Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Alasan Diego Maradona Bergabung ke Napoli Setelah Dijual Barcelona

KOMPAS.com - Diego Maradona dan kota Naples memiliki ikatan yang tak bisa digambarkan dengan kata-kata.

Diego Maradona dipuji bak dewa di kota selatan Italia tersebut. Maradona memotori Napoli ke gelar Serie A 1987 dan 1990 yang sampai sekarang masih jadi dua scudetti milik klub tersebut.

Namun, pengaruhnya jauh melebihi apa yang ia bawa ke lapangan setiap memakai jersey biru Napoli.

"Maradona bukan hanya seorang pemain. Ia mewakili semangat kota Napoli selama bertahun-tahun," tutur mantan presiden Napoli, Corrado Ferlaino, yang menjabat saat Maradona merumput di sana.

Kisah seorang anak muda dari Buenos Aires, Argentina, tersebut merapat ke klub Italia yang (ketika itu) terbelakang jika dibandingkan tim-tim seperti AC Milan dan Juventus jelas saja menarik.

Keputusan Diego Maradona bergabung ke Napoli bemula dari Barcelona, klub yang ia bela setelah Piala Dunia 1982.

Maradona menjadi pemain termahal dunia ketika itu dengan banderol 5 juta pound.

"Saya mendapat keluhan dari polisi yang memperingati saya untuk berhati-hati terhadap isu ini (Maradona dan obat-obatan terlarang)," tutur Josep Lluis Nunez seperti dikutip dari Mundo Deportivo.

Adalah Nunez yang menjual Maradona ke Napoli pada 1984 setelah hanya dua tahun di Camp Nou.

"Saya bilang ke Maradona dan ia mengatakan tudingan itu tidak benar. Setidaknya, menurut dia."

"Barcelona memerlukan seorang pemain dengan imagi yang benar, mereka yang tak mencari konflik dan harus selalu mementingkan image klub."

Akan tetapi, serangkaian cedera, penyakit hepatitis, kehidupan di luar lapangan, dan cedera patah engkel membuat masanya di kubu Camp Nou kelam.

Puncaknya adalah ketika Maradona terlibat langsung dalam pertikaian massal di final Copa del Rey 1984 kontra Athletic Bilbao yang dihadiri langsung oleh Raja Juan Carlos.

Maradona punya pengalaman tidak enak dengan Athletic BIlbao setelah engkelnya patah karena tekel pemain mereka, Andoni Goikoetxea, pada September 1983.

Kendati pertikaian itu dipicu oleh provokasi fans Athletic dan perlakuan kasar para pemain mereka ke Maradona, sang mega bintang emosi.

Ia melayangkan sikut dan headbutt yang memicu pertengkaran massal antara kedua kedua kubu.

Para fans pun terlibat dan melempari berbagai macam benda ke lapangan. Pada akhirnya, lebih dari 50 orang terluka.

"Ketika melihat Maradona bertengkar dan kaos yang tercipta setelahnya, saya sadar bahwa ini tak bisa berlanjut," ujar Josep Lluis Nunez, yang menjual Maradona ke Napoli pada 1984 setelah hanya dua tahun di Camp Nou.

Sisi lain kelam Maradona ini yang membuat banyak pihak enggan mengambil risiko dengannya sebelum Napoli mengambil perjudian tersebut.

"Saya pikir tak ada klub lain yang menginginkan jasanya," tutur Asif Kapadia, sutradara pemenang Oscar yang membuat film dokumenter mengenai Diego Maradona (2019).

"Diego dianggap sebagai talenta muda terbaik. Namun, ia punya banyak nasib buruk di Barcelona dan transfernya gagal," ujarnya di situs FourFourTwo.

"Engkelnya patah karena tekel dari Goikoetxea, ia sakit hepatitis, dan sangat suka pesta."

"Jujur saja, saya pikir banyak orang Spanyol dan Catalan memandangnya rendah karena ia berasal dari Amerika latin."

"Jadi, ketegangan itu nyata dan ia tak sukses. Selama dua tahun di sana, ia tak memenangi apa-apa selain Copa del Rey."

Ia juga menekankan bahwa Barcelona ketika itu bukan Barcelona seperti sekarang inio.

Pada waktu itu, Barca belum memenangi satu pun Piala Champions dan tidak mengangkat gelar liga selama 10 tahun sebelumnya.

"Alhasil, mereka perlu membuang sang pemain dan Diego ingin pergi," ujarnya lagi.

"Italia adalah tempat bermain semua pemain terhebat dunia waktu itu. Uangnya ada di sana semua," tuturnya.

"Kita berbicara soal alam semesta berbeda dengan pembatasan pemain asing pada setiap timnya," lanjut Kapadia.

"Juventus sudah punya Michel Platini dan Zbigniew Boniek. Inter memiliki trio Jerman - Lothar Matthaeus, Andreas Brehme, dan Juergen Klinsmann."

"Sementara, Milan punya para pemain Belanda: Marco van Basten, Frank Rijkaard, dan Ruud Gullit. Sungguh gila."

"Alhasil, ada suatu tim di Selatan yang akhirnya membeli Diego dan sekarang ada ikatan antara Italia dan Argentina."

