KOMPAS.com – Sepak bola negara Malaysia tengah dalam persoalan serius karena Malaysia Football League (MFL) sedang menghadapi masalah keuangan.
Krisis keuangan yang dihadapi MFL akibat tidak mendapatkan sponsor untuk mendanai Malaysia Super League yang merupakan kompetisi kasta tertinggi di Malaysia.
Akibatnya, dana hibah yang seharusnya diberikan kepada klub yang berpartisipasi di kasta tertinggi liga Malaysia tersebut berkurang, bahkan bisa jadi terhambat.
Ada 12 tim Liga Super Malaysia dan 11 peserta Liga Premier Malaysia yang seharusnya menerima dana hibah sebesar 1,5 hingga 3 juta ringgit Malaysia.
Jika dana tersebut dirupiahkan maka beberapa klub akan menerima uang sejumlah Rp 10-15 miliar.
Namun dengan persoalan yang menimpa operator Liga Malaysia maka jumlah uang tersebut bakal dikurangi.
Baru-baru ini, MFL telah berjuang untuk melunasi sisa dana hibah tahunan sebesar RM 1,5 juta dan RM 500.000 untuk tim Liga Super Malaysia dan Liga Premier Malaysia yang akan dirilis bulan lalu.
Pada pertengahan Juli 2019 saja mereka membayar setengah dari total hak yang harus dibayarkan kepada klub.
Direktur Dewan Direksi MFL dan Wakli Presiden Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM), Datuk Yusoff Mahadi, mengatakan, tidak mengesampingkan kemungkinan pengurangan jumlah hibah tahun depan.
”Mungkin tahun depan, kami akan kehilangan RM 3 juta dan RM 1,5 juta,” kata Datuk Yusoff seperti dikutip BolaSport.com dari Berita Harian.
”Kami akan memberikan nilai (sponsorship) apa yang kami bisa dan janji yang kami buat tahun ini, berdasarkan nilai yang seharusnya kami terima dari sponsor pada masa lalu.”
Sementara itu, Kepala Eksekutif MFL, Kevin Ramalingam, enggan banyak bicara soal isu pengurangan dana operasional klub hasil hibah operator liga ini.
”Anggota dewan telah membuat komentar mengenai masalah ini. Ini berarti bahwa saya tidak lagi harus membuat komentar,” ujar Kevin.
”Kami melakukan semua yang kami bisa dan akan membuat pengumuman resmi tentang itu,” katanya. (Estu Santoso)
https://bola.kompas.com/read/2019/09/26/22420098/kasta-tertinggi-liga-malaysia-dalam-krisis-keuangan