Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perjalanan Hebat Maroko di Piala Dunia 2022, Kisah Seumur Hidup

KOMPAS.com - Peluit akhir wasit Cesar Ramos di laga Perancis vs Maroko menutup perjuangan fantastis timnas Maroko untuk melangkah ke partai pamungkas Piala Dunia 2022. Stadion Al-Bayt menjadi saksi perjalanan luar biasa Singa Atlas pada Kamis (15/12/2022) dini hari WIB.

Maroko harus mengakui keunggulan 2-0 timnas Perancis sang juara bertahan pada laga semifinal Piala Dunia 2022 tersebut.

Perjuangan mereka sudah dimulai dari sebelum kick off laga tersebut saat bek utama Nayef Aguerd mengalami kendala di sesi pemanasan sehingga namanya harus ditarik dari line up tim.

Singa At;as sudah tertinggal dari gol Theo Hernandez kurang dari lima menit berselang, gol kedua tercepat di semifinal Piala Dunia sejak 1958.

Hanya 21 menit laga berselang, kapten Roman Saiss juga terpaksa meninggalkan lapangan karena cedera hamstring-nya.

Namun, Singa Atlas tak kenal kata menyerah. Mereka terus memberikan perlawanan, bahkan hampir mencetak gol salto dari bek Jawal Al Yamiq dan terus merepotkan pertahanan sang juara bertahan.

Akan tetapi, satu gol tambahan dari penyerang pengganti Perancis, Randal Kolo Muani, sekitar 10 menit sebelum waktu penuh akhirnya menghadirkan kekalahan pertama bagi Maroko di turnamen ini.

Kekalahan 0-2 mendepak mereka dari jalan menuju final Piala Dunia 2022.

Namun, kisah indah mereka tak akan lekang oleh waktu. Apa yang pasukan Walid Regragui lakukan di Qatar 2022 akan selamanya terukir di tinta emas turnamen sepak bola empat tahunan ini.

Singa Atlas jadi tim Afrika pertama yang mencapai semifinal Piala Dunia.

Hakim Ziyech cs jadi wakil non Eropa/Amerika Selatan pertama di semifinal Piala Dunia setelah Amerika Serikat (1930) dan Korea Selatan (2002).

Marko mengungguli Kroasia sang finalis Piala Dunia 2018 dan mengalahkan tim peringkat kedua dunia, Belgia, di fase grup.

Di babak knockout, mereka mengalahkan Spanyol sang juara dunia 2010 dan Portugal sang juara Eropa 2016.

Dalam kata lain, Maroko berhasil menumbangkan Belgia yang berada di peringkat dua dunia, Spanyol di peringkat ketujuh dunia, dan Portugal di peringkat sembilan dunia.

Maroko bahkan tak kebobolan dari laga-laga melawan ketiga tim tersebut.

Perjuangan luar biasa dari tim yang hanya mencapai babak perempat final Piala Afrika 2021 dan kalah dari Benin di babak 16 besar Piala Afrika 2019.

Bahkan, untuk level kontinental pun, Maroko hanya pernah sekali jadi juara Piala Afrika (1976).

Walau demikian, pencapaian historis itu masih belum cukup dengan kegagalan mencapai final sangat menyakitkan bagi gelandang tangguh Sofyan Amrabat. 

"Sulit untuk berpikir soal hal positif bagi para pemain seusai laga seperti ini. Anda ingin mencapai final jika sudah sedekat ini," tuturnya seusai laga kontra Perancis, seperti dikutip dari The Athletic.

Amrabat pun memuji kontingen fans Maroko yang datang dalam jumlah besar untuk mendukung timnas mereka.

"Para suporter bersama kami sepanjang turnamen. Mereka luar biasa. Karena mereka, kami bisa seperti ini. Namun, karena mereka juga kami ingin memberikan laga final," tuturnya lagi.

Pelatih Walid Regragui, yang baru menukangi tim ini selama tiga bulan mengingatkan para pemainnya agar tak berkecil hati.

"Kami memberikan upaya maksimal, itu hal terpenting," ujarnya.

"Kami punya beberapa pemain yang cedera dan itu terbukti sedikit terlalu banyak bagi kami," tuturnya.

"Namun, para pengganti memberikan maksimum yang mereka punya," katanya.

"Selamat kepada para pemain saya. Hasil ini tak mengambil apa yang telah mereka lakukan di sini," tutur Regragui.

Maroko memang membawa warna unik ke turnamen ini.

Kehadiran keluarga mereka, terutama ibunda para pemain merupakan suasana yang nyaris baru di Piala Dunia.

Sejak pertandingan pertama, Hakimi sering tertangkap kamera melakukan perayaan dengan mencium kening sang ibu seusai laga.

Ibunya merupakan sosok pekerja keras, seorang tukang bersih-bersih rumah, yang membantu Hakimi kecil mewujudkan mimpinya sebagai seorang pesepak bola di Madrid.

Pemain klub Perancis, Angers, itu mengajak ibunya menari berbagi kebahagiaan.

Adalah keputusan Regragui dan Fouzi Lekjaa, Presiden FMRF (PSSI-nya Maroko), untuk mengizinkan para pemain membawa keluarga dan kerabat mereka ke Qatar dengan semua biaya ditanggung federasi.

Kebersamaan ini terbukti krusial dalam perjalanan Maroko menciptakan sejarah. 

Mereka masih punya satu laga lagi untuk menyemenkan status sebagai legenda di mata para pendukung mereka yakni pada laga perebutan tempat ketiga kontra Kroasia pada Sabtu (17/12/2022).

Untuk sekarang, kisah indah para pemain Maroko ini akan terus dikenang dan diceritakan lama setelah lampu-lampu di Stadion Al-Bayt padam pada malam hari Desember 2022 tersebut.

https://bola.kompas.com/read/2022/12/15/05262888/perjalanan-hebat-maroko-di-piala-dunia-2022-kisah-seumur-hidup

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke