Mereka berhasil menaklukkan wakil Korea Selatan, Suwon Samsung Bluewings, pada laga yang digelar di Stadion Sultan Ibrahim, Selasa (3/3/2020).
Laga Johor Darul Takzim vs Suwon Samsung Bluewings itu berakhir dengan skor 2-1 untuk kemenangan tuan rumah.
Dua gol Harimau Selatan, julukan JDT, tercipta melalui eksekusi penalti Gonzalo Cabrera (13') dan aksi Mauricio dos Santos Nascimento (73').
Adapun gol semata wayang tim tamu dicetak oleh Terry Antonis pada menit ke-51.
Hasil ini membuat JDT bertengger di peringkat kedua klasemen Grup G dengan raihan tiga poin.
Mereka tertinggal tiga poin dari klub yang pada laga sebelumnya mampu menaklukkan JDT, Vissel Kobe.
Sebagai informasi, Vissel Kobe merupakan wakil Jepang yang dihuni mantan pemain Barcelona, Andres Iniesta.
Pada laga kontra Vissel, JDT harus mengakui keunggulan Iniesta cs dengan skor telak 1-5.
Kekalahan besar yang dialami skuad asuhan Benjamin Mora ternyata tidak mengikis semangat penggawa JDT yang mengusung misi kemenangan pada laga kedua.
Terbukti, JDT bangkit dengan menaklukkan Suwon Samsung Bluewings.
Kemenangan tersebut tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi penggemar JDT dan pencinta sepak bola Malaysia.
Namun, prestasi yang ditorehkan klub asal Malaysia itu seolah menjadi "pukulan telak" bagi sepak bola Indonesia.
Sebab, pada saat yang bersamaan, tidak ada satu pun wakil Indonesia yang berlaga di Liga Champions Asia tahun ini.
Padahal, keikutsertaan dalam kompetisi antarklub paling bergengsi di Benua Asia dipercaya mampu berdampak positif pada perkembangan tim nasional.
Bukti nyata ditunjukkan oleh timnas Malaysia pada Kualifikasi Piala Dunia 2022.
Saat ini, timnas berjuluk Harimau Malaysia itu menghuni peringkat kedua klasemen Grup G dengan raihan sembilan poin.
Mereka hanya tertinggal dua poin dari Vietnam dan mengungguli tiga pesaingnya lainnya, Thailand, Uni Emirat Arab, dan Indonesia.
Pelatih Malaysia, Tan Cheng Hoe, mengatakan bahwa rahasia kehebatan timnas Malaysia selama Kualifikasi Piala Dunia 2022 tidak terlapas dari partisipasi klub lokal di Liga Champions Asia.
"Sangat penting bagi para pemain untuk mendapatkan pengalaman seperti itu di kompetisi tingkat klub tertinggi di Asia," ucap Tan, dikutip dari laman AFC.
"Bermain melawan beberapa tim hebat dengan pemain kelas dunia tentu saja telah meningkatkan dan memupuk pengalaman dan kepercayaan diri mereka ke tingkat yang lebih tinggi," tutur dia menambahkan.
Menurut Tan, pengalaman tampil di level antarklub Asia dapat membentuk mental dan fisik pemain lokal sehingga siap ketika dipanggil timnas.
Suntikan pengalaman inilah yang tidak dirasakan pemain lokal Indonesia dalam kurun waktu sekitar sembilan tahun terakhir.
Setelah 2011, tercatat tak ada lagi klub Indonesia yang pernah berlaga di fase grup Liga Champions Asia.
Situasi tersebut semakin diperkeruh setelah Indonesia terancam tak lagi mendapat jatah di Liga Champions Asia tahun depan. Bahkan, untuk sekadar tampil di babak kualifikasi tahap pertama.
Kondisi itu terjadi setelah peringkat Liga 1 Indonesia jeblok dalam ranking terbaru yang dirilis Konfederasi Sepak Bola Asia ( AFC).
Dalam ranking kompetisi AFC terbaru, Indonesia sudah terlempar dari 12 besar wilayah timur atau 28 Asia.
Padahal, sebuah kompetisi wajib menempati 12 besar di wilayahnya (barat/timur) untuk mendapatkan jatah tampil di Liga Champions Asia, baik itu kualifikasi atau lolos langsung di fase grup.
https://bola.kompas.com/read/2020/03/04/05150038/wakil-malaysia-bekuk-klub-korsel-di-liga-champions-asia-bagaimana-tim-indonesia-