JAKARTA, Kompas.com - Indonesia baru saja mencatat hasil terburuk di ajang super series sepanjang tahun 2009. Ketika tampil di China Terbuka Super Series yang masih sedang berlangsung, para punggawa Tanah Air sudah harus angkat koper untuk pulang lebih awal. Tak ada satu pun wakil yang bisa bertahan untuk maju ke semifinal dan selanjutnya ke partai final yang akan berlangsung Minggu (22/11), guna memperebutkan gelar juara di turnamen berhadiah 250.000 dollar AS tersebut.
Di turnamen kali ini, nasib para pemain Indonesia sangat tragis karena semuanya tersapu bersih di perempat final. Tiga pemain Pelatnas Cipayung yang bertahan dan diharapkan bisa memelihara asa Indonesia untuk minimal membawa pulang satu gelar, yaitu ganda campuran Devin Lahardi Fitriawan/Liliyana Natsir, serta dua tunggal putra Simon Santoso dan Sony Dwi Kuncoro, tak mampu merobohkan pilar-pilar tembok China.
Devin/Liliyana yang merupakan pasangan coba-coba di turnamen ini menyerah dari Zhang Nan/Zhao Yunlei dalam pertarungan tiga set, begitu juga dengan Sony yang sudah berjuang selama 1 jam 13 menit sebelum disingkirkan unggulan keempat Chen Jin. Simon masih kalah kelas dari pemain nomor satu China Lin Dan, yang hanya perlu waktu 37 menit untuk mengempaskan tunggal pertama Indonesia tersebut dalam pertarungan dua set.
Hasil ini menjadi modal yang sangat buruk bagi pemain Indonesia untuk menghadapi Super Series Masters Finals di Johor Baru, Malaysia, 2-6 Desember mendatang. Pasalnya, prestasi para pemain Indonesia justru semakin melorot ketika akan memasuki puncak perhelatan super series berhadiah 500.000 dollar AS tersebut, yang mempertemukan delapan pemain terbaik dunia untuk kategori super series.
Tengok saja grafik penampilan para jago tepok bulu Tanah Air selama mengikuti 12 super series sepanjang tahun 2009 ini. Prestasi terbaik adalah di Perancis Terbuka akhir bulan lalu, di mana dua gelar bisa disabet melalui ganda putra Markis Kido/Hendra Setiawan serta ganda campuran Nova Widianto/Liliyana Natsir. Secara keseluruhan Indonesia gagal, karena ada delapan super series Indonesia tidak menghasilkan gelar--hanya Kido/Hendra yang dua kali jadi juara (lihat daftar prestasi Indonesia).
Meskipun demikian, semua kegagalan tersebut tampaknya tidak seburuk di China Terbuka ini karena para pemain Indonesia rata-rata bisa menembus final, atau paling kurang sampai ke semifinal. Bandingkan dengan di China Terbuka ini, di mana Indonesia hanya bisa meloloskan tiga wakil ke perempat final, dan semuanya tersapu bersih oleh kedigdayaan para pemain tuan rumah.
Ini tentu saja sebuah pencapaian yang sangat tidak diharapkan, karena seharusnya grafik permainan justru meningkat ketika akan memasuki puncak super series. Dengan kondisi ini, apakah Indonesia bisa menunjukkan prestasi di Super Series Masters Finals? Kemungkinan ada, tapi pasti sangat sulit!
- Daftar prestasi Indonesia di ajang super series
Proton Malaysia Super Series 2009(06-11 Jan): Nova Widianto/Liliyana Natsir juara
Yonex Korea Super Series 2009 (13-18 Jan): -
Yonex All England Super Series (03-08 Mar): -
Wilson Swiss Super Series 2009 (10-15 Mar): -
Singapore Super Series 2009 (09-14 Jun): -
Indonesia Super Series 2009 (16-21 Jun): -
China Masters Super Series 2009(15-20 Sep): -
Yonex Japan Super Series 2009(22-27 Sep): Markis Kido/Hendra Setiawan juara
Denmark Super Series 2009 (20-25 Oct): Simon Santoso juara
French Super Series 2009 (27 Oct-01 Nov): Nova Widianto/Liliyana Natsir dan Markis Kido/Hendra Setiawan juara
Hong Kong Super Series 2009 (10-15 Nov): -
China Super Series 2009 (17-22 Nov): -
- Ranking BWF super series
Tunggal putra
1. Lee Chong Wei (Malaysia)
2. Peter Hoeg Gade (Denmark)
3. Simon Santoso (Indonesia)
4. Chen Jin (China)
5. Lin Dan (China)
6. Bao Chunlai (China)
7. Taufik Hidayat (Indonesia)
8. Park Sung Hwan (Korsel)
9. Sony Dwi Kuncoro (Indonesia)
10. Chan Yan Kit (Hongkong)