Pertemuan itu berlangsung di kantor Kemenpora, Jakarta, Rabu (7/3/2018), pada pukul 14.00-15.30 WIB.
Gede Widiade meminta izin agar Persija diberi kemudahan menggelar laga kandang pada Liga 1 dan Piala AFC 2018 di sekitar Jabodetabek.
Meski sudah menetapkan Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) sebagai kandang, tak selamanya venue berkapasitas 75.000 penonton itu bisa digunakan Persija, terutama saat SUGBK digunakan pada gelaran Asian Games 2018.
"Pertemuan ini ada hubungannya dengan lapangan. Tadi pembicaraan kami mengenai kesulitan Persija menghadapi Liga 1 dan Piala AFC. Kami tak bisa selalu menggunakan SUGBK karena dipakai untuk event-event lain," kata Gede Widiade kepada wartawan, termasuk BolaSport.com.
"Asian Games itu mulai tanggal 18 (Agustus) sampai awal September, beberapa lapangan pasti ada yang kosong. Kami coba meminta kepada Menpora jadi jembatan dengan instansi terkait untuk memperhatikan kebutuhan Persija," ujarnya.
Pengusaha asal Surabaya itu memohon kepada pemerintah untuk tak membiarkan Persija terusir dari Ibu Kota.
Selain membutuhkan biaya besar, bermain di luar kota menimbulkan potensi bahaya terhadap para suporter Persija yang melintasi wilayah suporter rival.
"Kalau Persija main di luar kota, risikonya besar sekali. Bukan soal biaya saja, melainkan juga nyawa suporter. Saat kami bermain di Solo pada Piala Presiden, ada tiga Polda yang menjamin kami," katanya.
"Hanya karena sepak bola, Polda Metro Jaya, Jabar, dan Jateng harus mengerahkan anggotanya di setiap jembatan layang di tol, kan kasihan, mereka punya fungsi khusus," ujarnya.
Berdasarkan keterangan PT LIB (Liga Indonesia Baru) selaku operator Liga 1, Persija mengajukan dua stadion untuk dijadikan kandang.
Dua stadion itu adalah SUGBK dan Stadion Pakansari di Kabupaten Bogor. (M Robbani)
https://bola.kompas.com/read/2018/03/07/18234138/bahas-soal-laga-kandang-direktur-persija-temui-menpora