Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kemerosotan Bali United di Liga 1: Faktor Kandang dan Rindu Pulang

Pada Liga 1 2022-2023 ini Bali United mengalami masalah performa sehingga mereka terlempar dari peta persaingan juara.

Bali United menyelesaikan kompetisi Liga 1 2022-2023 di posisi lima klasemen dengan 54 poin dari 34 pertandingan. Rinciannya, Serdadu Tridatu 16 kali menang, 6 kali main seri, menelan 12 kekalahan.

Pada awal putaran kedua Liga 1 musim ini, performa Irfan Jaya dkk sempat berada di titik terendah.

Mereka merasakan enam pekan tanpa kemenangan. Setelah itu, periode negatif datang lagi saat Bali United melalui empat pekan tanpa raihan hasil sempurna.

Pada putaran kedua, Bali United juga sempat dibuat malu oleh Borneo FC dengan kekalahan telak 1-5.

Penurunan prestasi di musim ini membuat CEO Bali United, Yabes Tanuri, melakukan analisis.

Menurutnya, banyak hal yang menjadi sebab. Salah satunya adalah tidak adanya dukungan dari suporter.

“Dukungan suporter pastilah (berpengaruh) karena kita tidak main di home, main di luar tanpa suporter,” ujarnya.

Seperti diketahui, Bali United tak lagi menggunakan Stadion Kapten I Wayan Dipta Gianyar semenjak tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 lalu.

PSSI membuat kebijakan untuk melanjutkan sisa putaran pertama dengan sistem bubble.

Lalu, pada putaran kedua Bali United tidak bisa pulang ke Stadion Kapten I Wayan Dipta karena arena yang berada di Gianyar itu disterilkan dalam rangka Piala Dunia U20 2023.

Kemudian, tim menumpang berkandang di Stadion Maguwoharjo, Sleman.

Yabes Tanuri melihat hal ini membedakan Bali United dengan tim-tim pesaing juara lainnya.

“Walaupun itu kita melihat jeda pertandingan ini sedikit, tapi semua tim juga sedikit. Cuma, yang membedakan dengan kita karena tidak ada dukungan suporter,” tutur Yabes Tanuri.

Ia menyebut banyak hal harus dievaluasi. Nantinya, akan ada tindak lanjut untuk mengurai masalah ini lebih dalam.

“Tahun ini iya banyak yang harus diperbaiki kita lihat saja berikutnya bagaimana,” kata Yabes Tanuri.

Sementara itu, dari sudut pandang teknis, pelatih Stefano Cugurra menilai kemerosotan prestasi Bali United tidak jauh dari masalah konsistensi.

Ia menerangkan, sejatinya tim masih sangat kompetitif. Akan tetapi, permainan Bali United tidak bisa konsisten, baik secara individu maupun tim.

Mengacu pada statistik, Bali United menjadi tim paling produktif dengan 67 gol. Namun mereka juga menjadi salah satu yang paling banyak kebobolan.

Bali United kemasukan 53 gol. Jumlah tersebut jadi yang paling banyak di antara penghuni 10 besar.

“Berapa pertandingan seharusnya bisa menang. Tapi ada kesalahan individu. Buat liga musim depan kami harus punya konsentrasi lebih bagus,” tutur Stefano Cugurra alias Teco.

Absensi pemain memperburuk keadaan Bali United. Tim sempat banyak kehilangan pemain dalam satu posisi secara bersamaan, baik karena cedera jangka panjang dan pemanggilan ke timnas Indonesia.

“Ini pasti mengganggu tim juga. Kami tidak pernah komplet di pertandingan,” ujar Teco.

Sementara itu, penyerang Bali United, Ilija Spasojevic, mengungkapkan bahwa musim ini begitu berat. Tim benar-benar jauh dari rumah dan keluarga dalam jangka waktu yang sangat lama.

Jauh dari keluarga menjadi salah satu tantangan yang mengganggu pemain. Memendam rasa rindu ikut membebani mental pemain yang sudah lelah karena jadwal kompetisi yang sangat padat.

"Itu karena kami salah satu tim yang tidak bisa main di homebase, tapi juga satu-satunya tim yang harus ganti pulau," tutur Ilija Spasojevic, mantan pemain Bhayangkara FC.

Fokus pada pertandingan memberikan stres pada pikiran dan mental pemain.

Lantaran kondisi jauh dari keluarga pemain menjadi lebih sulit mengelola stres. Mereka kesulitan menumpahkan keluh kesah sekaligus merasakan kasih sayang dari orang terdekat.

"Kami sudah beberapa bulan ini tanpa keluarga dan tanpa Semeton Dewata. Jadi, berpengaruh juga pada hasil di klasemen dan itu alasan kenapa kami tidak seperti dua tahun sebelumnya," katanya lagi.

Spaso memberikan contoh pada saat ada jeda usai pekan ke-31 lantaran ada agenda FIFA Match Day timnas Indonesia melawan Burundi.

Personel Bali United memanfaatkan jeda waktu 10 hari untuk pulang ke Pulau Dewata.

Setelah jeda, Bali United dijadwalkan menghadapi Arema FC pada laga tunda pekan ke-21. Hasilnya, tim menang telak 3-1 pada laga itu.

"Jadi, itu sangat berpengaruh dan kemarin kami ada di Bali langsung ada semangat baru. Pemain sudah bertemu keluarga setelah cukup lama berharap bisa menunjukkan permainan yg seperti biasa," ujar Spaso mengakhiri.

https://bola.kompas.com/read/2023/04/14/07000048/kemerosotan-bali-united-di-liga-1--faktor-kandang-dan-rindu-pulang

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke