KOMPAS.com - Pelatih Brighton & Hove Albion, Graham Potter, menjadi salah satu calon utama pengganti Thomas Tuchel di Chelsea. Berikut adalah profil Graham Potter.
Chelsea memecat Thomas Tuchel pada Rabu (7/2022) pagi waktu London, beberapa jam setelah Chelsea kalah 0-1 dari Dinamo Zagreb pada laga perdana The Blues di Liga Champions musim ini.
Akan tetapi, berbagai media di Inggris telah mengatakan bahwa keputusan memecat Tuchel diambil sebelum kekalahan tersebut.
Thomas Tuchel sebenarnya dibekali Todd Boehly dengan koper transfer raksasa sebesar 270 juta euro sepanjang musim panas.
Namun, start Chelsea jauh dari ideal.
Setelah memecat Tuchel, Chelsea dikabarkan langsung melakukan pendekatan ke pelatih Brighton, Graham Potter.
Boehly dilaporkan langsung mengadakan pertemuan dengan Potter hanya beberapa jam setelah mengumumkan kepergian Tuchel.
Brighton pun telah memberi Chelsea izin untuk berbicara dengan pelatihnya tersebut.
Berikut adalah profil Graham Potter:
Graham Potter datang ke Brighton dari Swansea pada akhir Mei 2019.
Dirinya menggantikan Chris Hughton, yang dipecat setelah the Seagulls finis peringkat ke-17 di Premier League.
Potter sendiri membawa Swansea finish peringkat ke-10 di Divisi Championship pada musim sama.
Lahir di Solihull di Inggris tengah, Potter memulai karier bermainnya di akademi Birmingham City.
Potter merupakan mantan bek sayap yang lebih banyak malang melintang di Football League. Antara lain, ia pernah memperkuat Stoke, West Brom, dan York.
Akan tetapi, dia juga pernah memperkuat Southampton di Premier League.
Antara lain, ia bermain sebagai pemain pengganti saat Saints menang 6-3 atas Manchester United pada Oktober 1996.
Dirinya juga pernah sekali dipanggil ke timnas U12 Inggris saat memperkuat Southampton.
Potter mendapatkan pekerjaan pertamanya sebagai pelatih saat menukangi klub Liga Swedia Ostersund pada 2010.
Ia berhasil membawa Ostersund dari kasta keempat Swedia hingga divisi utama. Dirinya juga memenangi Piala Swedia 2017 dan mencapai babak knockout Liga Europa.
Tim Ostersund ia dipuji karena memainkan sepak bola possession yang atraktif dan mampu bersaing walau tak memiliki banyak dana.
Potter juga membawa Ostersund sampai ke babak 16 besar Liga Europa 2017-2018 sebelum langkahnya dihentikan oleh Arsenal dengan kekalahan 2-4 secara agregat.
Kendati demikian, pasukan Potter berhasil menang 2-1 pada laga leg kedua di Stadion Emirates.
Pasukan Potter menjadi tim kedua yang dapat menang di Emirates dalam 28 pertandingan terakhir sebelum itu.
Catatan di Brighton
Walau menjalani start fantastis bersama Brighton musim ini, catatan Potter bersama The Seagulls tidak selalu mentereng.
Dirinya bahkan lebih banyak menderita kekalahan (48) ketimbang kemenangan (43) dari 134 pertandingan menukangi kubu pantai selatan Inggris tersebut.
Terlebih lagi, pasukan Brighton beberapa kali menorehkan rentetan laga buruk. Hal ini diungkapkan oleh pengamat sepak bola Kieran Maguire yang seorang fans Brighton.
Pada 2019-2020, Brighton hanya menang 5 dari 19 laga kandang. Mereka juga pernah hanya menang sekali dari 11 laga.
Pada 2020-2021, Potter hanya menang empat dari 19 laga kandang termasuk mencatatkan 1 kemenangan dari 16 dan 0 kemenangan dari 10 laga.
Musim lalu, Brighton sempat hanya memenangi 3 laga dari 25 pertandingan.
Formasi Bermain Graham Potter
Secara formasi bermain, Potter kerap menggunakan variasi sistem dengan kadang menurunkan sistem tiga bek dan pada kesempatan lain menggunakan empat bek.
Statistik Premier League mencatat, Potter memakai 13 formasi berbeda sepanjang musim 2021-2022 dengan formasi utamanya adalah 3-5-2.
Potter memastikan agar para pemainnya bisa beradaptasi dengan baik dalam formasi apapun yang digunakan, tergantung alwan dan situasi pertandingan.
Hal ini tentu saja membuat manajer lawan selalu menebak-nebak apa yang akan dilakukan oleh sang pelatih.
Belum lagi, timnya senang membangun serangan dari belakang untuk memancing lawan dari posisi mereka.
https://bola.kompas.com/read/2022/09/07/19340518/profil-graham-potter-incaran-utama-chelsea-untuk-gantikan-tuchel