"Saya pikir ia langsung merasakan ikatan itu. Diego tak tahu banyak soal Napoli ketika menerima tawaran mereka."

"Namun, ia langsung merasa nyaman setelah sampai di kota tersebut, mungkin terlebih begitu ketimbang jika ia bermain di Utara."

Napoli akhirnya mengambil risiko dan mendatangkan sang pemain dengan rekor transfer dunia lagi yang hampir mencapai tujuh juta pound ketika itu.

Sambutan yang diberikan para Neapolitan, julukan bagi para penduduk Naples, untuk Maradona membuatnya tercengang.

Ketika itu, Naples adalah kota di terlupakan selatan Italia.

Mereka jauh tertinggal dari para kekuatan sepak bola dan ekonomi Negeri Pizza yang bermukim di daerah utara.

"Naples membutuhkan seorang pahlawan. Ini adalah timing yang sempurna. Sang pemain merasa jatuh. Naples juga tengah di bawah, tim mereka tak hebat dan hampir terdegradasi," ujarnya.

"Kemudian Diego datang - sungguh kisah luar biasa."

Majalah Mundial sampai menyebut kedatangan Diego Maradona mendatangkan revolusi sosial, psikologis, dan bahkan transformasi fisik kota Naples.

Tak mengherankan apabila di luar Argentina, kota di bayangan Gunung Vesuvius tersebut menjadi yang paling menderita dengan kepergian sang legenda saat Diego Maradona menghembuskan nafas terakhirnya pada Rabu (25/11/2020).

https://bola.kompas.com/read/2020/11/27/14000018/alasan-diego-maradona-bergabung-ke-napoli-setelah-dijual-barcelona

Terkini Lainnya

Jadwal Siaran Langsung Timnas U23 Indonesia Vs Guinea: Tayang di TV Nasional

Jadwal Siaran Langsung Timnas U23 Indonesia Vs Guinea: Tayang di TV Nasional

Timnas Indonesia
Indonesia Runner-up Thomas dan Uber Cup 2024, Tetap Juara bagi Ricky Soebagdja

Indonesia Runner-up Thomas dan Uber Cup 2024, Tetap Juara bagi Ricky Soebagdja

Badminton
Indonesia Vs Guinea: Staf Thierry Henry Ada di Barisan Terdepan

Indonesia Vs Guinea: Staf Thierry Henry Ada di Barisan Terdepan

Timnas Indonesia
Bali United Nantikan Championship Series Liga 1 yang Adil bersama VAR

Bali United Nantikan Championship Series Liga 1 yang Adil bersama VAR

Liga Indonesia
Tim Thomas dan Uber Cup Indonesia Tiba di Tanah Air, Disambut Kalungan Bunga

Tim Thomas dan Uber Cup Indonesia Tiba di Tanah Air, Disambut Kalungan Bunga

Badminton
Paulo Henrique Lalui Musim Sulit, Tutup Liga 1 dengan Gol buat Persebaya

Paulo Henrique Lalui Musim Sulit, Tutup Liga 1 dengan Gol buat Persebaya

Liga Indonesia
Hasil Timnas U17 Putri Indonesia Vs Filipina: Claudia Scheunemann Cetak Gol, Garuda Pertiwi Tumbang

Hasil Timnas U17 Putri Indonesia Vs Filipina: Claudia Scheunemann Cetak Gol, Garuda Pertiwi Tumbang

Timnas Indonesia
Ketika STY Kalahkan Guinea 3-0 dan Singkirkan Argentina...

Ketika STY Kalahkan Guinea 3-0 dan Singkirkan Argentina...

Timnas Indonesia
VAR di Championship Series, Aspek Fisik Jadi Sorotan Persib

VAR di Championship Series, Aspek Fisik Jadi Sorotan Persib

Liga Indonesia
Ubah Cara Pikir Persib Lawan Bali United, Upaya Akhiri Tren Negatif

Ubah Cara Pikir Persib Lawan Bali United, Upaya Akhiri Tren Negatif

Liga Indonesia
Jadwal Indonesia di Piala Asia U17 Putri 2024, Lawan Filipina Malam Ini

Jadwal Indonesia di Piala Asia U17 Putri 2024, Lawan Filipina Malam Ini

Timnas Indonesia
Piala Asia U17 Putri, Garuda Pertiwi Bertekad Terbang Tinggi

Piala Asia U17 Putri, Garuda Pertiwi Bertekad Terbang Tinggi

Timnas Indonesia
Championship Series Bali United Vs Persib, Laga Tak Mudah Kedua Tim

Championship Series Bali United Vs Persib, Laga Tak Mudah Kedua Tim

Liga Indonesia
4 Laga Final Persib di Championship Series, Fisik dan Finishing Diasah

4 Laga Final Persib di Championship Series, Fisik dan Finishing Diasah

Liga Indonesia
Sikap Stefano Pioli Usai Ultras AC Milan Lakukan Protes Aksi Bisu

Sikap Stefano Pioli Usai Ultras AC Milan Lakukan Protes Aksi Bisu

Liga Italia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke