Seusai pertandingan, Fitriani mengaku sudah berupaya mengerahkan kemampuan terbaiknya. Namun, dia masih kesulitan mengantisipasi pukulan-pukulan Intanon.
Dengan demikian, Fitriani tercatat sudah enam kali kalah dari Intanon. Kali terakhir kedua pemain bertanding pada turnamen Indonesia Open 2018.
"Pada gim pertama, saya berusaha mengontrol permainan dan melewati bola dari badannya dia. Bola-bola dia kan 'jahat', tajam-tajam, dan enggak kelihatan. Jadi, kalau pas bola tanggung, saya harus lebih siap saja," ujar Fitriani dikutip dari Badminton Indonesia.
"Saya juga berusaha melari-larikan dia. Namun, dia mencoba buat menyerang dan saya jadi terbawa polanya dia. Tadi banyak bola saya yang enggak pas saat gim kedua. Jadi, saya banyak ketekan sama dia," kata dia.
Fitriani pun mengaku memetik pelajaran dari kekalahannya kali ini. Faktor fisik dan footwork menjadi sorotan dia untuk menghadapi laga berikutnya.
"Pukulan dia enggak kelihatan, jadi otomatis kaki saya harus bisa lebih siap. Lebih tahan di lapangan dan lebih safe, enggak banyak melakukan kesalahan sendiri. Saya juga belajar dari variasi bola dia," ucap Fitriani.
Pemain tunggal putri pelatnas Indonesia lainnya, Gregoria Mariska Tunjung, juga gagal melaju ke babak kedua.
Gregoria dikalahkan oleh pebulu tangkis Denmark, Mia Blichfeldt, dengan kedudukan 16-21, 20-22.
Dengan demikian, sektor tunggal putra Indonesia hanya menyisakan Ruselli Hartawan. Ia akan bertanding melawan wakil Singapura, Yeo Jia Min.
https://bola.kompas.com/read/2019/04/10/16000058/singapore-open-2019-kekalahan-keenam-fitriani-dari-intanon