BELO HORIZONTE, KOMPAS.com —  Pelatih Jorge Sampaoli meradang saat stasiun televisi Brasil, O Globo, meliput latihan tertutup Cile dengan helikopter. Hal itu dianggap sebagai upaya memata-matai persiapan timnya menjelang laga perdelapan final Piala Dunia Brasil 2014 melawan tim ”Samba” Brasil di Stadion Mineirao, Belo Horizonte, Sabtu (28/6/2014).

Wajar jika Sampaoli tegang menghadapi laga penting itu. Sudah 14 tahun Cile yang dijuluki ”La Roja” tak pernah menang atas tetangganya. Dari 12 pertandingan terakhir, Brasil memenangi 10 laga dan dua kali seri. Namun, kedua tim bertekad mengesampingkan sejarah.

”Samba” tak ingin terlena dengan pencapaian gemilang masa lalu. Adapun anak-anak ”La Roja” tak sudi rendah diri dengan catatan yang memojokkan mereka. ”Itu semua hanya hitung-hitungan di atas kertas. Cile berkembang pesat menjadi tim tangguh yang patut diwaspadai,” kata bek Brasil, David Luiz.

Yang menarik, laga ini merupakan ulangan babak 16 besar Piala Dunia Afrika Selatan 2010. Entah kebetulan atau tidak, wasitnya sama, yakni si plontos asal Inggris, Howard Webb. Di Stadion Ellis Park, Johannesburg, empat tahun lalu, tim ”Samba” menang tiga gol tanpa balas.

Hasil itu bisa dimaklumi mengingat Brasil diperkuat pemain-pemain top yang kemampuannya merata. Ada Lucio, Juan, Maicon, Gilberto Silva, Ricardo Kaka, Robinho, dan Luis Fabiano.

Mereka bukanlah lawan sebanding bagi Alexis Sanchez dan Arturo Vidal yang waktu itu masih bermain di klub medioker, Udinese (Italia) dan Bayer Leverkusen (Jerman).

Empat tahun sudah berlalu. Kini Cile kembali ke panggung perdelapan final bersama Sampaoli yang menggantikan pelatih sebelumnya, Marcelo Bielsa. Pelatih berkepala botak itu sebenarnya mempertahankan gaya bermain menyerang dan agresif milik Bielsa.

Ia diuntungkan dengan pemain-pemain yang jauh lebih matang dan berpengalaman. Sanchez menjadi penyerang berbahaya bersama Barcelona, sedangkan Vidal masuk dalam barisan gelandang top Eropa sejak memperkuat Juventus.

Kiper dan kapten tim, Claudio Bravo, pun dipastikan pindah dari Real Sociedad ke klub raksasa Spanyol, ”El Barca”, musim depan. Tanda bahwa ia telah berkembang menjadi penjaga gawang jempolan di ”Benua Biru”.

Tangan dingin Sampaoli membuat Cile menjadi tim yang tak bisa dipandang sebelah mata. Betapa tidak, mereka lolos dari Grup B yang dihuni Belanda dan sang juara bertahan Spanyol. Saat mengalahkan tim ”Matador” 2-0, Cile sukses meredam tiki-taka lewat skema permainan 3-5-2 yang agresif.

Meski kalah 0-2 di laga terakhir penyisihan grup melawan Belanda, Cile siap menantang ”Selecao” di fase gugur. ”La Roja” menatap serius laga melawan Brasil demi menyudahi catatan buruk selama lebih dari satu dekade. Sampaoli pun sampai harus mengadakan latihan tertutup sehari sebelum hari-H.

Ia seperti menyiapkan strategi khusus untuk mengejutkan lawan. Sampaoli bisa saja mematangkan skema 3-5-2 yang sukses membawa Cile menang atas Australia dan Spanyol. Atau karena turnamen sudah memasuki fase penentuan, ia lebih memilih taktik serangan balik, seperti saat menghadapi Belanda.

”Jorge (Sampaoli) sangat fokus dan detail mempersiapkan tim. Kami dalam keyakinan tinggi melawan Brasil,” ujar Sanchez.

Sebaliknya, skuad Brasil saat ini banyak berubah dibandingkan empat tahun lalu. Tim asuhan Luiz Felipe Scolari kebanyakan diisi pemain muda yang baru kali ini tampil di Piala Dunia.

Materi pemain juga tak segemerlap tim ”Samba” terdahulu, terutama di lini tengah dan depan. Hanya Neymar dan Oscar sosok yang paling menonjol di kubu ”Selecao”.

Khawatir

Scolari pun mewaspadai ancaman ”La Roja”. ”Tak lama setelah undian grup, saya berharap kami tak bertemu Cile. Mereka bisa menyulitkan,” kata pelatih yang membawa ”Selecao” menjuarai Piala Dunia 2002 itu.

Bagi Big Phil, sapaan akrab Scolari, penampilan Cile bakal optimal karena mereka terbiasa dengan cuaca di Amerika Selatan. Ini berbeda apabila Brasil menghadapi tim Eropa yang kurang nyaman dengan suhu panas dan lingkungan yang lembab.

Di balik kekhawatiran itu, ada banyak alasan yang membuat Big Phil masih bisa tersenyum. Brasil belum terkalahkan dalam 40 pertandingan yang diadakan di ”Bumi Amazon”. Dukungan fanatik penonton seolah memberikan kekuatan ekstra setiap kali anakanak ”Selecao” tampil di rumah sendiri.

Permainan ”Samba” pun terus berkembang di Piala Dunia kali ini. Di laga penutup Grup A, mereka mencukur Kamerun 4-1 lewat penampilan yang impresif. (bbc/fifa/the guardian/riz)