namun Del Bosque yang telanjur kecewa menolaknya karena merasa tidak nyaman lagi dengan politik transfer di tim. Bagaimana tidak, para pemain yang dibeli tidak sesuai dengan permintaan, bahkan Del Bosque kehilangan hak untuk menentukan siapa saja yang diinginkan. Keputusan itu (beli pemain,red) ada ditangan Perez dan general manager Jorge Valdano.

Tahun 2004, Del Bosque didekati untuk menangani timnas Spanyol setelah Inaki Saez melepaskan jabatannya menyusul performa buruk "El Matador" di Piala Eropa 2004--hasil terburuk Spanyol di turnamen ini sejak 1988. Tetapi pria kelahiran Salamanca, Spanyol, ini tak tertarik, sehingga posisi pelatih jatuh ke tangan Luis Aragones.

Del Bosque malah memilih untuk menjadi pelatih klub Turki, Besiktas. Namun, lagi-lagi nasibnya tak sebagus ketika menangani Madrid, lantaran di sana dia tak mampu memenuhi ekspektasi tinggi tim, sehingga akhir musim 2004/05 Del Bosque dipecat lagi.

Tahun 2006, setelah Meksiko disingkirkan Argentina di Piala Dunia 2006, Del Bosque mendapat tawaran untuk menangani tim dengan julukan "El Tri" tersebut. Tetapi, pelatih penuh taktik asal Spanyol ini menolaknya karena merasa terlalu cepat mendapat penawaran tersebut. Dia sempat meminta waktu berpikir sekitar 18 hari sebelum menjatuhkan pilihan itu (menolak).

Sepanjang 2007, namanya kembali masuk bursa pelatih Madrid yang sedang krisis gelar meskipun dihuni para pemain top. Dia digadang-gadang akan menggantikan posisi Fabio Capello. Tetapi pada 9 Juli 2007, manajemen El Real membuat keputusan lain, karena menunjuk Bernd Schuster sebagai pelatih baru.

Namun inilah awal dari perjalanannya sebagai pelatih timnas Spanyol, yang sudah diincarnya sejak menolak tawaran Meksiko. Ketika Aragones tak melanjutkan kontraknya usai membawa "La Furia Roja" jadi juara Piala Eropa 2008, Del Bosque ditunjuk untuk menjadi pengganti dan secara resmi menukangi si Merah pada 15 Juli 2008.

Ternyata, sejauh ini keputusan RFEF tersebut sangat tepat karena Del Bosque bisa meneruskan kinerja memukau Aragones. Dengan materi pemain yang nyaris tak jauh berbeda dengan ketika menjadi juara Piala Eropa 2008, Spanyol melewati babak kualifikasi Piala Dunia 2010 dengan hasil fantastis karena selalu menang dalam 10 pertandingan yang dilakoninya dan meraih tiket ke putaran final.

Setelah itu, Del Bosque masih sanggup menambah rekor kemenangan Spanyol menjadi 13 kali tanpa putus setelah dia melanjutkan kiprah ciamik timnas di ajang Piala Konfederasi Afrika Selatan 2009. Sayang, langkah Spanyol akhirnya berhenti di semifinal karena kalah 0-2 dari Amerika Serikat. Ini juga sekaligus menjadi akhir dari catatan selalu menang yang ditorehkan Del Bosque bersama "La Furia Roja".

Meskipun gagal menjadi juara di ajang tersebut, RFEF sangat puas dengan kinerja Del Bosque. Tak heran jika Presiden RFEF Angel Maria Villar, mengajukan perpanjangan kontrak berdurasi dua tahun kepada Del Bosque, yang membuatnya akan terus menangani Iker Casillas dan kawan-kawan hingga 2012.

"Saya sudah berbicara dengan Del Bosque untuk memperpanjang kontraknya selama dua tahun dan dia setuju. Memang, belum ada penandatanganan perpanjangan kontrak itu, tetapi kata-katanya itu (setuju) sangat penting. Kami sangat percaya kepadanya karena hasil yang sudah digapainya selama ini, baik di kompetisi maupun di pertandingan persahabatan," ungkap Villar.

Well, sebuah kepercayaan penuh yang tentu saja menjadi pemicu semangat Del Bosque untuk memberikan lebih bagus lagi. Di pundaknya, publik Spanyol menaruh harapan agar dia bisa membawa "El Matador" untuk pertama kalinya merengkuh gelar paling bergengsi di dunia, yaitu Piala Dunia. Sanggupkah?

"Kami harus membuktikannya di lapangan, bukan hanya terbuai dalam mimpi yang indah. Karena, di sana juga akan tampil raksasa-raksasa sepak bola dunia seperti Brasil, Jerman dan Italia, yang juga memiliki tekad dan keinginan yang sama dengan kami, yaitu menjadi juara," ungkapnya. (*)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com