JAKARTA, KOMPAS.com - Masuknya klub sepak bola Liga 1 Bali United di Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan angin segar bagi pengelolaan industri olahraga di Indonesia.
Direktur Bursa Efek Indonesia (BEI) Hasan Fawzi mengemukakan hal itu menjawab pertanyaan Kompas.com pada Senin (17/6/2019).
"Bali United masuk ke industri kreatif," ujarnya.
Kendati begitu, andai dibandingkan dengan industri kreatif lainnya di BEI, dalam hemat Hasan, klub yang bermarkas di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali ini punya keunggulan.
"Basis peminat sahamnya itu fans yang fanatik," kata Hasan.
Ciri suporter fanatik, juga dalam kaitannya dengan kinerja saham, lanjut Hasan adalah kesetiaan pada klub bersangkutan.
"Mereka tidak cuma memikirkan untung rugi," kata Hasan.
Sebagai imbal baliknya, ujar Hasan, perseroan punya pengontrol agar kinerjanya terus membaik.
"Para suporter ini yang menjadi pengontrol perseroan," tutur Hasan mengingatkan.
Data
Tak cuma itu, klub yang bernaung di bawah perusahaan bernama PT Bali Bintang Sejahtera Tbk itu juga terbilang moncer di media sosial.
Tercatat, klub berjulukan Laskar Tridatu itu punya 559.000 pengikut di Twitter.
Lantas, di Instagram, Bali United punya 709.000 pengikut.
Selanjutnya, ada 95.927 pengikut Aplikasi Bali United.
Kemudian, laman Bali United dikunjungi rata-rata oleh 167.790 pengunjung.
Bali United yang punya seragam kandang warna merah ini punya viewers alias pemirsa di laman Youtube mencapai 33.277.927.
Saat berita ini diunggah, harga saham emiten berkode BOLA itu bertengger di posisi Rp 370 per lembar.
Angka ini merupakan peningkatan dari posisi awal saat penawaran perdana yakni Rp 175 per lembar.
Pada penawaran perdana itu juga, saham BOLA melonjak 69,14 persen menjadi Rp 296 tiap lembarnya.
BOLA melepas 2 miliar lembar saham atau setara dengan 33,33 persen dari setoran modal.
Saham BOLA juga mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 110 kali.
https://bola.kompas.com/read/2019/06/18/19183148/termasuk-industri-kreatif-ini-keunggulan-bali-united-di-bursa