Rukma Sudjana adalah salah satu nama dalam kepingan skuad emas timnas Indonesia pada era tersebut. Sosoknya dikenal sebagai legenda dari tim Persib Bandung dan tentunya timnas Indonesia.
Karier sepak bola Rukma dimulai pada 1951 saat dia memperkuat tim internal Persib, PS IPI. Karena performanya yang menjanjikan, pada 1952 Rukma pun masuk dalam skuad Persib.
Dalam buku Persib Bandung, Menuju Klub Modern Indonesia dikisahkan bahwa Rukma membela panji Persib dari 1952 hingga 1962. Selama 10 tahun kiprahnya, Rukma berkontribusi membawa klub berjulukan Maung Bandung itu meraih gelar juara Kompetisi Perserikatan 1961.
Pencapaian yang cukup membanggakan karena melalui prestasi tersebut Rukma dan kolega berhasil menuntaskan puasa gelar Persib selama 24 tahun lamanya. Seperti diketahui, kali terakhir Persib meraih gelar juara kompetisi Perserikatan adalah tahun 1937.
Adapun di level timnas, kiprah Rukma juga dimulai pada 1952. Kala itu, Rukma yang masih berusia 17 tahun tampil dalam pertandingan uji coba bersama Persib, di Sukabumi. Ternyata, uji tanding tersebut dipantau oleh tim pelatih timnas Indonesia.
Melihat performa apik Rukma dalam uji tanding tersebut, Antun "Tony" Pogacnik, pelatih timnas Indonesia saat itu pun tak ragu meminta Rukma ikut dalam Pelatihan Nasional (Pelatnas) timnas Indonesia, di Jakarta.
Saat itu, Rukma sejatinya masuk dalam Pelatnas timnas junior. Kendati demikian, itu adalah tim yang dipersiapkan untuk tampil dalam ajang SEA Games 1954, Olimpiade 1956, dan Asian Games 1958.
"Saya benar-benar bangga bisa memikat hati pelatih timnas," kata Rukma, dalam buku Persib Bandung, Menuju Klub Modern Indonesia.
Menyulitkan Uni Soviet
Seiring waktu berjalan, permainan Rukma pun semakin berkembang. Dia pun hampir tak pernah melewatkan panggilan ke skuad timnas Indonesia. Rukma tercatat dalam skuad timnas di SEA Games 1954, Olimpiade 1956, Asian Games 1958, hingga Pra-Piala Dunia 1958.
Selain Rukma, wakil Persib yang tak pernah absen membela timnas di kala itu adalah Aang Witarsa. Bahkan, bersama Anas Wiradikarta, Aang Witarsa tercatat sebagai wakil Persib yang membela panji timnas Indonesia dalam ajang internasional.
Dari sekian lama waktu yang dilalui bersama timnas Indonesia, Rukma mengungkapkan, momen ketika membela Indonesia di Olimpiade Melbourne 1956, menjadi kenangan membanggakan yang membekas dalam dirinya.
Olimpiade Melbourne 1956, menjadi salah satu kisah klasik dalam memoar era keemasan sepak bola Indonesia. Dalam kiprahnya pada multievent olahraga paling bergengsi di dunia itu, timnas sepak bola Indonesia berhasil mencapai babak perempat final.
Sayangnya, laju Indonesia untuk sampai ke fase berikutnya digagalkan oleh Uni Soviet. Pertandingan melawan Uni Soviet dilalui Indonesia dalam ada dua laga.
Pertandingan pertama berlangsung pada 29 November 1956 di Olympic Park Stadium, Melbourne, Australia. Dalam laga tersebut pelatih timnas Indonesia, Antun Pogacnik, menerapkan pola permainan bertahan total.
Uni Soviet dibuat kesulitan menembus pertahanan Indonesia yang dikawal Kwee Kiat Sek dkk. Hingga akhirnya, Indonesia berhasil memaksa Uni Soviet mengakhiri laga dengan skor imbang 0-0.
Karena pada saat itu belum dikenal aturan adu penalti untuk menentukan pemenang dalam pertandingan sistem gugur, laga Indonesia vs Uni Soviet pun diulang pada 1 Desember 1956.
Dalam pertandingan kedua ini, Indonesia gagal membendung aliran serangan Uni Soviet. Akibatnya, Indonesia pun takluk empat gol tanpa balas. Uni Soviet kemudian melaju ke semifinal untuk bersua Bulgaria.
"Kami sudah berjuang mati-matian. Rasa nasionalisme membakar semangat kami untuk terus berjuang sampai tetes keringat penghabisan," tutur Rukma.
Meski akhirnya tumbang, performa Indonesia kala bersua Uni Soviet mendapatkan banyak pujian. Salah satunya datang dari Sir Stanley Rous, Presiden FIFA yang menjabat dari 1961 hingga 1974.
Dilansir dari Tabloid Bola edisi 27 Juli 1984, Sir Stanley Rous memuji sistem pertahanan yang digalang barisan belakang Indonesia ketika berhadapan dengan Uni Soviet. Menurut Sir Stanley, pertahanan Indonesia sangat luar biasa dan sulit ditembus lawan.
"Baru kali ini saya melihat permainan bertahan yang sempurna," kata Sir Stanley Rous.
Wajar, karena Indonesia mampu menyulitkan Uni Soviet, yang pada saat itu berstatus sebagai salah satu kekuatan besar di kancah sepak bola dunia.
Belum lagi, pada ajang tersebut, Uni Soviet pun pada akhirnya keluar sebagai juara. Setelah mengalahkan Indonesia, Uni Soviet sukses mengandaskan Bulgaria dengan skor 2-1 di laga semifinal. Hasil tersebut membawa Lev Yashin dkk melaju ke final untuk bersua Yugoslavia.
Kemenangan pun kembali diraih Uni Soviet di partai puncak. Mereka mengandaskan perlawanan Yugoslavia dengan skor 1-0, dan berhak atas medali emas cabang olahraga sepak bola Olimpiade 1956.
Kiprah Rukma di dunia sepak bola berakhir pada 1962. Dia memutuskan pensiun setelah membela timnas Indonesia pada ajang Asian Games 1962. Setelah memutuskan gantung sepatu, Rukma melanjutkan karier sebagai pelatih. Dia juga pernah menangani tim Persib.
https://bola.kompas.com/read/2021/02/11/19200058/kisah-rukma-sudjana-dan-kejutan-olimpiade-melbourne-1956